Minggu, 18 Juli 2010

Kuyt Bangga Jadi Belanda

Pemain Belanda, Dirk Kuyt.

AMSTERDAM, Penyerang tim nasional Belanda, Dirk Kuyt, mengaku sangat bangga menjadi orang Belanda, menyusul sambutan meriah yang dia terima dari rakyat Negeri Kincir Angin tersebut sepulang dari Piala Dunia 2010.

Meski kalah dan gagal menjadi juara dunia, skuad "Oranje" tetap dianggap sebagai pahlawan di negaranya. Hal ini dibuktikan oleh ribuan penggemar Belanda yang sukses mengoranyekan lokasi pesta penyambutan Kuyt dkk di kanal yang membelah kota Amsterdam.

"Saya tak tahu Belanda bisa begitu bersatu seperti ini. Ini sangat unik," kata Kuyt.

"Sangat luar biasa bila Anda mendapat ucapan terima kasih dengan cara semacam ini. Saat itu, Anda sangat bangga menjadi warga Belanda."

"Kami bisa bangga dengan diri kami sendiri. Kami telah memberi semua yang kami punya. Kami cuma tak memenangkan pialanya, itu saja. Tapi kami saling membanggakan satu sama lain. Kami harus merayakan ini," tambah pemain Liverpool tersebut.

Belanda gagal menjadi juara dunia setelah pada babak final kalah 0-1 dari Spanyol. Gol semata wayang gelandang Spanyol, Andres Iniesta, pada babak perpanjangan waktu memaksa Belanda kembali mengubur mimpi meraih Piala Dunia untuk kali pertama.

Padahal, sebelum laga final, Belanda merupakan satu-satunya tim di Afrika Selatan yang selalu meraih kemenangan. Partai puncak yang berlangsung di Stadion Soccer City, 11 Juli lalu, seolah menjadi antiklimaks dari performa apik Belanda sepanjang turnamen.

Beckham: Pemain Membunuh "Tiga Singa"

Mantan kapten Inggris David Beckham bertepuk tangan usai pertandingan penyisihan Grup C Piala Dunia 2010 antara Inggris dan Slovenia di Stadion Nelson Mandela, Port Elizabeth, rabu (23/6/2010). Inggris menang 1-0 dan lolos ke babak 16 besar.

LONDON, - Gelandang Inggris David Beckham berpendapat, pelatih Fabio Capello bukanlah biang kegagalan "Three Lions" pada Piala Dunia 2010. Kegagalan Inggris justru terletak pada para pemain tampil tidak sebagai sebuah tim.

Sebagai tim yang difavoritkan juara, penampilan "Tiga Singa" di turnamen itu malah jauh dari harapan. Steven Gerrard dan rekan-rekannya terpaksa mengepak koper lebih dulu setelah dipermalukan seteru abadinya Jerman 1-4 di perdelapan final. Ironinya, "Tiga Singa" harus pulang dengan hanya mengantongi sekali kemenangan.

Atas kegagalan itu, Capello dijadikan kambing hitam. Sejumlah kalangan menilai Capello menerapkan taktik dan strategi yang tak tepat karena hanya terlalu bergantung kepada Wayne Rooney. Beckham yang gagal tampil di Piala Dunia karena mengalami cedera tak sependapat Capello merupakan biang kegagalan timnya.

"Dia (Capello) telah melakukan segalanya yang bisa dilakukannya," tutur Beckham kepada Yahoo. "Dia mempersiapkan kami dengan benar. Dia telah bekerja banyak bagi tim."

Mantan gelandang Manchester United itu justru menilai, letak kegagalan timnya disebabkan oleh para pemain yang tampil sebagai sebuah tim.

"Dia (Capello) juga telah mengatur semuanya untuk para pemain, tapi para pemain menyadari, mereka telah mengecewakan. Kami tidak tampil sebagaimana pemain yang Anda kenal. Anda tahu kapan Anda tidak tampil, Anda tahu kapan Anda tidak bermain dengan baik," imbuhnya.

"Para pemain masuk ke lapangan dan mereka tahu jika tidak bisa memenangkan pertandingan. Para pemain sadar soal itu tapi bukan tentang seseorang, bukan tentang bagaimana seseorang bermain, ini tentang bagaimana kami bermain sebagai sebuah tim. Ini klise, tapi Anda menang sebagai tim dan Anda kalah sebagai tim," jelas mantan kapten Inggris itu.

Beckham awalnya bakal dimainkan di turnamen tersebut. Ia akhirnya absen akibat cedera yang dialaminya ketika membela AC Milan. Pemain berusia 33 tahun itu berencana membela Inggris di Piala Eropa 2012 dan berharap bisa tampil lagi di piala dunia.

Rabu, 14 Juli 2010

Belanda Membayar Permainan Keras

JOHANNESBURG, - Pendekatan fisik yang dimainkan oleh tim Belanda di final Piala Dunia 2010 dan berakhir dengan kekalahan 0-1 dari Spanyol dinilai memalukan. ”Oranye ” bermain keras sejak awal laga untuk memotong aliran bola ”La Furia Roja” dan merusak ritme ”tiki-taka”.

Strategi Pelatih Bert van Marwijk untuk bermain dengan pendekatan fisik memang berhasil merusak permainan tiki-taka Spanyol. Emosi sejumlah pemain Spanyol pun terpancing sehingga pola permainan indah seperti saat mengalahkan Jerman 1-0 tidak muncul.

Belanda membayar permainan keras itu dengan ganjaran sembilan kartu kuning, termasuk dua kartu kuning untuk John Heitinga yang diikuti kartu merah. Dari 11 pemain yang bermain sejak awal pertandingan, hanya Wesley Sneijder, Dirk Kuyt, dan kiper Marteen Sketelenburg yang tidak menerima kartu kuning.

Pendekatan fisik yang dijalankan oleh Belanda menjadi terlalu kasar setelah Mark van Bommel melakukan ganjalan keras dari belakang dan Nigel de Jong mendomonstrasikan tendangan kung fu ke dada Xabi Alonso. Untung, wasit Howard Webb tidak mengganjar kartu merah kedua gelandang bertahan ”Oranye” itu.

”Spanyol adalah negeri dengan sepak bola terbaik dalam beberapa tahun terakhir, jadi kami perlu mendominasi permainan untuk mengalahkan mereka,” ujar van Marwijk.

Strategi van Marwijk itu memang efektif merusak permainan tiki-taka Spanyol. Bahkan, tercipta dua peluang emas saat Arjen Robben berhasil lolos dari jebakan offside dan tinggal menghadapi kiper Iker Casillas. Dua peluang emas mencetak gol itu terbuang sia-sia berkat kepiawaian dan ketenangan kiper senior Casillas.

”Kami menjalankan taktik dengan baik. Kami berada dalam posisi yang bagus. Ini memang bukan gaya kami, tetapi Anda bermain untuk menang,” ujar van Marwijk membela strategi fisik yang ia terapkan.

Spanyol yang kehilangan pola permainan sempat keteteran oleh serangan-serangan balik Belanda. Namun, kemampuan individu para pemain Spanyol mampu kembali mempertahankan penguasaan bola meskipun aliran bola kurang lancar.

Spanyol yang mampu bertahan dalam tekanan itu tidak lepas dari keberadaan enam pemain yang terbiasa bekerja sama di klub Barcelona. Mereka sudah menyatu dan tahu apa yang harus dilakukan jika terjadi kebuntuan permainan.

Belanda terjebak dalam strateginya sendiri dan tidak mampu mengembangkan permainan. Pilar serangan mereka, Wesley Sneijder, Dirk Kuyt, dan Arjen Robben tidak bisa mengembangkan permainan. Penyerang tunggal Robin van Persie nyaris tidak pernah memperoleh bola.

Pola permainan keras Belanda itu dikecam oleh sejumlah pengamat sepak bola, termasuk Alan Hansen, mantan bek Liverpool, yang menilai strategi Belanda sebagai aib.

”Jika Belanda juara, akan buruk bagi sepak bola karena tidak ada tempat untuk cara yang mereka lakukan,” ujar Hansen kepada BBC Sport. Media massa di Belanda pun mengecam permainan keras yang menambah parah tiga kali kegagalan menjadi juara dunia setelah 1974 dan 1978. Belanda membayar permainan kerasnya dengan kekalahan dan kecaman.

"Viva Espana" dan Air Mata Belanda

Para pemain Spanyol bergembira setelah menang di final Piala Dunia 2010 melawan Belanda. Para pemain ini bakal mendapat bonus besar setelah turnamen ini.


Piala Dunia 2010 berlalu sudah. Puncak dari perhelatan akbar itu adalah gol Andres Iniesta ke gawang Belanda. Dan, dunia pun berteriak, Viva Espana! ”Sungguh tak dapat dipercaya dan tak terpahami. Kita telah memenangi Piala Dunia, semuanya ini tak bisa diungkapkan dalam kata-kata,” kata Iniesta.

Kecuali kegembiraan Iniesta beserta seluruh Spanyol, Piala Dunia 2010 ini juga menyisakan banyak kejadian yang luar biasa. Kata Franz Beckenbauer, ”Lapangan bola itu penuh sulapan dan tukang sulap.” Dan, salah satu penyulap luar biasa dalam Piala Dunia kali ini adalah Carles Puyol.

Puyol membuktikan bahwa asal orang mempunyai kemauan, gunung pun—ibaratnya—bisa ia pindahkan. Waktu kecil, Puyol dianggap tidak mempunyai banyak bakat. Namun, ia berkemauan dan berusaha keras untuk mencapai cita-citanya.

Sebagai anak, ia adalah pengagum Superman. Pada suatu hari Natal, ia ingin diberi hadiah kostum Superman. Orangtua Puyol, yang hanya petani, tak dapat memenuhi permintaan itu. Puyol nekat dan ingin menguji, apakah tanpa kostum Superman ia bisa terbang. Maka, terjunlah ia dari balkon rumahnya. Untunglah uji coba ini tak membawa celaka baginya.

Dan, sekian tahun kemudian, pada Piala Dunia ini, Puyol menyulap diri menjadi Superman lagi. Dalam pertandingan semifinal, Spanyol menggedor Jerman habis-habisan. Toh, gedoran mereka belum juga membuahkan gol. Lalu, pada menit ke-72 datanglah bola penjuru dari Xavi dan berlarilah Puyol dari kejauhan hampir enam belas meter. Kemudian, seperti Superman, ia terbang lalu menyundul bola ke gawang Manuel Neuer. Sundulan ”Superman” itu bagaikan sulapan yang mengantar Spanyol ke final.

Dunia bola menarik karena di dalamnya boleh terjadi sesuatu yang seperti sulapan dan irasional. Karena ketatnya persaingan di semifinal dan final, orang tak lagi puas dengan kalkulasi rasional dan strategis untuk mengetahui, siapakah yang bakal menang. Maka, orakel harus dicari.

Dan, kali ini si gurita Paul-lah yang dijadikan orakel. Lucunya, ramalan Paul ternyata benar: Spanyol menang lawan Jerman dan kemudian menang lagi lawan Belanda. Maka, begitu Piala Dunia usai, bukan hanya Thomas Mueller, Bastian Schweinsteiger, Sami Khedira, dan Mesut Oezil, tetapi juga Paul laris ditaksir. Kabarnya, seorang pengusaha Spanyol mau membeli Paul dengan 30.000 euro karena ramalannya yang jitu itu.

