Rabu, 30 Juni 2010

Maradona: Ini Cara Kalahkan Jerman, Capello!

Pointign the way ... Diego Maradona

JOHANNESBURG, - The Sun memberitakan, pelatih Argentina, Diego Maradona, ingin Inggris menyaksikan pertandingan antara timnya melawan Jerman, di perempat final Piala Dunia 2010 Afrika Selatan, Sabtu (3/7/2010). Disebutkan, Maradona ingin menunjukkan kepada Inggris cara menyumpal moncong "Der Panzer".

Jerman masuk ke perempat final setelah membekap Inggris 4-1, Minggu (27/6/2010). Hasil ini membuat publik Inggris terpukul karena tim mereka benar-benar termakan jebakan serangan balik Jerman.

Sementara itu, Argentina masuk delapan besar berkat kemenangan 3-1 atas Meksiko, Minggu (27/6/2010). Ini adalah kemenangan keempat mereka selama di Piala Dunia ini dan Maradona mengaku yakin, Jerman tak akan sanggup menghentikan ambisi timnya memperpanjang rekor tersebut.

"Pertama-tama, kami akan mengevaluasi siapa yang bermain dan siapa yang tidak bermain melawan Meksiko. Kemudian, kami akan menemukan tim terbaik, tim elit, untuk melawan Jerman," ujar Maradona.

Dunga: Belanda Takkan Hentikan Kami

Pelatih Brasil, Carlos Dunga.

PORT ELIZABETH, - Optimisme Pelatih Brasil Carlos Dunga untuk mencapai final Piala Dunia membubung tinggi. Ia yakin langkah "Selecao" takkan mampu dihentikan Belanda di babak perempat final.

Ini adalah pertemuan kesepuluh antara "Oranye" dan "Samba". Dari sembilan pertemuan sebelumnya, Brasil unggul tiga kali. Dua pertemuan menjadi milik Belanda dan empat pertandingan berlangsung imbang.

Dua pertemuan terakhir terjadi di Piala Dunia 1994 dan 1998, di mana "Samba" selalu menang. Kini Dunga yakin bisa mengulangi kesuksesan itu. Namun, niatnya takkan mudah terlaksana mengingat Belanda tak terkalahkan dalam 23 pertandingan terakhir.

"Kami tahu Belanda adalah tim yang sulit dikalahkan dan mereka sangat kuat secara teknik. Mereka bermain sepak bola seperti tim-tim dari Amerika Selatan. Walaupun Brasil mampu mengalahkan Belanda dua kali di piala dunia sebelumnya, namun setiap piala dunia memiliki cerita berbeda," kata Dunga.

"Belanda memiliki tradisi bagus di piala dunia. Kami harus hati-hati dengan pemain-pemain Belanda. Mereka sangat bagus secara teknik dan kami harus mampu mengatasi hal itu," tambahnya.

Dunga yakin, ia bisa memenuhi harapan rakyat Brasil untuk membawa "Selecao" menjadi juara dunia keenam kalinya. "Mengingat kualitas tim Brasil, selalu ada harapan untuk menjadi juara. Tapi Anda tak bisa memenangkan piala dunia dengan menjadi unggulan saja. Saat piala dunia berjalan, kepercayaan diri akan tumbuh dan kami berharap bisa mencapai partai final," lanjutnya.

Menang Adu Penalti, Paraguay ke Perempat Final

Pemain Jepang Yuichi Komano, gagal mengeksekusi penalti. Tendangannya membentur mistar gawang, sehingga Jepang akhirnya kalah 3-5 dari Paraguay dalam drama adu penalti babak perdelapan final Piala Dunia 2010, Selasa (29/6/10).

PRETORIA, - Paraguay melangkah ke perempat final Piala Dunia 2010. Keberuntungan menaungi "La Albirroja", karena menang adu penalti 5-3 pada laga perdelapan final di Stadion Loftus Versfeld, Pretoria, Selasa (29/6/10).

Sebelumnya, kedua tim bermain imbang 0-0 selama 90 menit waktu normal plus 2x15 menit extra time. Dengan demikian, penalti jadi "hakim" untuk menentukan siapa yang maju ke babak delapan besar.