Tapi, lebih daripada sekadar sulapan dan irasionalitas, dunia bola ternyata juga bisa menjadi medan refleksi. Jerman kali ini tampil fenomenal. Salah satu fenomenanya yang mencolok adalah realitas multietnis kesebelasan mereka. Presiden Jerman yang baru saja dilantik, Christian Wulff, mengajak para politikus Jerman agar mau menarik pelajaran dari tim besutan Joachim Loew.

Politik Jerman dianggap sangat terbata-bata dalam menangani masalah multietnis. Sementara Loew berhasil memadukan nilai-nilai dasar Jerman dengan kreativitas kultural lain di luar Jerman. Hasilnya, bukan hanya sebuah kesebelasan Jerman yang menawan, melainkan juga sebuah warta tentang negara Jerman modern yang berani menyerap nilai-nilai kultural lain.

Kabinet Angela Merkel dinilai tidak mempunyai perencanaan. Anggotanya bekerja sesuai dengan kemauannya sendiri. Sementara Loew menyusun kesebelasannya dengan perencanaan yang amat terperinci. Kesebelasan Jerman tidak hanya memasang target, tetapi juga mencari jalan untuk mencapai target itu dan mengevaluasinya terus-menerus. Dalam perencanaan ini, pemain diajak untuk belajar agar makin hari mereka menjadi makin terampil dan matang.

Politik tak pernah mau kalah. Lain dengan sepak bola yang pernah harus kalah, seperti ketika Jerman dipukul Serbia. Kekalahan itu membuat mereka rendah hati dan mau belajar lagi. Politik tidak mempunyai kerendahan hati itu. Mereka hanya bisa sombong walaupun akhirnya semua janji dan programnya adalah omong kosong.

Piala Dunia tidak hanya menjadi cermin bagi politik lokal, tetapi juga politik global. Penduduk dunia, dari utara mau ke selatan, dari barat ke timur, dipersatukan oleh pertandingan-pertandingan bola. Segala perbedaan untuk sementara seakan hilang ketika warga dunia asyik mengamati Piala Dunia. Benarlah kata-kata: sepak bola adalah perang yang dikulturkan dan dijadikan permainan sehingga dengan cara luar biasa ia bisa mempersatukan dunia.

Namun, Piala Dunia tidak hanya meninggalkan kebahagiaan, perdamaian, dan kegembiraan. Piala Dunia juga meninggalkan air mata. Dan, air mata itu adalah air mata pemain-pemain Belanda. ”Sungguh sulit bagi kami untuk menanggungnya. Bayangkan, kami sudah begitu dekat dengan titel juara, lalu pada saat yang sama, kami berada begitu jauh darinya. Siapa yang tidak sedih,” kata Dirk Kuyt sambil berlinangan air matanya.

Rekannya, Wesley Sneijder, terus menangis. Teman-temannya mencoba menghiburnya, tetapi tak juga berhenti air matanya. Dan, kata Mark van Bommel, ”Kekalahan dari Spanyol ini akan terus menyertai saya seumur hidup saya.” Setelah dua trauma karena dua kali kalah di final Piala Dunia, 1974 dan 1978, inilah trauma ketiga yang harus ditanggung Belanda. Begitulah Piala Dunia 2010 ini menyisakan air matanya.


Walau Kalah, Belanda Disambut Meriah

Ilustrasi: Squad Belanda

AMSTERDAM, — Kegagalan tim nasional Belanda meraih Piala Dunia 2010 ternyata tak lantas melunturkan kecintaan dan kebanggaan warga Belanda terhadap timnasnya. Hal ini ditunjukkan oleh ribuan warga yang menggelar parade untuk menyambut kepulangan "Der Oranje".

Ribuan fans yang memadati terusan Amsterdam sukses menjadikan lokasi parade sebagai lautan oranye. Dengan membawa tulisan "Thank you our heroes", meniup vuvuzela dan melemparkan konfeti (kertas warna-warni berukuran kecil), mereka berpesta seolah menyambut sang juara.

Sementara itu, timnas Belanda yang mengenakan pakaian kasual, celana pendek dan t-shirt, ikut hanyut dengan perayaan ini dengan menari dan meneriakkan kata "Holland, Holland". Di atas kapal berhias bunga berwarna oranye, Giovanni van Bronckhorst dkk diarak mengelilingi sungai sepanjang tujuh kilometer itu.

"Saya tak pernah melihat timnas Belanda berjuang hingga akhir seperti ini. Para pemain layak menerima parade ini meski mereka tidak menang," kata salah satu fans bernama Denny de Jonge.

"Hari Minggu kemarin kami sangat sangat kecewa, teapi sekarang kami sangat bangga dengan mereka. Menjadi juara dua di dunia sama sekali tidak buruk apabila Anda betul-betul memikirkannya," tutur Nico Bekker, pendukung Belanda lainnya.

Menurut Stefan Bons, fans Oranye lainnya, parade ini diharapkan mampu membantu timnas Belanda melewati masa-masa sulit pasca-kegagalan meraih gelar juara dunia untuk yang ketiga kalinya. Sebelumnya, Belanda juga gagal di final Piala Dunia 1974 dan 1978.

"Kami tak tahu kapan Belanda bisa berlaga di babak final Piala Dunia lagi. Untuk itu, kami harus menikmati masa ini dengan maksimal," kata Bons.

Selain warga yang menyambut meriah kedatangan timnas Belanda, pihak Pemerintah Belanda juga memberikan apresiasi serupa. Bahkan, kapten tim Giovanni van Bronckhorst dan Pelatih Bert van Marwijk dianggap sebagai ksatria oleh Perdana Menteri Jan Peter Balkenede. Kedua orang ini dinilai sukses tampil sebagai inspirator tim selama berada di Afrika Selatan.

"Belanda sangat bangga dengan pasukan Oranye. Meski hanya menjadi juara dua, timnas Belanda adalah juara bagi rakyat Belanda," ucap Balkenede.

Iniesta: Saya Tak Pernah Hilang Keyakinan

Gelandang Spanyol Andres Iniesta merayakan golnya ke gawang Belanda pada final Piala Dunia 2010 di Stadion Soccer City di Soweto, sebuah wilayah di Kota Johannesburg, Minggu (11/7/2010).

MADRID, — Gelandang tim nasional Spanyol, Andres Iniesta, mengaku dirinya tak pernah hilang keyakinan dan harapan untuk bermain di Piala Dunia Afrika Selatan 2010. Satu gol kemenangan atas Belanda di final menjadi bukti keyakinan Iniesta bersama Spanyol.

Musim lalu, Iniesta nyaris menghabiskan waktunya untuk bergelut dengan cedera pahanya. Bersama klubnya, Barcelona, pemain berusia 26 tahun ini bahkan hanya sempat merasakan sejumlah pertandingan jelang musim kompetisi berakhir.

Namun, Iniesta tak patah semangat. Ia terus menjalani terapi guna memulihkan cederanya dan melakoni latihan ringan. Alhasil, cedera pahanya berhasil pulih tepat waktu dan Iniesta pun mendapat kesempatan untuk bermain di Piala Dunia pertamanya.

"Saya selalu punya keyakinan dan kepercayaan diri. Saya punya banyak kepercayaan diri dengan tim sejak pertama kali," kata Iniesta.

"Musim lalu memang sulit bagi saya, dalam berbagai cara, tapi ada juga momen dalam musim lalu di mana saya merasa baik. Musim lalu adalah masa yang sulit, tak ada yang lain," lanjutnya.

Perjalanan Spanyol sendiri selama berada di Afsel tak selalu berjalan mulus. Datang dengan status Juara Eropa 2008 dan salah satu unggulan di Piala Dunia 2010, Iniesta dkk dikejutkan dengan menerima kekalahan di laga perdana.

Menghadapi tim semenjana Swiss pada pertandingan pertama penyisihan grup, pasukan "Matador" gagal menunjukkan kelasnya sebagai jawara Eropa. Alih-alih meraih kemenangan, Spanyol justru tumbang 0-1.

Kekalahan ini tak urung menjadi "tamparan" telak bagi kubu "La Furia Roja". Namun, berkat tangan dingin Pelatih Vicente del Bosque, Spanyol berhasil mengevaluasi performa buruk mereka dan mengubahnya menjadi penampilan impresif dan stabil hingga babak terakhir Piala Dunia 2010.

Iniesta sendiri akhirnya tampil sebagai pahlawan Spanyol. Gol semata wayangnya di partai puncak kontra Belanda cukup untuk mengantar Spanyol menjadi Juara Dunia 2010.

"Sangat sulit menjelaskan. Yang bisa saya katakan adalah, saya merasa sangat bahagia bisa mencetak gol di saat penting seperti itu. Bisa membuat semua orang gembira adalah sesuatu yang tak ternilai," papar Iniesta.

"Banyak orang mengikuti kami dan ikut menderita bersama kami di timnas. Melihat mereka semua bahagia adalah hal yang paling berharga," tutupnya.

Saatnya Gempur Afrika Selatan

Cape Town salah satu kota yang punya infrastruktur bagus dan lengkap, termasuk pelabuhan. Kota ini juga indah, salah satunya karena ikon Table Mopuntain.

AFRIKA Selatan (Afsel) bakal semakin populer dan bergairah setelah sukses menggelar Piala Dunia 2010. Pesta sepak bola dunia itu seolah menegaskan bahwa negeri ini sudah begitu maju dan punya banyak peluang ekonomi besar dan punya kekayaan besar pula untuk diajak kerja sama. Peluang itu sudah pasti dimanfaatkan beberapa negara dan Indonesia harus segera menggempurnya.

Sebagai negara yang ingin meraih keuntungan sebesar-besarnya, Afsel tergolong sukses membangun imej baru. Terlepas dari kekurangan di sana-sini, Afsel telah meyakinkan dunia tentang kemampuannya mengatasi ancaman keamanan.

Dibanding tingkat kriminalitasnya yang amat tinggi, kasus kriminal di Afsel selama Piala Dunia tak terlalu memprihatinkan. Mereka juga mampu mengatasi ancaman teror kelompok ekstremis yang sebelumnya mengancam akan melakukan aksinya.

Meski kereta cepat belum siap beroperasi, Afsel juga telah menunjukkan infrastruktur yang baik. Mereka punya dua pelabuhan besar di Cape Town dan Durban, juga beberapa bandara yang bertaraf internasional. Jalan darat juga sudah merambah ke mana-mana dalam kondisi yang amat memuaskan. Nyaris tak pernah terjadi kemacetan seperti di Jakarta.

Mereka juga punya budaya yang rapi dan disiplin dalam berlalu lintas ataupun antre. Rasa saling menghormati antara ras juga semakin kuat sehingga makin menepis ketakutan perang saudara.

Sebuah kondisi yang menurut Duta Besar Indonesia untuk Afsel Syahril Sabaruddin amat menggiurkan. Bahkan, katanya, ini saatnya Indonesia harus mulai "menggempur" Afsel, terutama dalam bidang ekonomi dan budaya.

Secara ekonomi, Indonesia masih kecil bergulat di negeri ini. Volume perdagangannya di Afsel saja hanya 1,1 miliar dollar AS, jauh dibandingkan dengan negara-negara tetangga, seperti Singapura, Malaysia, Vietnam, dan Thailand.

"Ini ironis. Presiden Afsel dan ketua partai berkuasa ANC selalu menyatakan bahwa Indonesia adalah sahabat dekat. Namun, kita belum banyak memanfaatkan kedekatan ini. Maka, mulai sekarang Indonesia harus mulai menggempur Afsel," tegas Syahril saat bertemu wartawan Indonesia di Sandton, Johannesburg, Minggu (11/7/2010).

Ironi itu cukup memprihatinkan. Indonesia termasuk paling tegas menentang apartheid di Afsel. Bahkan, Indonesia menolak warganya pergi ke Afsel sebagai bentuk protes terhadap praktik apartheid yang membeda-bedakan ras dan warna kulit, sementara beberapa negara lain dulu tak bersikap seperti itu.

"Begitu apartheid dihapus dan Afsel menuju demokrasi, justru negara lain yang memanfaatkan pasar di Afsel. Perdagangan kita kalah agresif dibanding Malaysia, Vietnam, dan Thailand, apalagi dari China," tutur Syahril.

Ketua Indonesia Trade and Promotion Center (ITPC) Wawan Sudarmawan juga mengatakan, banyak peluang di Afsel yang belum dimanfaatkan Indonesia. Contohnya, batik belum banyak menyerang pasar Afsel, padahal tokoh besar Nelson Mandela sudah menjadi model.

Syahril Sabaruddin mengatakan, pihaknya akan menggelar program pendobrakan itu. Dia akan segera datang ke Jakarta untuk memberi kabar dan meyakinkan para pengusaha agar bermain di Afsel. Sebab, Indonesia tak bisa terus mengandalkan pasar Eropa. Selain itu, dia juga akan terus memopulerkan budaya Indonesia biar semakin dekat hubungannya.

"Kami akan memperkuat brand-brand Indonesia. Contohnya batik. Caranya, kami akan membuka Indonesia House. Korea Selatan dan China sudah lebih dulu memilikinya. Indonesia House nantinya sebagai pusat pengenalan dan memperkuat brand-brand dan budaya Indonesia di Afsel," terangnya.

Syahril juga menyayangkan, Pemerintah Indonesia juga kurang tanggap dan aktif menggarap Afsel. Jika negara lain sering mengirim menteri perdagangannya ke Afsel, Indonesia sangat jarang. Hanya sekali menteri perdagangan Indonesia datang ke Afsel pada 2006.

"Saya kira, pejabat kita juga sudah harus mulai aktif membuka jalan kerja sama di semua bidang," harapnya.

Afsel memang wilayah potensial. Mereka punya gaya hidup yang mirip-mirip orang Eropa, juga punya kekayaan berlimpah. Tinggal bagaimana Indonesia bersaing dengan negara lain untuk menggempur dan meraih keuntungannya.

Habis Piala Dunia, Ganti Xenofobia

Para pedagang di pasar tradisional yang mayoritas pendatang, belum terpengaruh isu xenofobia. Namun, mereka mulai khawatir akan terjadi juga.

JOHANNESBURG, — Tak ada lagi sorak-sorai suporter. Tak terdengar lagi lengkingan suara vuvuzela. Namun, setelah lelah menggelar Piala Dunia 2010 selama sebulan, kini pemerintah dan masyarakat Afrika Selatan (Afsel) dipusingkan oleh isu dan ancaman xenofobia. Sebab, gejalanya sudah mulai muncul hingga mulai meresahkan.

Xenofobia adalah kebencian dan kecemburuan kepada orang asing. Aksi kekerasan karena hal seperti ini sudah sering terjadi di Afsel sejak 2000 dan memakan korban tewas dan luka. Bahkan, pada Maret 2008 saja ada 62 orang tewas karena diserang massa yang terjangkit xenopobia.

Selama Piala Dunia 2010 juga muncul isu akan ada aksi serupa setelah final Piala Dunia, tepatnya pada 12 Juli. Gejala itu mulai muncul di Khayelietsha, wilayah kulit hitam di Cape Town. Selain terjadi pada 8 Juli, aksi teror kembali terjadi pada Senin (12/7/2010).

Sekelompok orang melakukan teror kepada masyarakat Khayelitsha. Bahkan, beberapa pedagang asal Zimbabwe, Mozambik, Nigeria, Somalia, dan negara Afrika lainnya takut membuka dagangannya.

Menurut Pretoria News, sekelompok orang melakukan ancaman dan teror kepada para pendatang itu. Mereka sempat merampas barang-barang di toko pendatang dan meneriakkan ancaman dan kecaman.

"Mereka mengancam dan merampas barang kami.
Mereka menyebut kami mwakwerekwere dan meminta kami harus pergi. Katanya, tak ada tempat buat para pendatang," kata Ali Mohamed Husein asal Somalia, seperti dikutip Pretoria News.

Sebagian pendatang terpaksa tinggal di kantor polisi di Cape Town, karena takut pulang. Pemerintah Afsel segera bertindak bahkan sudah mengirim Menteri Kepolisian Nathi Mthethwa dan Menteri Pertahanan Mindile Sisulu ke Cape Town. Mereka berjanji akan mencegah aksi xenofobia dengan sekuat tenaga, bahkan tentara juga akan disiagakan.

Sementara itu, di Johannesburg dan Pretoria, beberapa masyarakat pendatang mengaku belum menerima ancaman atau teror apa pun. Mereka juga tak takut, karena percaya pemerintah akan melakukan tindakan tegas untuk mencegahnya dan melindungi semua warga, termasuk pendatang.

"Saya mau ke mana lagi? Sebenarnya juga khawatir dengan adanya isu xenofobia, tapi saya sudah menetap di sini. Apa yang akan terjadi biar terjadi. Namun, saya yakin kepada pemerintah," kata Freedom asal Zimbabwe yang menjadi pedagang kerajinan di pasar tradisional Bruma, Johannesburg.

"Saya tak bisa pulang karena negara kami sendiri dalam keadaan kacau dan di tangan diktator. Mungkin kalau Presiden Robert Mugabe sudah meninggal, saya baru berpikir pulang," ujar Jerome.

Hal yang sama dikatakan Catrine dari Kenya. Wanita pedagang kerajinan di pasar Bruma ini juga pilih tetap tinggal di Johannesburg dan mencoba tenang.

"Saya tak takut lagi kepada xenofobia. Saya kira pemerintah akan mengatasinya," ujarnya.

Sementara Idris dari Nigeria juga berharap pemerintah serius mengatasi xenopobia. Sebab, ini sudah meresahkan dan bisa memperburuk situasi negara.

"Afsel sudah membuat citra bagus di mata internasional karena Piala Dunia 2010. Maka, saya kira pemerintah akan berbuat sekuat tenaga untuk mencegah dan mengatasi setiap gerakan yang merusak citra itu, termasuk aksi xenofobia. Oh, bung, xenopobia sangat menakutkan. Saya harap tak terjadi lagi," ujar Idris, pegawai di sebuah gerai seluler di Menlyn Plaza.

Sejauh ini, pemerintah Afsel melihat gerakan xenofobia sengaja diembuskan kelompok kriminal. Mereka mencoba mengambil keuntungan dari ketakutan pendatang.

Webb: Wasit Sudah Berbuat Terbaik

Wasit asal Inggris, Howard Webb.

LONDON, - Wasit Howard Webb menyatakan dirinya telah bertugas dengan baik dan tetap mengontrol pertandingan saat memimpin laga final Piala Dunia 2010 antara Belanda dan Spanyol.

Setelah laga tersebut, wasit asal Inggris itu mendapatkan kecaman dari berbagai pihak terutama Belanda. Mereka menuding Webb sebagai biang kekalahan "The Flying Dutchmen" karena terlalu memihak Spanyol. Ditambah, Webb juga dinilai terlalu gampang menghukum pemain karena total telah mengeluarkan 13 kartu kuning.

Dalam situs resmi Premier League, Webb mengatakan, "Apa pun pertandingannya, Anda selalu berharap wasit tidak terlalu banyak terlibat. Bagaimanapun juga, kami harus tegas untuk tetap mengendalikan permainan."

Mantan perwira polisi ini menambahkan, "Kami rasa kami tidak punya banyak pilihan selain mengatur pertandingan seperti yang kami inginkan. Kami merasa puas karena telah menyelesaikan pekerjaan yang cukup berat dengan kemampuan terbaik yang kami miliki."

"Itu pertandingan yang sangat menantang untuk ditangani, tetapi rasanya akan sama bagi wasit mana pun. Itu salah satu laga paling alot yang pernah melibatkan kami dan kami rasa kami telah bekerja keras untuk tetap fokus pada sepak bola," lanjut wasit di final Liga Champions 2010 itu.

Webb juga dituding tak tegas dalam menghukum pemain. Banyak kalangan yang menyesalkan Nigel de Jong lolos dari kartu merah setelah melakukan tendangan kungfu ke dada Xabi Alonso.

"Kami mencoba menerapkan beberapa aturan saat bertugas kepada kedua belah pihak, menasihati pemain atas beberapa tekelnya, menjauhkan pemain ketika mengelilingi ofisial, dan berbicara kepada pemain senior untuk mencoba menenangkan rekan-rekannya," ucap Webb.

Webb merupakan wasit kedua dari Inggris yang memimpin final Piala Dunia setelah Jack Taylor pada 1974. Ia pun merasa bangga bisa tampil di laga puncak Piala Dunia. "Menjadi kehormatan luar biasa telah terpilih untuk turnamen ini dan kami memiliki enam pekan yang indah di Afrika Selatan. Orang-orang membuat kami merasa benar-benar diterima dan kami sangat menikmati pengalaman terlibat dalam sebuah peristiwa luar biasa dan unik," paparnya.

Sejumlah pengamat, termasuk Presiden FIFA Sepp Blatter, mengakui, tugas yang diemban Webb dan para pembantunya sangat berat. Pada laga tersebut, para pemain seolah tidak mau mengikuti aturan fair play. Maka, wajar jika Webb melayangkan banyak kartu di laga tersebut.

Brasil Siap Gelar Piala Dunia

Presiden Brasil, Luiz Inacio Lula da Silva (tengah), Presiden Komite Penyelenggara Piala Dunia Brasil 2014, Ricardo Texeira (kiri), dan Presiden FIFA Joseph Sepp Blatter (kanan) saling berpegangan tangan dalam acara peluncuran logo Piala Dunia Brasil 2014 pada Kamis (8/7/2010) di Sandton Convention Center, Johannesburg, Afrika Selatan.

BRASILIA, - Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva membantah pihaknya telah lamban dalam membangun infrastruktur yang akan digunakan pada Piala Dunia 2014 di Brasil.

Kritik tersebut justru datang salah satu surat kabar Brasil, Estado de Sao Paulo. Surat kabar itu mengulas, Brasil dianggap tidak siap menyelenggarakan turnamen bergengsi tersebut karena menunda pembangunan infrastruktur seperti transportasi, hotel, infrastruktur transportasi, termasuk pembangunan stadion. "Luar Biasa Telat," tulis harian tersebut.

Kontan saja berita tersebut membuat Lula naik darah. "Piala Dunia di Afrika Selatan baru saja selesai dan mereka sudah mulai mengatakan, 'Mana bandaranya? Mana stadionnya? Mana jalur keretanya? Mana kereta bawah tanahnya?'" jelas Lula di sela-sela acara proses bidding jalur kereta cepat dari Sao Paulo ke Rio de Janeiro.

Lula menambahkan, "Mereka berbicara demikian layaknya kami sekumpulan idiot yang tak bisa membedakan mana prioritas kami dahulu."