Dalam drama yang menegangkan ini, semua algoju Paraguay sukses menjalankan tugasnya. Sedangkan Jepang, satu pemainnya gagal, yaitu Yuichi Komano, karena tendangannya mengenai mistar dan bola keluar.

Dengan demikian, Paraguay menunggu pemenang Spanyol vs Portugal. Mereka akan bertarung untuk perebutkan tiket ke semifinal.

Jepang tampil agresif sejak wasit Frank de Bleeckere meniup peluit kick-off. "Samurai Biru" langsung memberikan tekanan kepada Paraguay. Strategi ini cukup manjur, karena membuat "La Albiroja" cukup sulit mengembangkan permainannya di awal laga tersebut.

Sepanjang 45 menit pertama ini, tim besutan Takeshi Okada tersebut lebih banyak menguasai jalannya pertandingan. Sayang, peluang yang dihasilkan tidak berujung gol, termasuk tendangan keras Keisuke Honda dari luar kotak penalti pada menit ke-40. Babak pertama berakhir imbang 0-0.

Pada babak kedua, gantian Paraguay yang mendominasi sejak awal. "La Albirroja" terus menggempur tembok pertahanan Jepang, dan nyaris membuahkan gol pada menit ke-55. Edgar Benitez berhasil menembus kotak penalti setelah menerima umpan terobosan. Tetapi, tembakan kaki kirinya bisa diblok Yuji Nakazawa, yang meluncur untuk menghalaunya.

Namun di 20 menit terakhir, Jepang bisa keluar dari tekanan untuk melancarkan serangan balasan. Walaupun demikian, serangan Samurai Biru tak mampu meruntuhkan kokohnya barisan belakang Paraguay, sehingga sampai waktu normal 90 menit selesai, skor tetap imbang 0-0. Pertandingan pun dilanjutkan dengan babak tambahan waktu 2x15 menit.

Memasuki 15 menit pertama babak perpanjangan waktu, Jepang langsung menggeber. Serangan cepat yang dibangun dari sayap kanan membuat kubu Paraguay sempat ketar-ketir. Kengo Nakamura melepaskan tendangan datar yang keras dari sayap kanan, dan bola diblok Cladio Morel Rodriguez.

Paraguay pun memberikan reaksi serupa. Pada menit ke-94, melalui serangan dari sayap kiri, mereka bisa menerobos tembok pertahanan Jepang ketika Edgar Benitez melepaskan umpan silang. Barrios dengan sempurna menyundulnya, tetapi si kulit bundar mengarah tepat ke pelukan Kawashima.

Menit ke-97, Paraguay mendapat peluang terbaik sepanjang pertandingan yang melelahkan ini. Berawal dari solo run Claudio Morel hingga mendekati kotak penalti, dia memberikan umpan terobosan kepada Nelson Haedo Valdez. Sayang, sontekan Valdez mengenai kaki kiper Kawashima, yang maju untuk mempersempit ruang tembak Valdez.

Dalam waktu tersisa, tempo permainan mulai menurun. Stamina yang terkuras, membuat kedua tim memilih untuk bermain aman, sambil menunggu kesempatan melakukan serangan balik. Tetapi, sampai dengan menit ke-120, gol yang dinanti-nantikan tak kunjung datang sehingga skor akhir 0-0. Adu penalti pun menjadi "hakim" laga ini.

Adu penalti

Dalam drama dan uji keberuntungan ini, Paraguay yang lebih dulu melakukan tendangan. Edgar Barreto yang menjadi eksekutor dan dia sukses menjebol gawang Kawashima. Meskipun terbaca, tetapi tendangan kerasnya tak terjangkau.

Jepang bisa menyamakan kedudukan menjadi 1-1 setelah Yasuhito Endo dengan mudah memperdaya Villar. Paraguay kembali unggul lewat tendangan Lucas Barrios, dan disamakan lagi oleh Jepang ketika bola tembakan Makoto Hasebe gagal dihalau.

Selanjutnya, Cristian Riveros yang menjadi algoju ketiga Paraguay, dengan percaya diri melaksanakan tugasnya karena dia berhasil memperdaya Kawashima untuk membawa timnya memimpin 3-2. Dalam kondisi cukup tertekan, Yuichi Komano mencoba menyamakan kedudukan. Sayang, tendangan kerasnya membentur mistar gawang dan bola memantul keluar. Paraguay tetap memimpin 3-2.

Valdez, yang menjadi penendang keempat Paraguay, tak menyia-nyiakan kesempatan untuk mempertebal keunggulan "La Albirroja". Dia sukses menjebol gawang Jepang, membuat Paraguay unggul 4-2. Jepang sempat mengais harapan ketika Keisuke Honda bisa mencetak gol sehingga skor menjadi 4-3.

Namun, Oscar Cardozo yang menjadi penendang terakhir, kembali mencetak gol untuk mengubah kedudukan menjadi 5-3. Sontak, para pemain Paraguay langsung berhamburan untuk meluapkan dan merayakan keberhasilan mereka maju ke perempat final, karena kemenangan sudah berada di genggaman.

- Tendangan penalti

Paraguay Jepang
Edgar Barreto: gol Yasuhito Endo: gol
Lucas Barrios: gol Makoto Hasebe: gol
Cristian Riveros: gol Yuichi Komano: gagal (kena mistar)
Nelson Haedo Valdez: gol Keisuke Honda: gol
Oscar Cardozo: gol

- Susunan pemain

Paraguay: 1-Justo Villar; 21-Antolin Alcaraz, 14-Paulo Da Silva, 3-Claudio Morel Rodriguez, 6-Carlos Bonet; 16-Cristian Riveros, 20-Nestor Ortigoza (8-Edgar Barreto 74'), 10-Edgar Benitez (18-Nelson Haedo Valdez 59'), 13-Enrique Vera; 19-Lucas Barrios, 9-Roque Santa Cruz (7-Oscar Cardozo 93').

Jepang: 21-Eiji Kawashima; 4-Marcus Tulio Tanaka, 22-Yuji Nakazawa, 5-Yuto Nagatomo, 3-Yuchi Komano; 2-Yuki Abe (14-Kengo Nakamura 80'), 7-Yasuhito Endo, 17-Makoto Hasebe; 16-Yoshito Okubo, 18-Keisuke Honda, 8-Daisuke Matsui (9-Shinji Okazaki 65').

Tevez Lapar Kesuksesan

Striker Argentina, Carlos Tevez.

CAPE TOWN, - Ambisi utama Carlos Tevez dalam kariernya adalah memenangkan Piala Dunia. Kini, Tevez sudah begitu dekat dan ia sangat optimistis bisa memenangkannya pada 11 Juni mendatang di Johannesburg. Bagi Tevez, kesempatan yang sudah ada di depan mata tak boleh disia-siakan.

Tevez bersama Argentina kini sudah berada di babak perempat final. Mereka akan menghadapi Jerman di Stadion Cape Town pada 3 Juli mendatang. Bagi Tevez, kemenangan melawan "Die Mannschaft" merupakan harga mati yang harus dipenuhi. Tak ada kata mundur, Jerman harus dikalahkan guna memperoleh tiket ke babak semifinal.

"Kenapa berpikir aku tak bisa menjadi juara? Setiap malam aku selalu memikirkan hal itu. Aku lapar akan kesuksesan dan aku tak bisa membayangkan kesedihan besar yang akan aku alami tanpa trofi itu. Aku tak boleh kalah Sabtu ini (lawan Jerman)," kata Tevez.

Selama ini, Tevez selalu menjadi salah satu pemain favorit rakyat Argentina. Oleh karena itu, ia ingin membalas semua dukungan yang ia peroleh dengan memenangkan trofi Piala Dunia untuk rakyat Argentina.

"(Menjadi favorit) membuatku sangat bahagia. Ini pasti karena caraku bermain. Aku memberikan segalanya untuk setiap bola dan semua orang tahu akan hal itu. Mudah-mudahan, dengan semua rekan-rekanku, kami bisa memberikan kebahagiaan yang kami harapkan," lanjut pemain Manchester City tersebut.