Piala Dunia 2014 merupakan kesempatan kedua bagi Brasil untuk menggelar pesta sepak bola terakbar di muka bumi ini sejak 1950. Brasil berhasil mengalahkan Cile, Argentina, dan Kolombia dalam proses bidding. Terpilihnya Brasil juga menjadi negara Amerika Selatan pertama yang menjadi tuan rumah dalam kurun waktu 22 tahun setelah Argentina.

Iniesta Mengira Dirinya "Offside"

Gelandang Spanyol, Andres Iniesta, mencetak gol ke gawang Belanda, di final Piala Dunia 2010 Afrika Selatan, Minggu (11/7/2010).

MADRD, — Andres Iniesta sempat ragu-ragu ketika mengeksekusi gol penentu kemenangan Spanyol atas Belanda di final Piala Dunia 2010. Ia tak terlalu yakin apakah dirinya berada pada posisi on side.

Empat menit sebelum babak kedua perpanjangan waktu selesai, Spanyol membuat kemelut di depan kotak penalti Belanda. Cesc Fabregas dengan jitu melepas umpan kepada Iniesta yang tak terkawal di kotak penalti. Tanpa ragu, gelandang Barcelona itu langsung menembak dan lahirlah gol kemenangan tim "Matador".

Sempat terjadi perdebatan apakah Iniesta dalam posisi offside atau tidak. Namun, melalui tayangan ulang televisi, terlihat jelas Iniesta tidak melakukan pelanggaran karena masih ada Rafael van der Vaart yang sejajar dengannya.

"Aku hanya menunggu umpan dari Cesc Fabregas dan ia mengirimnya dengan sempurna. Dia sangat cepat. Saat itu kukira aku terperangkap offside. Namun, aku dapat mengontrol bola dan, ketika aku menembak, aku tahu bola pasti akan masuk ke gawang Belanda," kata gelandang Barcelona itu.

Setelah mencetak gol, Iniesta sempat menengok ke arah hakim garis di belakangnya. Hakim garis ternyata tak mengangkat bendera tanda pelanggaran sehingga gol itu sah. Iniesta pun langsung bereaksi dengan mencopot seragamnya. Aksi copot baju itu langsung diganjar kartu kuning oleh wasit Howard Webb.

"Sangat sulit untuk dijelaskan. Aku hanya bisa bilang bahwa aku bahagia. Sangat bahagia, bermain sepak bola dan melakukan pekerjaanku, mencetak gol paling penting dari semua gol. Membuat semua orang bahagia rasanya tak ternilai," lanjut Iniesta. Berkat golnya itu, Iniesta juga dinobatkan sebagai man of the match di partai final tersebut.

Paul bakal Jadi Tamu Kehormatan Spanyol

Empat foto di atas memperlihatkan aksi gurita bernama Paul saat menebak pemenang empat pertandingan berbeda di Piala Dunia 2010.

MADRID, — Selain Andres Iniesta, Spanyol punya "pahlawan" lain di Piala Dunia 2010. Siapa lagi kalau bukan gurita Paul, yang menebak tepat kemenangan "La Roja". Karena dianggap "berjasa", gurita ajaib itu akan diundang sebagai tamu kehormatan Spanyol dalam Festival Gurita yang diselenggarakan pada 8 Agustus nanti.

Festival itu merupakan festival tahunan dengan tema gurita yang selalu diselenggarakan di Kota O Carballino, di barat laut Galicia, Spanyol. Wali Kota O Carballino, Carlos Montes, mengungkapkan, pihaknya akan segera mengurus perizinan kepada staf akuarium Oberhuasen Sea Life di Jerman agar Paul bisa hadir pada acara tersebut. Bukan hanya itu, Paul juga sudah ditetapkan sebagai warga kehormatan di kota tersebut.

Bagi penduduk Spanyol, Paul memiliki arti penting selama Piala Dunia. Gurita jantan itu telah "menebak" pemenang dua pertandingan terakhir Spanyol di turnamen tersebut. Ketika banyak orang memprediksi Jerman bakal mengalahkan "El Matador" di semifinal, Paul justru memilih Spanyol sebagai pemenang. Paul lagi-lagi memilih bendera Spanyol sebagai pemenang di laga final lawan Belanda.

Begitu fenomenalnya Paul, beberapa pengusaha di Galicia mengumpulkan dana hingga 30.000 euro (hampir Rp 400 juta) untuk membeli binatang berusia dua tahun itu. Bahkan, ada seorang pengusaha yang menghargainya senilai 38.000 euro atau lebih dari setengah miliar rupiah.

Sukses Spanyol Tak Datang Tiba-tiba

Para pemain Spanyol bergembira setelah menang di final Piala Dunia 2010 melawan Belanda. Para pemain ini bakal mendapat bonus besar setelah turnamen ini.

Dua gelar yang diraih Spanyol dalam dua tahun terakhir bukanlah sukses yang bisa dibentuk dalam waktu singkat. Keberhasilan itu merupakan buah penanganan pemain muda sejak 10 tahun silam.

Dalam dua tahun terakhir, Spanyol menyita perhatian pengamat sepak bola karena permainan mereka yang sulit dikalahkan. Sama dengan Barcelona, permainan "El Matador" menarik perhatian banyak orang karena mereka sama-sama mengedepankan ball possession yang dibarengi kerja sama cantik antarlini.

Apa yang bisa dipelajari dari permainan "La Roja" itu? "Pelajaran terbesar adalah tim memerlukan kesabaran. Tim Spanyol ini berbasiskan pada Barcelona yang memerlukan waktu bertahun-tahun untuk membentuk diri," ungkap Juande Ramos, pelatih asal negeri Matador dalam tulisannya untuk Independent.

"Barca tidak tumbuh dalam waktu dua musim lalu. Itu dimulai sejak 10 tahun lalu ketika Iniesta, Gerard Pique, Fabregas, dan banyak lagi mulai keluar dari La Masia, sekolah milik klub yang luar biasa, sebagai pemain muda. Saya melihatnya sendiri ketika saya melatih tim Barcelona B pada 1996-97," jelas mantan pelatih Real Madrid.

Ramos menambahkan, dengan materi pemain seperti sekarang, Spanyol masih bisa mengulang kejayaan 2008 dan 2010 hingga empat tahun mendatang. Menurutnya, "La Furia Roja" masih bisa lebih baik lagi dan tetap mempertahankan ciri mendominasi setiap laga. Beberapa pemain seperti Carles Puyol dan Xavi Hernandez mungkin akan mulai meredup, tapi pemain-pemain baru seperti Cesc Fabregas dan Fernando Torres akan menambal kekuatan mereka.

"Cesc dan Torres akan menjadi pemimpin di dua turnamen berikutnya, sama seperti Carles Puyol dan Xavi kali ini," kata Ramos, yang dua kali membawa Sevilla menjadi juara Piala UEFA.

Ramos menjelaskan, sistem Spanyol yang sudah matang itu akan memudahkan pemain-pemain baru Spanyol untuk menyesuaikan diri dengan gaya main di negaranya. Ini sangat berbeda dari Inggris, di mana tim nasional mereka masih meraba-raba bentuk yang pas untuk menjadi pemenang. Pemain muda Inggris akan kesulitan untuk mengubah gaya main mereka di klub menjadi seturut kemauan pelatih di timnas.

"Pemain-pemain baru akan bermunculan dan akan mudah masuk ke dalam tim, seperti Pedro di piala dunia kali ini. Mereka tentu harus hidup sesuai standar tinggi untuk mendapat tempat di tim, seperti Fabregas. Namun, mereka tidak harus dipaksa untuk melakukan perubahan," tambah mantan pelatih Tottenham Hotspur itu.

Selama beberapa tahun terakhir, Spanyol konsisten menerapkan gaya main tiki taka yang sebetulnya merupakan pengaruh dari sepak bola Belanda. Barcelona mempelajarinya dari Johan Cruyff, yang memberikan kesuksesan di klub itu pada 1991-1994.

Inggris Harus Belajar dari Spanyol

Suporter Inggris meninggalkan kursi yang dipakai melihat pertandingan Inggris melawan Jerman di layar raksasa di Lapangan Sepak Bola di Glastonbury, Minggu (27/6). Kursi itu ditinggalkan setelah Inggris kalah menyakitkan 1-4 dari Jerman di Piala Dunia.

LONDON, — Legenda Arsenal, Ian Wright, meminta pemain-pemain Inggris belajar dari kemampuan para pemain Spanyol dalam menahan tekanan yang mereka hadapi. Menurutnya, jika skuad "The Theree Lions" ingin maju, mereka harus dapat melakukan apa yang dilakukan tim "Matador".

Inggris dan Spanyol sama-sama berangkat ke Piala Dunia 2010 dengan status sebagai unggulan utama. Tekanan dan harapan besar disandarkan di pundak kedua tim. Beban itu sedemikian berat sehingga keduanya gagal memetik tiga poin pada laga perdana penyisihan grup. Inggris ditahan Amerika Serikat, sementara Spanyol malah ambruk di tangan Swiss.

Tuntutan bangkit di partai kedua begitu besar dan semakin membebani kedua tim. Apa yang terjadi? Spanyol sukses meredakan tekanan yang mereka hadapi dan keluar sebagai juara dunia. Adapun Inggris terus angin-anginan, hingga akhirnya dibantai Jerman pada babak perdelapan final.

"Mereka (Spanyol) telah menunjukkan bagaimana bermain di turnamen besar dan hal inilah yang harus dipelajari pemain-pemain Inggris. Kita sangat jelek di Piala Dunia ini, sangat memalukan. Bintang-bintang kita yang begitu hebat di Premier League ternyata tak mampu bermain baik," kata Wright kepada The Sun.

"Kapten Inggris Steven Gerrard, setelah pertandingan melawan Amerika Serikat dan Aljazair, mengakui skuadnya merasakan kesulitan berjuang di bawah tekanan yang begitu besar," lanjut Wright.

Tersingkirnya "Tiga Singa" tahun ini merupakan prestasi terburuk Inggris sepanjang masa di arena Piala Dunia. FIFA kini menempatkan Inggris di ranking 13. Posisi ini lebih rendah dua tingkat dari prestasi terburuk sebelumnya pada 1958.

EUFORIA KEMENANGAN. Spanyol Pesta, Bonus Menanti

Para pemain Spanyol bergembira setelah menang di final Piala Dunia 2010 melawan Belanda. Para pemain ini bakal mendapat bonus besar setelah turnamen ini.

Publik Spanyol larut dalam kegembiraan. Jutaan orang tumpah ke jalan-jalan utama dengan konvoi kendaraan. Mereka juga menggelar pesta hampir di setiap penjuru kota untuk menyambut keberhasilan tim sepak bola mereka menjadi juara dunia untuk kali pertama, melengkapi gelar juara Eropa.

Hampir sebagian dari mereka mengelu-elukan nama Andres Iniesta. Gelandang klub Barcelona itu dianggap sebagai pahlawan berkat gol semata wayangnya ke gawang Belanda.

”Iniesta Presidente! Iniesta Presidente! (Iniesta Presiden, Iniesta Presiden).” Demikian sorakan yang membahana di jalan-jalan pusat kota Madrid.

Sebagian suporter lainnya mengibar-ngibarkan bendera Spanyol sambil bergaya matador dan meneriakkan yel-yel ”Ole-Ole!”

Suporter yang turun ke jalan-jalan merupakan pendukung Spanyol yang menyaksikan pertandingan dengan layar lebar di beberapa titik yang telah disediakan pemerintah kota. Diperkirakan, di setiap titik dipenuhi sekitar 75.000 pendukung Spanyol.

”Kami sangat bangga dan kami gembira. Saya pikir, pertandingan ini akan diselesaikan dengan adu tendangan penalti. Tetapi, Iniesta menyelamatkan kami. Kami pantas juara dunia setelah sebelumnya juara di Eropa,” kata Raul, remaja berusia 18 tahun, yang ikut konvoi kendaraan di jalan utama kota Madrid.

Selain di Madrid, pesta juga berlangsung di kota-kota lain, seperti di Barcelona, Sevilla, Valencia, Malaga, Murcia, dan Zaragoza.

Sementara itu, melalui jejaring sosial Facebook beberapa grup mendesak Pemerintah Spanyol untuk menjadikan hari Senin sebagai hari libur nasional. Hal ini akan memberikan kesempatan bagi masyarakat menyambut pemain-pemain Spanyol yang memang dijadwalkan tiba hari Senin siang kemarin.

Sesuai jadwal, tim Spanyol akan disambut Perdana Menteri Jose Luis Rodriguez Zapatero dalam sebuah acara resepsi sebelum parade tim di jalan. ”Ini pertandingan yang sangat epik. Saya tidak pernah merasa waswas seperti ini sebelumnya,” ujar Zapatero.

Ulasan media

Selain dari suporter, tim sepak bola Spanyol juga dielu-elukan media massa lokal, lengkap dengan berbagai sudut pandang ulasannya.

All of Spain experienced last night how a lifelong dream became reality” (Spanyol mengalami malam terakhir bagaimana mimpi menjadi kenyataan), tulis surat kabar ternama di Spanyol, El Pais, dalam kolom editorialnya.

Champions ”(juara), tulis surat kabar sayap kanan, ABC, di halaman depannya yang dilengkapi foto penjaga gawang Iker Casillas yang memegang piala.

Harian olahraga Marca memuji Iniesta. ”Iniesta mencetak gol paling penting dalam sejarah sepak bola kami”.

Publik Spanyol layak berpesta. Spanyol mengukir sejarah meraih gelar Piala Dunia yang pertama. Kesuksesan Spanyol terasa lengkap karena dua tahun sebelumnya mereka juga menjadi juara di Piala Eropa setelah masa penantian selama 44 tahun.

Selain menikmati juara, tim Spanyol juga sudah dinanti hadiah besar. Sebagai juara, Spanyol berhak menerima hadiah uang sebesar 30 juta dollar AS atau sekitar Rp 271 miliar dari FIFA.

Iker Casillas dan kawan-kawan juga berhak mendapatkan bonus uang dari Federasi Sepak Bola Spanyol (RFEF). Setiap pemain akan menerima bonus 600.000 euro atau hampir Rp 7 miliar. Bonus ini lebih banyak dibandingkan ketika tim ”Matador” meraih gelar juara Piala Eropa dua tahun silam. Saat itu, Spanyol menerima 350.000 euro atau sekitar Rp 4 miliar.

Sementara itu, Belanda sebagai peringkat kedua berhak mendapatkan hadiah uang sebesar 24 juta dollar AS atau sekitar Rp 216 miliar. Adapun Jerman di peringkat ketiga kebagian 20 juta dollar AS atau sekitar Rp 180 miliar. Uruguay di tempat keempat mendapat bonus 18 juta dollar AS atau sekitar Rp 162 miliar.

Tim lain yang sampai di babak perempat final, yaitu Brasil, Ghana, Paraguay, dan Argentina, berhak mengantongi 18 juta dollar AS atau sekitar Rp 162 miliar.

Adapun tim yang lolos ke babak 16 besar diberi kucuran dana 9 juta dollar AS atau sekitar Rp 81 miliar.

Del Bosque: Tunda Pensiunmu Puyol

Bek Spanyol, Carles Puyol.

MADRID, - Pelatih Spanyol, Vicente del Bosque, meminta Carles Puyol untuk memikirkan lagi niatnya pensiun dari panggung internasional. Bagi Del Bosque, meski sudah 32 tahun, Puyol tetaplah bek tengah terbaik yang dimiliki tim "Matador".

Sebelum Piala Dunia dimulai, Puyol telah mengungkapkan niatnya untuk pensiun dari skuad "La Furia Roja". Selain karena faktor usia, ia juga ingin memberi kesempatan kepada pemain-pemain muda "La Roja".

"Dia adalah contoh dari semua pemain, termasuk staf pelatih. Saya akan mencoba meyakinkannya untuk tetap bermain bersama 'La Seleccion'," kata Del Bosque seperti dilaporkan Sport.

Puyol memegang peranan penting dalam kejayaan Spanyol pada dua tahun terakhir. Gelar Piala Eropa 2008 dan Piala Dunia 2010 adalah bukti dedikasi Puyol untuk Spanyol.

Posisinya tak tergoyahkan, meski Spanyol berganti pelatih dari Luis Aragoneses ke Del Bosque. Momen terbaiknya adalah saat mencetak gol kemenangan melawan Jerman di babak semifinal Piala Dunia lalu.

"Keputusan belum kubuat. Sesungguhnya, setahun lalu semuanya lebih mudah diputuskan daripada sekarang. Aku hampir memutuskan untuk meninggalkan sepak bola internasional. Ini hal normal bagi seorang pebola. Setelah berbicara dengan rekan-rekanku, pelatih, Fernando Hierro (Direktur Federasi Sepak bola Spanyol), dan semua orang penting di kehidupanku, aku terus berpikir ulang," kata Puyol.

Sejak bergabung ke timnas pada 2000, Puyol telah bermain 90 kali dan mencetak tiga gol di ajang internasional. Ia ikut mengantar "La Roja" menjadi juara Piala Eropa 2008.

Selandia Baru Pertahankan Herbert

Pelatih Selandia Baru, Ricki Herbert.

WELLINGTON, - Meski Selandia Baru gugur di fase grup Piala Dunia 2010, ternyata pelatih Ricki Herbert takkan kehilangan pekerjaannya. Federasi sepak bola Selandia Baru memutuskan mempertahankan Herbert dengan tugas mengantarkan "Kiwi" lolos pada Piala Dunia 2014 Brasil.

Pelatih berusia 49 tahun itu berhasil membawa Selandia Baru lolos ke putaran final untuk pertama kalinya dalam 28 tahun terakhir. Di Afrika Selatan, Herbert juga berhasil membawa Selandia Baru menjadi satu-satunya tim yang tak terkalahkan. Ryan Nelsen cs berhasil menahan Slowakia, Italia, dan Paraguay. Sayang hasil tersebut belum cukup membawa Selandia Baru ke perdelapan final.

Atas dasar itulah Selandia Baru tetap mempertahankannya untuk Piala Dunia 2014. Selandia Baru juga tetap mengizinkan Herbert menangani klub Wellington Phoenix di Liga utama Australia.

"Sepak bola Selandia Baru sangat senang melanjutkan kerja sama dengan Wellington Phoenix dan tim nasional. Saya telah setuju melakukan ke periode selanjutanya untuk Piala Dunia," ungkap Herbert kepada stasiun televisi Selandia Baru.

Herbert merupakan salah satu pemain yang mengantarkan "Kiwi" ke Piala Dunia pada 1982 silam. Karena itulah, Herbert memutuskan untuk bertahan menangani Selandia baru.

"Tentu saja saya ingin membangun sebuah brand yang lebih," ujar pelatih yang telah menangani Selandia Baru sejak 2005 silam.

Fabregas: Gelar Ini Untuk Arsenal

Kiper Spanyol Pepe Reina (kiri) bergembira dengan gelandang Cesc Fabregas dalam perayaan kemenangan Piala Dunia 2010 ketika mereka tiba di Madrid pada Senin (12/7/2010).

MADRID, - Gelandang Spanyol, Cesc Fabregas, mendedikasikan gelar juara dunia yang ia raih untuk klubnya, Arsenal. Menurutnya, tanpa Arsenal, Fabregas takkan mampu menjadi seorang juara dunia seperti sekarang.

Fabregas memiliki peran yang penting di partai final Piala Dunia 2010 melawan Belanda, 11 Juli lalu. Dialah yang memberikan asisst kepada Andres Iniesta untuk mencetak gol kemenangan Spanyol.

"Ini untuk para pemain Arsenal, pendukung Arsenal, pelatih Arsene Wenger dan semua staf. Aku sangat bangga menjadi pemain Arsenal. Ini semua untuk mereka. Mereka pantas mendapatkannya dan mereka memiliki juara dunia di dalam klub," kata Fabregas.

"Aku adalah pemain Arsenal dan aku sangat bangga bisa memberi trofi ini kepada semua pendukung Arsenal," sebut kapten "The Gunners" tersebut.

"Aku mendapatkan banyak SMS. Aku mendapatkan pesan dari Arsene Wenger. Dia bilang 'Selamat, kamu pantas mendapatkannya'. Aku membalas 'Terima kasih banyak' dan bilang kepadanya bahwa gelar ini untuk Arsenal, yang telah membantuku bisa seperti sekarang," lanjut Fabregas.

Sayangnya, masa depan Fabregas bersama Arsenal hingga kini masih menjadi tanda tanya. Sudah bukan rahasia lagi bahwa Barcelona terus melakukan pendekatan intens kepada sang pemain. Bahkan dalam pesta perayaan Spanyol, dua pemain Barca, Carles Puyol dan Gerard Pique memakaikan seragam "Azulgrana" kepada Fabregas.

Robben Dihantui Kegagalan

Striker Belanda Arjen Robben berjongkok seraya memperlihatka kekecewaannnya setelah timnya kalah 0-1 di tangan Spanyol pada final Piala Dunia 2010 di Stadion Soccer City di Soweto, sebuah wilayah di Kota Johannesburg, Minggu (11/7/2010).

Winger Belanda, Arjen Robben, mengaku terus dihantui kegagalan membuang peluang melawan Spanyol di final Piala Dunia 2010. Ia tak habis pikir, bagaimana mungkin ia membuang peluang emas seperti itu.

Di final, Robben mendapat kesempatan emas saat berhadapan satu lawan satu dengan Iker Casillas. Namun sayangnya, tembakan kaki kiri pemain Bayern Muenchen itu gagal menjadi gol setelah bola membentur kaki Casillas. Jika tembakan itu menjadi gol, mungkin ceritanya akan berbeda.

Lalu, Robben juga sempat lolos dari perangkap off side, namun ia kembali gagal mencetak gol setelah bola lebih dulu disambar Casillas. Pada akhirnya, Spanyol-lah yang menang lewat tembakan maut Andres Iniesta di masa perpanjangan waktu.

"Di hari seperti hari ini, aku terus memikirkannya. Rasanya sakit untuk membuang kesempatan emas seperti itu," kata Robben kepada AD Sportwereld.

Ini adalah kedua kalinya Robben gagal menjadi juara di final musim ini. Sebelumnya ia juga tak mampu berbuat banyak saat Bayern ditumbangkan Inter Milan di final Liga Champions pada 22 Mei lalu.

Scolari: Saya Mungkin Melatih Brasil Lagi

Luiz Felipe Scolari

Mantan pelatih timnas Brasil Luis Felipe Scolari mengakui bahwa dirinya akan merasa senang bila bisa kembali melatih "Selecao". Scolari menyebut, melatih Brasil adalah suatu kebanggaan tersendiri.