Tevez: Jerman Tak Boleh Menang

Striker Argentina, Carlos Tevez.

JOHANNESBURG, - Penyerang Argentina, Carlos Tevez, menyatakan, hasil selain menjuarai Piala Dunia akan membuat dirinya dan rekan-rekannya sangat kecewa. Ia pun mengaku mengusung misi harus menang saat timnya bertemu Jerman, di babak perempat final, Sabtu (3/7/2010).

"Aku punya rasa lapar akan kejayaan yang begitu besar sehingga aku tak bisa membayangkan kesedihan besar yaitu gagal mengangkat trofi. Aku tak bisa menanggung kekalahan hari Sabtu," ujar Tevez.

"Aku memberikan segalanya (setiap kali menguasai bola) dan orang mengerti itu. Mudah-mudahan, bersama rekan-rekanku, kami bisa memberi (rakyat Argentina) kegembiraan yang kami semua harapkan," tambahnya.

Sepanjang Piala Dunia 2010 ini, Tevez telah tampil sebanyak tiga kali dari empat pertandingan yang sudah dimainkan Argentina dan menyumbang dua gol.

Friedrich: Argentina Lebih Favorit

Pemain Jerman, Arne Friedrich.

CAPE TOWN, - Defender Jerman Arne Friedrich menilai Argentina lebih pantas menjadi favorit ketimbang timnya, saat bertemu di babak perempat final Piala Dunia 2010, Sabtu (3/6/2010). Menurut Friedrich, "Albiceleste" memiliki pemain-pemain yang jauh lebih berkualitas dibanding "Die Mannschaft".

Di piala dunia kali ini, Argentina memiliki banyak pemain ternama, seperti Lionel Messi, Gonzalo Higuain, Carlos Tevez, dan Javier Mascherano. Adapun Jerman tak memiliki individu yang menonjol selain Bastian Schweinsteiger, Thomas Mueller, dan Philipp Lahm yang mengantar Bayern Muenchen ke final Liga Champions.

"Argentina adalah favorit. Dalam perbandingan satu lawan satu, mereka memiliki pemain lebih baik. Mereka memiliki individu luar biasa seperti Messi, Tevez, dan yang lainnya. Tapi kami harus menjadi tim yang dapat menemukan solusi untuk mengatasi masalah ini. Kami dekat sebagai sebuah tim dan sejauh ini kami telah menunjukkan bahwa kami bisa bersaing dengan semua lawan kami," kata Friedrich.

Selain perbandingan pemain, Friedrich juga menyatakan kekagumannya kepada Pelatih Argentina, Diego Armando Maradona. "Dia (Maradona) memiliki daya tarik besar. Dia seorang bintang. Sebagai pemain dan sekarang pelatih, dia tak tertandingi. Bagiku dia adalah pemain terbaik sepanjang masa dan selamanya akan selalu seperti itu. Akan menjadi lebih indah jika kami yang menang melawan timnya," lanjut bek berusia 31 tahun tersebut.

Pemain-pemain Jerman juga kalah tenar dibandingkan Inggris. Akan tetapi, Jerman bisa mengatasi "Three Lions" di babak 16 besar, bahkan dengan kemenangan telak 4-1.

Keane: Salahkan Pemain, Bukan Capello!

Roy Keane berbicara kepada wartawan seusai diperkenalkan sebagai pelatih Ipswich Town, 23 April 2009.

LONDON, - Mantan kapten Manchester United, Roy Keane, menegaskan bahwa Inggris beruntung karena dilatih Fabio Capello. Bukan Capello yang salah ketika Inggris gagal, melainkan para pemain "Three Lions".

Berbagai pengamat sepak bola terus membicarakan kekalahan terbesar Inggris dari Jerman di babak perdelapan final Piala Dunia 2010. Pendukung Inggris selalu menuding Capello sebagai kambing hitam atas kegagalan tersebut. Akan tetapi, Keane menilai kesalahan itu akibat ketidaksempurnaan pemain-pemain yang dibawa ke Afrika Selatan.