Meski begitu, Scolari harus meredam ambisinya untuk kembali menangani Brasil. Pasalnya, hingga dua tahun ke depan atau 2012, Scolari telah terikat kontrak dengan klub Palmeiras.

"Ini masalah kebanggaan. Setelah sekian lama jauh dari timnas Brasil, ternyata publik Brasil masih menyukai saya. Mereka bahkan masih memikirkan saya sebagai pelatih Brasil lagi," kata Scolari pada harian Brasil Globeosporte.

"Suatu hal yang alami bila saya tak pernah bisa mengatakan saya tak akan bekerja dengan timnas Brasil. Tapi saat ini saya sudah terikat dengan Palmeiras,"

"Saya mungkin bisa melatih Brasil tahun 2014 atau untuk masa yang akan datang lagi," lanjutnya.

Scolari pernah melatih Brasil pada tahun 2001-2002. Saat itu, Scolari sukses membawa Brasil menjadi juara dunia 2002. Gelar ini merupakan yang kelima bagi Brasil alias terbanyak dibanding negara-negara lain.

Webb: Dua Jam Final adalah Neraka

Wasit Howard Webb memberikan kartu kuning kepada pemain Belanda, Gregory van der Wiel (kanan), dalam partai final Piala Dunia 2010.

JOHANNESBURG, - Wasit laga final Piala Dunia 2010 Howard Webb menyebut dua jam pertandingan antara Spanyol dan Belanda, yang dipimpinnya, adalah pertandingan 'neraka' sepanjang kariernya sebagai wasit.

Pernyataan ini disampaikan Webb pada seorang rekannya, seperti dikutip dari harian Inggris The Daily Mail. Wasit asal Inggris itu mengatakan dirinya menjalani pertandingan paling menguras fisik dan emosi, saat memimpin duel pamungkas di Afrika Selatan.

"Minggu malam adalah dua jam tersulit sepanjang karier saya. Pertandingan tersebut menguras fisik dan emosi saya. Beruntung FIFA memberi saya dukungan luar biasa, tak hanya di final tapi juga sepanjang turnamen berlangsung," kata Webb.

Webb sendiri pada laga tersebut 'terpaksa' mengeluarkan 13 kartu kuning. Masing-masing delapan kartu kuning untuk Belanda, dan lima kartu kuning untuk Spanyol. Tak hanya itu, Webb juga harus mengeluarkan satu kartu merah untuk bek Belanda John Heitinga.

Indonesia dan (Mimpi) Piala Dunia

Ratusan pelajar Jakarta antre untuk melihat dan berfoto dengan trofi Piala Dunia FIFA pada acara FIFA World Cup Trophy Tour By Coca-Cola di Jakarta Convention Center, Jakarta, Selasa (26/1). Indonesia merupakan salah satu dari 83 negara di dunia yang disinggahi trofi yang akan diperebutkan dalam Piala Dunia FIFA 2010 di Afrika Selatan. Kapan Indonesia bisa ambil bagian secara langsung di event terakbar ini?

Piala Dunia 2010 sudah berakhir. Perhelatan sepak bola terakbar di muka bumi ini melahirkan juara dunia baru setelah Spanyol mengalahkan Belanda 1-0 di Stadion Soccer City, Johannesburg, Minggu (11/7/2010), lewat gol tunggal Andres Iniesta.

Ini adalah kali pertama dalam sejarah sepak bolanya, "El Matador" mengangkat trofi paling bergengsi tersebut. Para jugador "La Furia Roja" berhasil mengawinkan dua gelar, setelah pada tahun 2008 mereka juga menjadi juara Piala Eropa.

Adapun bagi Belanda, kegagalan ini menyisakan luka yang tentu saja sangat menyakitkan. Bagaimana tidak, "The Flying Dutchmen" sudah menyimpan asa untuk mengakhiri paceklik gelar pada Piala Dunia, setelah kegagalannya pada final tahun 1974 dan 1978.

Bayang-bayang menjadi juara secara perlahan mengarah ke titik kenyataan seusai mereka menyingkirkan Brasil 3-2 pada perempat final, lalu menaklukkan Uruguay 3-2 di semifinal. Sayang, di partai puncak, "Oranje" tak mampu mengatasi gaya bermain tiki-taka milik Spanyol.

Memang, final ini menyisakan dua kisah yang bertolak belakang karena sang juara akan berpesta, dan yang kalah pasti meratapi kegagalannya. Namun, hal terpenting dari pertandingan yang dihelat selama satu bulan di Afrika Selatan ini adalah banyaknya pelajaran dan pengalaman yang bisa ditimba oleh semua insan sepak bola di seluruh dunia, termasuk Indonesia bahwa semua orang harus memiliki mimpi dan itu (mimpi) pasti bisa diwujudkan jika dibarengi kerja keras, kesabaran, konsistensi, dan keyakinan untuk bisa melaksanakannya.

Ya, Spanyol telah membuktikan hal tersebut. Dalam kurun waktu dua tahun, mereka sukses meraih dua gelar yang sudah diimpikan sejak berpuluh-puluh tahun, yaitu Piala Eropa dan Piala Dunia. Ketika jadi juara Eropa 2008, "El Matador" mengakhiri penantiannya selama 44 tahun, setelah meraihnya pada 1964. Kemudian, tahun ini "La Furia Roja" mewujudkan mimpinya selama 76 tahun, sejak pertama kali tampil pada Piala Dunia 1934.

"Sekarang kami juara, sangat sulit mengatakannya. Ini perasaan yang luar biasa saat menggenggam piala itu. Ini seperti mimpi menjadi nyata, terutama bisa menjuarai dua turnamen. Ini adalah hasil yang kami terima atas kerja keras kami selama ini," ujar gelandang Spanyol, Xavi Hernandez, seperti dilansir AFP.

Iniesta, yang menjadi penentu kesuksesan Spanyol, juga mengungkapkan hal serupa. Gelandang Barcelona, yang juga terpilih sebagai Pemain Terbaik pada partai final ini mengatakan, Spanyol pantas menjadi juara karena tim tampil solid selama turnamen.

"Saya belum percaya. Saya mempunyai kesempatan untuk mencetak gol penting bagi tim. Ini sangat luar biasa," ujar Iniesta.

"Ini sebuah kontribusi kecil di pertandingan yang sangat ketat dan keras. Dengan semua hal yang terjadi di lapangan, kami pantas mendapatkannya. Kami merasa bangga terhadap semua anggota tim, dari yang pertama sampai terakhir," tambahnya.

Spanyol pantas mendapatkan apa yang mereka impikan. Belajar dari pengalaman kalah 0-1 dari Swiss pada laga pembuka penyisihan grup membuat para pemain mawas diri. Alhasil, mereka bisa bangkit dari keterpurukan dan menjawab semua kritikan, dengan merengkuh semua laga tersisa sampai akhirnya menjadi juara.

"Pemain-pemain kami tahu betul sepak bola. Kekalahan dari Swiss pada fase grup sangat berat bagi kami. Kami tak pantas mendapatkannya. Kami telah berkembang dan kekalahan ini telah membawa kami ke final," kata Pelatih Spanyol, Vicente Del Bosque, seusai timnya menang 1-0 atas Jerman di semifinal.

Tak hanya Spanyol, Jerman pun menunjukkan sebuah hasil yang memuaskan atas kerja keras yang sudah mereka lakukan dalam satu dekade terakhir, pascakegagalan yang menyesakkan pada Piala Eropa 2000, ketika langsung terjegal pada babak penyisihan grup. Meskipun belum mampu menjadi juara, tetapi "Nationalmannschaft" berani menampil sesuatu yang berbeda pada Piala Dunia kali ini dengan membawa sebagian besar pasukan muda.

Federasi Sepak Bola Jerman (DFB) membuat sebuah langkah besar dan berani setelah kehancuran "Der Panzer" pada dua pertandingan tersebut. DFB mewajibkan setiap klub, baik di Bundesliga maupun Divisi I, memiliki akademi sepak bola. Selain itu, klub-klub dilarang berinvestasi besar-besaran hanya untuk membeli pemain asing karena pemain muda lokal harus dinomorsatukan.

Ternyata, Jerman menuai hasil. Program 10 tahun menjadikan "Si Panser" raja sepak bola dunia sudah mulai menunjukkan tanda sangat positif ketika mereka tampil impresif pada putaran final Piala Dunia 2010. Lawan-lawan tangguh disingkirkan secara meyakinkan, termasuk Inggris (4-1) dan Argentina (4-0), sebelum menyerah 0-1 dari Spanyol pada semifinal.

Dalam partai perebutan posisi ketiga ketika menang 3-2 atas Uruguay, Jerman lagi-lagi menunjukkan kesuksesan para pemain mudanya. Pelatih Joachim Loew menurunkan hampir 100 persen pemain dengan usia di bawah 26 tahun (kecuali penjaga gawang Hans-Jorg Butt, yang berusia 36 tahun). Para pemain senior, seperti Miroslav Klose, Lukas Podolski dan Philipp Lahm, diistirahatkan.

Pada duel yang "tidak terlalu bergengsi" ini, Loew mencoba pemain-pemain baru, seperti Stefan Kiessling, Toni Kroos, Serdar Tasci, dan Dennis Aogo, di samping pasukan muda yang sudah langganan starter sejak penyisihan grup, yakni Sami Khedira, Thomas Mueller, Mesut Oesil, dan Marcell Jansen. Bahkan, Mueller yang baru melakukan debutnya di Piala Dunia meraih dua gelar. Dia jadi pencetak gol dengan torehan 5 gol, dan berhak atas penghargaan Sepatu Emas, serta jadi Pemain Muda Terbaik.

Ini sebuah indikasi, pada Piala Dunia 2014 di Brasil nanti, Jerman akan menjelma jadi tim paling menakutkan. Kematangan para pemain muda sekarang akan membuat Panser layak difavoritkan karena Mueller dan kawan-kawan diyakini sedang dalam masa emasnya pada empat tahun mendatang.

Selain Spanyol dan Jerman, masih ada prestasi beberapa negara yang patut dijadikan contoh, seperti Korea Utara, Korea Selatan, dan Jepang. Semangat pantang menyerah membuat tiga wakil Asia ini menghadirkan kejutan. Korut memang tersingkir di penyisihan grup, tetapi mereka sempat menyulitkan Brasil (bahkan bisa cetak 1 gol). Sementara itu, Korsel dan Jepang melangkah ke fase knock-out.

Bagaimana dengan Indonesia? Tampil di Piala Dunia tentu saja masih hanya sebatas angan-angan yang sulit digapai, jika melihat prestasi timnas. Bagaimana tidak, ketika negara lain berlomba-lomba untuk maju, PSSI justru melangkah, bahkan berlari ke belakang.

Hasil di SEA Games Laos 2009 menjadi bukti. Indonesia, yang dulu pernah menjadi kekuatan sepak bola Asia Tenggara, tak berdaya pada pesta olahraga tersebut. Melawan Laos, yang tidak punya tradisi sepak bola, Indonesia kalah 0-2. Hasil ini sangat menyakitkan. Laksana terkena pukulan palu godam Mike Tyson, wajah sepak bola Indonesia hancur dan remuk karena, sepanjang sejarah SEA Games, Indonesia tak pernah kalah dari Laos. Sejarah yang "diagung-agungkan" itu pun runtuh.