"Orang selalu bilang soal pemain kelas dunia, tapi mereka tidak demikian. Anda bilang mereka bagus di Premier League, tapi tolong sebutkan pemain mana yang menjalani musim bagus," kata Keane, yang pernah mundur dari timnas Irlandia sebelum Piala Dunia 2002.

Menurut Keane, hanya striker Wayne Rooney yang menjalani musim terbaiknya di Premier League musim lalu. Akan tetapi, Rooney justru gagal menunjukkan taringnya di turnamen kali ini. Pemain Manchester United itu sama sekali tidak mencetak gol untuk Inggris. Pemain lain, kata Keane, tidak lebih baik dibanding Rooney.

"Lihatlah para kiper. David James terdegradasi bersama Portsmouth dan Robert Green hanya sekadar bertahan bersama West Ham. Glen Johnson main bagus di at Liverpool, tapi John Terry mengalami masalah pribadi," terang Keane.

"Matthew Upson tidak bagus di West Ham dan Ashley Cole baru saja kembali dari cedera. James Milner bermain bagus musim lalu, tapi Gareth Barry sama halnya dengan Manchester City," lanjut pelatih Ipswich Town tersebut.

"Terus mengkritik dan mempertanyakan pelatih adalah gila. Dia tidak melakukan hal yang salah selama babak kualifikasi. Orang-orang harusnya membiarkan dia bekerja. Dia benar-benar brilian dan Inggris beruntung memilikinya," pungkasnya.

Sebelumnya, mantan pemain Jerman Franz Beckenbauer juga mengkritik performa Inggris di kancah dunia. Menurutnya, Inggris terlalu banyak memainkan pemain asing di liga sehingga ciri khas sepak bola nasional mereka luntur.

Tujuh Trofi Piala Dunia Dicuri

Replika trofi Piala Dunia.

JOHANNESBURG, — Sebanyak tujuh replika trofi Piala Dunia dicuri dari markas sementara FIFA di Johannesburg. Polisi sedang menyelidiki kasus ini.

"Kami tahu ada pencurian di kantor FIFA. Tujuh replika Piala Dunia dan beberapa sweter dicuri. Polisi sedang mengusutnya," kata Kepala Polisi Afrika Selatan Bheki Cele.

Trofi, yang masing-masing berharga 255 dollar Amerika Serikat atau Rp 2,3 juta itu, rencananya akan dipertontonkan kepada publik pada partai final yang akan digelar di Stadion Soccer City, Johanneburg, 11 Juli mendatang.

Selain itu, Cele juga mengonfirmasikan, sejak Piala Dunia dimulai 11 Juni lalu, sebanyak 316 orang telah ditahan atas berbagai kasus kejahatan. Sebanyak 207 orang dari jumlah itu adalah warga Afrika Selatan.

Wasit Dukung Penggunaan Teknologi

Wasit asal Inggris, Howard Webb, ketika memimpin pertandingan 16 besar Piala Dunia 2010 antara Brasil dan Cile.

PRETORIA, — Wasit internasional mendukung langkah FIFA mempertimbangkan penggunaan teknologi garis gawang jika metode ini membantu mereka membuat keputusan menjadi lebih kredibel.

Dukungan ini terkait dengan pernyataan Presiden FIFA Sepp Blatter yang akan mempertimbangkan penggunaan teknologi setelah adanya keputusan kontroversial dari sejumlah wasit pada babak 16 besar Piala Dunia 2010.

"Saya terbuka dengan hal apa pun selama membuat kami lebih kredibel," jawab Howard Webb, yang menjadi pengadil dalam laga 16 besar antara Brasil dan Cile.

"Saya mantan polisi. Saya ingin hukum ditegakkan. Namun, bukan saya yang membuat keputusan. Kami tertarik," tambah wasit asal Inggris itu seusai sesi latihan wasit di Pretoria.

Meksiko dan Argentina menjadi korban kesalahan fatal wasit pada babak 16 besar. Saat Argentina mengalahkan Mesksiko 3-1, Senin (27/6/2010), wasit Roberto Rosetti membuat keputusan kontroversial dengan mengesahkan gol Carlos Tevez pada menit ke-26. Padahal, Tevez dalam posisi off-side sebelum menyundul operan bola dari Lionel Messi.