Namun, kita tak boleh terus terpuruk. PSSI harus "bangun" dan bisa belajar dari apa yang terjadi selama Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan, serta mengambil hal-hal positif. Mimpi untuk meraih tiket gratis ke putaran final Piala Dunia dengan cara menjadi tuan rumah pertandingan terakbar ini pada tahun 2022 harus segera dikubur dalam-dalam setelah FIFA mencoret Indonesia dari daftar kandidat tuan rumah.

Kini, PSSI menghadapi suatu kenyataan bahwa perlu kerja keras, konsistensi, kesabaran dan semangat pantang menyerah agar timnas bisa tampil pada Piala Dunia. Seperti langkah Jerman, yang menomorsatukan pembinaan pemain muda, PSSI pun harus bisa menirunya dengan perhatian yang serius terhadap sekolah sepak bola di Tanah Air, serta memprioritaskan para pemain muda untuk tampil di kompetisi domestik level tinggi. Program instan sepeti mengirim para pemain "belajar" di Italia (Primavera), Uruguay, dan Paraguay bukanlah solusi yang tepat karena perlu pembinaan berjenjang sejak dini.

Rencana Ketua Umum PSSI Nurdin Halid untuk merekrut mantan pelatih timnas Turki di Piala Eropa 1996 dan 2008, Fatih Terim, sebagai arsitek untuk membawa Indonesia ke putaran final Piala Dunia 2018, merupakan sebuah langkah besar. Namun, hal tersebut hanya menjadi mubazir jika kualitas kompetisi internal PSSI masih amburadul. Fasilitas dan prasarana serta manajemen persebakbolaan juga menjadi komponen signifikan yang menunjang hal tersebut.

"Sebagai langkah awal, ini sudah sangat bagus. Tapi seperti pelatih lainnya, dia (Fatih Terim), juga membutuhkan dukungan dari semua pihak, baik fasilitas maupun sarana pendukung. Kalaupun nanti Fatih Terim bisa meningkatkan prestasi dalam waktu lebih singkat, maka yang harus dipikirkan dalam jangka panjang adalah bagaimana membuat agar peningkatan tersebut berkesinambungan," ujar mantan kapten timnas Indonesia, Ponaryo Astaman.

Nah, daripada terus tidur dan hanyut oleh mimpi indahnya, dari sekarang PSSI harus segera bangun dan mulai berbenah. Dukungan dan pesan yang disampaikan oleh Presiden SBY kiranya bisa menjadi pemicu semangat untuk mewujudkan semua impian itu.

"Kita harus bersatu padu untuk majukan sepak bola Indonesia. Saya siap bersama-sama memajukan sepak bola Indonesia," ujar SBY, dalam acara menonton bareng di Puri Cikeas Indah, Bogor, Senin (12/7/2010) dini hari WIB, menjelang final Piala Dunia 2010.

Alonso: Igaku Mungkin Patah

Gelandang Belanda, Nigel De Jong (kanan), melanggar gelandang Spanyol, Xabi Alonso, di final Piala Dunia 2010 Afrika Selatan, Minggu (11/7/2010).

MADRID, — Gelandang Spanyol, Xabi Alonso, mengatakan, iganya sangat sakit dan kemungkinan ada bagian yang patah. Menurutnya, masalah itu muncul setelah dadanya tertendang gelandang Belanda, Nigel De Jong, pada final Piala Dunia 2010 Afrika Selatan, Minggu (11/7/2010).

Insiden itu terjadi ketika Alonso dan De Jong berebut bola pada menit ke-28. De Jong mengangkat kaki terlalu tinggi, tetapi mengenai dada Alonso, bukan bola. Alonso masih memaksa bermain sampai digantikan Fabregas pada menit ke-87.

"Aku sakit sekarang. Itu adalah salah satu tekel terkeras yang pernah kualami. Mereka harus menutup ruang kami. Itu adalah pertandingan yang ketat dan ada rasa hormat dari kedua tim," ujar Alonso.

"Pelanggaran itu begitu keras dan membuatku merasakan salah satu rasa sakit paling berat dalam hidupku. Saat itu aku sulit melanjutkan pertandingan. Tulang igaku mungkin patah," lanjutnya.

De Jong sendiri telah mengakui bahwa ia seharusnya mendapat kartu merah, bukan kartu kuning seperti yang terjadi. Namun, ia membantah melakukan itu dengan sengaja.

"Ya, aku sadar itu bisa lebih buruk dari kartu kuning. Itu terlihat buruk, sekalipun sejujurnya aku tak melihat lawan datang dari arah itu. Aku sangat fokus pada bola dan aku mengenai dadanya," ungkap De Jong.

"Itu cukup membuatku ingin tahu (bagaimana kondisi Alonso), tetapi wasit memberikan kartu kuning dan bagiku itu adalah sedikit keberuntungan," lanjutnya. Belanda pada akhirnya harus bermain dengan sepuluh pemain, setelah bek John Heitinga menerima kartu kuning kedua pada menit ke-109. Mereka juga akhirnya kalah 0-1 akibat gol Andres Iniesta pada menit ke-116.

Dengan begitu, Belanda untuk ketiga kalinya gagal menjadi juara setelah berhasil masuk final. Sebelumnya, mereka juga gagal di Piala Dunia 1974 Jerman Barat dan 1978 Argentina.

Biar Sedikit, Fabregas Maksimal

Gelandang Spanyol dan kapten Arsenal, Cesc Fabregas.

MADRID, - Gelandang Spanyol, Cesc Fabregas, mengaku sempat kecewa karena tak pernah bermain sebagai starter selama Piala Dunia 2010 Afrika Selatan. Namun, itu berubah menjadi kebangga karena meski sedikit, ia bisa berkontribusi di partai final.

Di Piala Dunia, Fabregas bermain empat kali, semuanya sebagai pemain pengganti. Pada laga melawan Belanda, di final, Minggu (11/7/2010), ia baru bermain pada menit ke-86 dan memberikan assist kepada Andres Iniesta pada menit ke-116. Gol Iniesta itu membuat Spanyol menang 1-0.

Mengingat mereka datang ke Afrika Selatan sebagai juara Piala Eropa 2008 dan itu merupakan final perdana mereka, Fabregas merasa luar biasa bisa menjadi pemain yang menentukan hasil akhir.

"Ini adalah turnamen yang sulit bagiku karena aku tak banyak bermain. Namun, sesuatu dalam diriku mengatakan aku akan mendapatkan kesempatanku," ungkap Fabregas.

"Keluargaku datang mendukungku di final karena mereka yakin (aku akan memberikan sesuatu yang luar biasa), syukurlah semua berjalan sempurna,"

"Kami telah bermain dengan baik sejak Piala Eropa 2008 dan merasa ini adalah momen kami melakukannya lagi di Piala Dunia,"

"Ini seperti tim nasional Perancis, ketika mereka mengawinkan gelar Piala Dunia dan Piala Eropa (1998 dan 2000). Kami memiliki tim hebat dan kami harus mengambil kesempatan kami,"

"Kami memiliki pemain hebat silih berganti. Sepak bola Spanyol terus tumbuh dan kami harus bangga atas itu," paparnya.

Paul Mau Dibeli Rp 515 Juta

Seekor gurita bernama Paul, yang ikut meramal di Piala Dunia 2010.

MADRID, Telegraph memberitakan, seorang pengusaha asal Spanyol siap membeli Paul Si Gurita, yang meramal "La Roja" akan menjadi juara dunia dan terbukti benar, dengan harga 38.000 poundsterling atau sekitar Rp 515 juta. Menurut mereka, pengusaha itu menilai Paul berjasa kepada Spanyol dan ingin menjadikannya maskot acara-acara kuliner di Spanyol.

Di Piala Dunia 2010 Afrika Selatan, Paul meramal tujuh pertandingan kesebelasan nasional Jerman dan laga final antara Spanyol dan Belanda. Tak satu pun ramalan itu meleset.

Itu menjadikan Paul sangat terkenal dan, layaknya orang terkenal, selain banyak yang menggemarinya, tak sedikit yang ingin menghabisinya, terutama orang-orang yang tim kesayangannya gagal juara.

Perdana Menteri Spanyol Jose Luis Rodriguez Zapatero bahkan sampai berniat mengirimkan pasukan khusus untuk menjaga Paul, yang berhabitat di Akuarium Oberhausen.

"Saya khawatir dengan gurita itu. Saya berpikir mengirimkan tim pengawal untuknya," kata Zapatero.

Selain itu, Menteri Lingkungan dan Perikanan Spanyol Elena Espinosa juga berniat mengajukan undang-undang perlindungan Paul dalam pertemuan menteri-menteri Eropa.

"Saya akan menghadiri pertemuan menteri Eropa dan akan mengajukan larangan menangkap Paul Si Gurita supaya orang-orang Jerman tak memakannya," ungkap Espinosa.

Sepatu Emas Bikin Mueller Kaget

Pemain Jerman Thomas Mueller, menjadi Pemain Muda Terbaik di Piala Dunia 2010.

MUENCHEN, — Thomas Mueller tidak menyangka akan meraih penghargaan Sepatu Emas di Piala Dunia 2010. Ia juga gembira karena bisa menjadi pemain muda terbaik di ajang tersebut.

Meski baru pertama kali tampil di Piala Dunia, Mueller bermain brilian selama membela Jerman di turnamen tersebut. Striker Bayern Muenchen itu mencetak lima gol dan tiga assists sehingga mendapatkan poin paling besar. Mueller pun kaget karena pada akhirnya ia dipilih menjadi top scorer mengalahkan pemain senior, seperti David Villa, Wesley Sneijder, dan Diego Forlan.

"Ini sungguh luar biasa bagi pendatang baru di Piala Dunia. Jika seseorang bilang padaku aku akan mencetak delapan poin, aku akan menjawab mereka pasti bercanda," sebut Mueller melalui situs Bayern Muenchen.

Mueller yang akan berusia 21 tahun pada September nanti juga diganjar penghargaan pemain muda terbaik oleh FIFA, mengikuti jejak seniornya, Lukas Podolski. "Sebuah kehormatan besar menjadi bagian dalam sebuah grup yang terdiri dari orang-orang seperti Pele, Franz Beckenbauer, Michael Owen, dan pemenang terakhir, Lukas Podolski," kata Mueller yang mengalahkan Giovannis dos Santos (Meksiko) dan Andre Ayew (Ghana) dalam perebutan gelar pemain muda terbaik.

Prestasi Mueller melesat setelah ia mendapat kepercayaan dari Pelatih Bayern Louis van Gaal untuk bermain sebagai pemain utama di "Die Roten" musim lalu. Dalam sesaat, nama Mueller langsung menenggelamkan Luca Toni, striker veteran yang pernah menjadi top scorer Bundesliga.

Sepanjang musim lalu, Mueller telah bermain selama 4.113 menit untuk "FC Hollywood". Catatan ini hanya berselisih sedikit dibandingkan dengan penampilan pemain terbaik dunia Lionel Messi, yang bermain 4.205 menit untuk Barcelona.

"Aku gembira perjalananku berlanjut di sini dan aku juga benar-benar menikmatinya. Penghargaan ini akan bersamaku sepanjang masa dan ini menjadi kenang-kenangan luar biasa," kata Mueller.

Perjuangan Duo Jepang Menuju Final

Seoang suporter tertarik mengabadikan perjuangan dua suporter Jepang, Yoshumi (kiri) dan Takegi (kanan) dalam mencari tiket final Piala Dunia 2010.

JOHANNESBURG, - Tiket final Piala Dunia 2010 memang sudah lama ludes. Namun, banyak juga orang yang berharap mendapatkan tiket itu, entah dari calo atau ada orang yang batal dan menjualnya, contohnya Yoshumi dan Takegi dari Jepang. Dia rela susah-payah demi mendapatkannya.

Jauh sebelum partai final antara Spanyol-Belanda yang berakhir 1-0 itu dimulai, banyak orang "mengemis" tiket final. Mereka berkeluyuran dan mencegat para penonton, "mengemis" tiket.

"Saya butuh tiket final. Tolong kalau ada dikasih dan saya siap membayar berapa saja," kata seorang suporter.

Kemudian, tak lama ada suporter yang melakukan hal sama. Jumlah suporter yang "mengemis" tiket final itu semakin besar. Mereka, kata rekan wartawan dari Indonesia, malah ada yang mulai mencari tiket sejak pagi.

Sampai pertandingan sudah berjalan pun, masih banyak para pencari tiket. Mereka terus berkeliling dan rajin bertanya kepada siapa saja.

"Anda punya tiket dan mau dijual?" begitu pertanyaan yang sering mereka ajukan.

Para pencari tiket itu rata-rata sioap membayar dengan harga mahal. Kesempatan ini dipakai satu-dua pemilik tiket yang rela melepaskannya.

Seorang rekan dari Malaysia, Chairul dan Akbar, juga ikut mencoba mencoba mencari tiket. Dia sempat ketemu orang yang siap melepaskan tiketnya. Tapi, dia minta harga 1500 dolar AS (atau sekitar Rp 13,5 juta). Tentu saja, mereka menolaknya karena tak rasional.

Beda lagi dengan dua warga Jepang, Yoshumi dan Takagi. Dua suporter yang belum mau pulang meski Jepang sudah tersingkir itu, mengaku sejak awal sudah tak bisa mendapatkan tiket final. Maka, mereka berspekulasi mencari tiket sebelum partai final dimulai. Bahkan, keduanya berdiri di jalan yang dilewati suporter menuju Stadion Soccer City dan membawa pengumuman.

"We need final's ticket," demikian tulisan di kardus yang mereka bawa. Keduanya tampak kedinginan karena suhu Johannesburg semakin turun dan mendekati 0 derajat. Mereka terus menjadi perhatian, bahkan ada suporter yang memanfaatkannya untuk berfoto bersama.

Seorang suporter yang punya tiket mencoba menjajaki kesiapan kedua warga Jepang itu membayar. "Saya siap membayar 300 dolar AS (sekitar Rp 2,7 juta)," kata Yoshumi.

Sang pemilik tiket pun terpaksa menolak. "Maaf, saya tak bisa melepaskan dengan harga itu. Final Piala Dunia kesempatan yang mahal dan saya tak akan melepas tiket ini dengan harga murah," tegasnya.

Yoshumi dan Takegi pun tak bisa berbuat banyak. "Kami sudah hampir kehabisan uang dan itu kemampuan kami," katanya.

Akhirnya, mereka belum juga mendapat tiket. Padahal, keduanya sudah berjuang sejak siang hari. "Tadi kami kepanasan, sekarang kedinginan. Tapi, sudah tekat kami untuk terus berjuang mendapatkan tiket, sampai detik terakhir. Jika hanya salah satu yang mendapt tiket, maka yang satunya siap mengalah. Semoga kami berdua mendapat tiket," kata Takegi.

Dia menambahkan, sejak awal dia siap mendukung Jepang dan berharap terus melaju. Tapi, mereka juga sadar Jepang tak akan masuk final. Maka, mereka tak memesan tiket final sejak awal. Sebab, mereka rencananya pulang begitu Jepang tersingkir.

"Namun, kami akhirnya mengubah rencana. Rekan-rekan sudah pada pulang, sementara kami akan berusaha sampai partai final. Toh, visa kami masih berlaku," tambahnya.

Risikonya, mereka seperti harus berjudi untuk mendapatkan tiket. Bahkan, mereka harus rela kepanasan dan kedinginan terus "mengemis" tiket hingga gelap.

Dan, entahlah apakah mereka akhirnya mendapat tiket dengan harga yang mereka mampu. Sebab, semakin lama saingan mereka semakin banyak.

Fabregas: Belanda Seharusnya Juara

Gelandang Spanyol dan Arsenal, Cesc Fabregas (tengah).

MADRID, — Gelandang Arsenal dan Spanyol, Cesc Fabregas, mengatakan, seandainya bukan melawan timnya di final, Belanda seharusnya keluar sebagai juara Piala Dunia 2010 Afrika Selatan. Secara khusus, ia mengaku bersimpati kepada pemain Belanda yang adalah rekan seklubnya, Robin van Persie.

Spanyol menjadi juara dunia setelah mengalahkan Belanda, 1-0, Minggu (11/7/2010). Kesuksesan tersebut menjadi istimewa mengingat itu merupakan final perdana Spanyol.

Secara khusus, laga itu sangat berarti bagi Fabregas. Tak pernah bermain sebagai starter, ia menjadi pemberi assist terciptanya gol kemenangan Spanyol, yang dicetak Andres Iniesta pada menit ke-116.

Sebaliknya, kekalahan Belanda terasa sangat menyakitkan karena memperpanjang rekor tim "Orange" sebagai raja runner-up untuk ketiga kalinya. Sebelumnya, mereka masuk final Piala Dunia 1974 dan 1978.

Mengetahui itu, Fabregas mengaku menyempatkan diri menghampiri Van Persie dan menghiburnya seusai final tersebut.

"Hal pertama yang harus kulakukan setelah laga berakhir adalah menghampiri Robin. Ketimbang berpesta dengan teman-temanku, aku memilih bicara dengannya," ungkap Fabregas.

"Ia mengalami cedera panjang dan, apabila bukan kami yang ia lawan, hasilnya akan berbeda. Aku berharap ia mendapatkan kesempatan lagi karena ia adalah orang dan pemimpin hebat," tuturnya.

Merah Putih Berkibar di Piala Dunia

Bendera Indonesia, Merah-Putih, ikut berkibar di final Piala Dunia 2010.

JOHANNESBURG, — Sejak Piala Dunia 2010 dimulai hingga babak semifinal, belum terlihat satu pun bendera Indonesia (Merah Putih) ikut berkibar dalam kemeriahan pesta sepak bola. Namun, justru di partai final bendera itu akhirnya berkibar juga, meski hanya satu.

Sekitar pukul 17.30 waktu Afrika Selatan (Afsel), Minggu (11/7/2010), tiba-tiba ada segerombol orang yang penuh semangat meneriakkan yel-yel dan mengibarkan bendera Indonesia di jalan menuju Stadion Soccer City, Johannesburg. Ini cukup langka.

Selama Piala Dunia, tentu saja banyak bendera peserta berkibar dibawa para suporter di tempat-tempat keramaian. Bahkan, bendera bukan tim peserta juga ikut berkibar. Bendera Israel, misalnya, pernah dibawa seorang suporter dan dikibar-kibarkan di Nelson Mandela Square. Namun, rasanya belum pernah bertemu bendera Indonesia yang dikibarkan selama sebulan pesta Piala Dunia 2010.

Bendera itu juga mendapat perhatian banyak orang karena partai final mempertemukan Belanda dan Spanyol. Bendera Belanda juga banyak berkibar yang dibawa suporternya dan mirip bendera Indonesia. Maka, banyak yang sempat tercenung karena di tengah-tengah banyaknya bendera merah-putih-biru (bendera Belanda), tiba-tiba ada bendera yang hanya merah dan putih.

Bagi yang tahu bahwa itu bendera Indonesia, akan langsung memaklumi dan mengerti bahwa mereka suporter asal Indonesia. Bagi yang tak tahu, mungkin akan merasa aneh atau malah menduga ada bendera Belanda yang kurang lengkap.

Mereka memang orang-orang Indonesia yang khusus datang ke Afsel untuk menyaksikan final Piala Dunia 2010. Mereka datang pada 10 Juli, dan sehari kemudian langsung menonton final.

"Kami datang 60 orang. Ya, kami ingin ikut menikmati Piala Dunia dan menjadi bagian dari pesta sepak bola ini," jelas Nanang Hermawan.

Menurutnya, kelompok suporter asal Indonesia itu dijaring oleh Nokia. Mereka dipilih berdasarkan aktivasi handphone dengan sistem tersendiri. Diambillah 60 orang untuk diberangkatkan ke Afsel dan menonton Piala Dunia.

"Senanglah, kami semua amat senang menonton Piala Dunia 2010. Makanya, kami terus bergembira sepanjang perjalanan menuju stadion," kata Karsanty, anggota rombongan itu. Hal yang sama dikatakan oleh Maruya.

Karena orang Indonesia, mereka pun membawa bendera Merah Putih. Setidaknya, mereka ingin mengabarkan bahwa Indonesia ada di Piala Dunia, meski sebagai penonton.

"Hore... Hore...," begitu teriak para suporter Indonesia itu. Mereka sering mendapat perhatian selama perjalanan ke stadion dari tempat parkir yang jaraknya sekitar 3 sampai 4 kilometer. Bahkan, ada suporter negara lain yang minta berfoto bersama suporter Indonesia.

Maradona Baik-baik Saja

Pelatih Argentina, Diego Maradona.

BUENOS AIRES, - Tim dokter yang menangani kesehatan Diego Maradona memastikan bahwa Pelatih Argentina itu dalam kondisi baik-baik saja. Maradona tidak terjerumus dalam penggunaan narkoba ataupun alkohol setelah timnya tersingkir di Piala Dunia 2010.

Argentina mengalami pukulan telak setelah ditekuk Jerman di perempat final Piala Dunia dengan skor 4-0. Sejak itu, Maradona yang tadinya yakin bakal mengantar "Albiceleste" sebagai juara dunia dikabarkan menutup diri dan mengurung diri di kamar. Kemudian muncul kekhawatiran Maradona bakal kembali menggunakan obat-obatan terlarang sejak terakhir kali berhenti memakainya enam tahun lalu.

Namun, dokter Alfredo Cahe mengatakan bahwa "Sang Tangan Tuhan" bersih dari kecanduan. Cahe memastikan bahwa pelatih 49 tahun itu baik-baik saja meskipun masih agak terpukul oleh kekalahan di Afrika Selatan.

"Dia sedikit terpukul, secara nalar," kata Cahe. "Namun, dia tidak terjerumus dalam depresi. Tidak seperti yang mereka (media) katakan di sini, di mana dia kembali mengalami kecanduan. Saya pikir saya bakal melihatnya dalam kondisi lebih buruk, tapi tidak. Saya melihatnya sedang merenung."

Sesaat setelah dikalahkan Jerman, Maradona mengatakan dirinya mungkin akan mundur dari jabatan pelatih timnas. Namun, keputusan itu masih akan dipikirkannya sebelum bertemu dengan Federasi Sepak Bola Argentina (AFA). "Diego ingin memberi kita kebahagiaan lebih besar. Dia sedang memikirkan soal masa depannya di sepak bola," ucap Cahe.

AFA telah menegaskan, keputusan untuk tetap menjadi pelatih atau mundur sepenuhnya berada di tangan Maradona. Ia masih memiliki kontrak hingga 2011 di mana Argentina menjadi tuan rumah Copa America.