Begitu juga dengan keputusan wasit Jorge Lorrionda, yang tidak mengesahkan tendangan Frank Lampard menjadi gol saat Inggris dikalahkan Jerman 1-4. Padahal tembakan Lampard telah melewati garis gawang meski akhirnya keluar dari jaring.

Konser Piala Dunia Batal Diboikot

Grup musik Black Eyed Peas.

SOWETO, - Konser Piala Dunia di Stadion 0rlando, Soweto, akhirnya tetap berlangsung, meski ada ancaman pemboikotan dari berbagai organisasi. Sampai berita ini diturunkan, presiden FIFA, Sepp Blatter, baru saja selesai pidato.

"Saya sangat bahagia berada di sini. Sepak bola tak hanya permainan, tapi juga menghubungkan semua orang," kata Blatter.

Sementara itu, Presiden Afsel, Jacob Zuma mengatakan, Afrika harus bangga karena untuk pertama kalinya menjadi tuian rumah Piala Dunia. "Datanglah ke sini untuk ikut menikmati Piala Dunia," katanya.

Konser ini memang sempat diancam akan diboikot. Sebab, semua diset oleh FIFA dan kebudayaan Afsel kurang ditonjolkan. Namun, sejauh ini situasi berlangsung aman dan meriah.

Artis Afsel, Lira, sempat menyihir ribuan suporter yang memadati Stadion Orlando. Dan, setelah pidato Zuma dan Blatter, Black Eyed Peas membuat ribuan massa kembali bergoyang.

Blatter Minta Maaf kepada Meksiko-Inggris

Presiden FIFA, Sepp Blatter.

JOHANNESBURG, — Presiden FIFA Sepp Blatter meminta maaf kepada Meksiko dan Inggris atas terjadinya keputusan kontroversial dari wasit pada babak 16 besar Piala Dunia 2010.

Tersingkirnya Inggris dan Meksiko diiringi kontroversi. Wasit Jorge Lorrionda membuat keputusan kontroversial saat memimpin duel Inggris versus Jerman, Senin (27/6/2010).

Wasit asal Uruguay itu tidak mengesahkan tendangan Frank Lampard. Saat itu, gelandang Chelsea itu melepaskan tembakan keras yang menerpa mistar kemudian memantul masuk melewati garis gawang sebelum memantul keluar. Jika gol itu disahkan, maka kedudukan akan menjadi imbang 2-2 saat turun minum. Namun, yang terjadi, Steven Gerrard dan rekan-rekannya justru kalah 1-4. Pelatih Fabio Capello langsung menuding bahwa keputusan wasit itu menyebabkan timnya kalah.

Setelah laga tersebut, giliran wasit Roberto Rosetti membuat keputusan "aneh" saat memimpin duel Argentina versus Meksiko. Wasit asal Italia itu mengesahkan gol penyerang Argentina, Carlos Tevez.

Para pemain "El Tri" memprotes keputusan Rosetti karena Tevez dalam posisi off-side sebelum mencetak gol. Sama halnya dengan Capello, wasit Javier Aguirre juga menuding bahwa keputusan Rosetti telah menghancurkan semenangat timnya sehingga akhirnya kalah 1-3.

Blatter sependapat bahwa wasit telah melakukan kesalahan. Ia memandang bahwa wasit seharusnya tak melakukan kesalahan fatal pada turnamen bergengsi seperti Piala Dunia. "Saya menyesalkan saat Anda melihat bukti dari kesalahan wasit. Itu sama sekali bukan pertandingan bintang lima bagi wasit. Saya telah meminta maaf," ucapnya.

"Saya telah minta maaf kepada dua delegasi itu," tambahnya.

Blatter Minta Maaf, FIFA Pertimbangkan Teknologi

Presiden FIFA, Sepp Blatter.

JOHANNESBURG, Presiden FIFA Sepp Blatter telah meminta maaf kepada tim-tim yang merasa dirugikan atas keputusan wasit pada Piala Dunia 2010. Untuk itu, FIFA akan mempertimbangkan penggunaan teknologi garis gawang untuk menentukan keabsahan sebuah gol.

"Saya telah meminta maaf kepada kedua delegasi," kata Blatter tentang keputusan wasit yang merugikan Meksiko dan Inggris. "Saya menyesalkan ketika Anda melihat kesalahan wasit yang terlihat nyata."

Permintaan maaf ini terkait dengan keputusan wasit yang kontroversial pada babak 16 besar Piala Dunia 2010. Saat Argentina mengalahkan Mesksiko 3-1, Senin (27/6/2010), wasit Roberto Rosetti membuat keputusan kontroversial dengan mengesahkan gol Carlos Tevez pada menit ke-26.

Para pemain "El Tri" memprotes keputusan Rosetti karena menilai Tevez dalam posisi off-side sebelum menyundul tendangan Lionel Messi yang mengarah ke gawang Meksiko. Seusai laga, Pelatih Javier Aguirre menuding bahwa Rosseti-lah yang menjadi penyebab kekalahan timnya.

Sebelumnya, Pelatih Inggris, Fabio Capello, juga mengeluhkan keputusan wasit Jorge Lorrionda yang tidak mengesahkan gol Frank Lampard saat melawan Jerman.

Saat itu, Lampard melepaskan tembakan keras yang menerpa mistar dan memantul masuk melewati garis gawang sebelum mental keluar jaring. "Tiga Singa" seharusnya menyamakan kedudukan 2-2 andai gol itu disahkan. Capello mengungkapkan, keputusan sang wasit telah menghancurkan semangat anak asuhnya sehingga akhirnya kalah 1-4.

"Sudah jelas bahwa setelah pengalaman di Piala Dunia sejauh ini, akan jadi omong kosong bila arsip teknologi garis gawang tak dibuka lagi," ucap Blatter.

"Kami tidak bisa mengubah apa pun pada 10 pertandingan di
Piala
Dunia, tetapi kami akan mempertimbangkan penggunaan teknologi, teknologi garis gawang, pada pertemuan bisnis Dewan Asosiasi Sepak Bola Internasional di Cardiff, Wales, pada bulan Juli nanti," tambahnya.

Piala Dunia dan Bayangan Xenophobia

Kawasan kumuh di Afrika Selatan banyak bertebar di pinggir-pinggir kota. Dari kawasan ini sering muncul aksi xenophobia yang menyerang para pendatang.

PARA pendatang di Afrika Selatan (Afsel) diburu, dihajar, dan dibantai. Dari tahun 2000 sampai 2008, ratusan orang terluka dan 67 pendatang tewas. Bahkan, Maret 2008, 62 dua orang tewas karena dibantai.

Semua itu aksi kebrutalan masyarakat Afsel karena xenophobhia, atau ketakutan tak berdasar kepada para pendatang. Mereka dianggap mengambil rezeki pribumi dan menyebarkan penyakit mematikan, termasuk HIV AIDS. Mereka juga dianggap menyuburkan kriminal di Afsel.

Jika orang Afsel diajak bicara soal tingginya kriminal di Afsel, maka mereka buru-buru langsung menuduh pendatang. "Orang Afsel tak ada yang suka kriminal. Mereka berasal dari Zimbabwe, Mozambik, Namibia, dan Nigeria," begitu selalu jawabannya.

Sejak Afsel memasuki era demokrasi dan melepaskan politik rasial Apartheid pada 1994, xenophobia sering terjadi. Masyarakat mulai curiga kepada para pendatang.

Afsel sendiri sejak memasuki era demokrasi seperti oase bagi warga Afrika. Banyak warga dari negara lain masuk ke Afsel untuk mencari peruntungan baru. Sebanyak 350.000 orang Mozambik dilaporkan mengungsi ke Afsel pada 1994 karena keadaan negaranya kacau.

Mereka akhirnya diberi tempat oleh pemerintah Afsel di dekat komunitas para kulit hitam. Orang kulit hitam di Gazankulu bisa menerimanya. Sementara di Lebowa, orang dengan berat hati menerima mereka, bahkan semakin membencinya.

Tak hanya dari Mozambik. Pengungsi dari Zimbabwe, Namibia, Botswana, dan negara Afrika lainnya juga semakin banyak. Pada perkembangannya, para pendatang itu banyak yang sukses di Afsel.

Di pasar-pasar di Afsel, rata-rata pedagang datang dari luar. Jika tak dari China, biasanya dari Zimbabwe, Mozambik, Namibia, Nigeria, dan negara utara Afsel lainnya. Bahkan, daerah Hillborugh yang dulu dikuasai kulit putih, kini menjadi wilayah pendatang yang amat rawan.

Karena itu, sejak 1994 muncul serangkaian aksi xenophopbia yang menyerang para pendatang. Tadinya menyerang warga Mozambik, Zimbabwe, Nigeria dan pendatang dari negara tetangga lainnya. Lama-lama menjadi asal menyerang pendatang dari mana pun.

"Pada 2008, aksi xenophobia sudah sangat ngawur. Mereka menyasar pendatang dari mana saja. Bahkan, saking tak bisa membedakan, pribumi juga ikut diserang," kata Djaka Widyatmadja, staf KBRI di Pretoria memberi kesaksiannya.

Mula-mula, aksi xenophobia muncul di Privinsi Gauteng yang mencakup Johannesburg dan Pretoria. Namun, lama-lama aksi itu menyebar ke seluruh Afsel dan semakin parah.

"Saya bisa membedakan mana orang Afsel dan mana orang Zimbabwe, Mozambik, Nigeria, atau Namibia," jelas Steve, warga Afsel.

Selama Piala Dunia, diperkirakan para pendatang dari negara-negara di utara Afsel semakin banyak. Apalagi, kondisi sosial-politik dan ekonomi mereka masih belum stabil. Wajar jika mereka berusaha masuk Afsel untuk mencari peruntungan baru.

Beberapa orang Afsel sudah merasakannya. Menurut Steve, selama Piala Dunia banyak pendatang dari negara-negara di utara Afsel. Mereka datang bukan sebagai penonton bola, tapi mencari lahan kehidupan baru.

Hal itu memang bisa dirasakan. Di beberapa pasar, banyak orang dari Mozambik, Zimbabwe, Botswana, Namibia, dan Nigeria. Mereka berdagang apa saja. Sebagian, menurut polisi, juga melakukan kejahatan di Afsel. Apalagi, sebagian dari pengungsi itu desersi tentara di negaranya.

Xenophobia masih hangat, bahkan seperti api dalam sekam. Sebab itu, pemerintah Afsel harus bekerja keras untuk meredamnya, jika tak ingin terjadi aksi-aksi xenophobia kembali yang mungkin lebih parah.

Sebab, kondisi ekonomi di Afsel semakin tak merata. Saat ini, seperempat dari sekitar 49 juta penduduk Afsel dalam kartegori pengangguran dan sebagian besar homeless atau tak punya rumah. Mereka tinggal di daerah-daerah kumuh. Dari mereka pula sering muncul aksi xenophobia.

"Trauma xenophobia itu belum hilang. Jika makin banyak pendatang dan kemudian dominan di sektor ekonomi, tak menutup kemungkinan xenophobia kembali terjadi. Itu yang sekarang ditakutkan," jelas Dedi jayadiputra pejabat bidang penerangan, sosial, dan budaya KBRI di Pretoria.

Sentimen itu memang masih terasa. Sekarang, segala hal negatif yang terjadi di Afsel, selalu dituduhkan sebagai bawaan para pendatang. Kriminal dikatakan sebagai pendatang. Banyak kasus AIDS juga dinilai bawaan pendatang, begitu juga dengan banyaknya aksi pemerkosaan.

Sentimen di Afsel masih cukup tinggi. Sentimen antara kulit putih dan hitam belum hilang sama sekali, ini bertambah dengan sentimen dengan para pendatang.

Piala Dunia Kurang Seksi

Para suporter Portugal memakai pakaian rapat saat mendukung timnya, karena kedinginan.

JOHANNESBURG, — Piala Dunia biasanya memang selalu digelar pada bulan Juni dan Juli. Saat itu, beberapa negara dalam balutan musim panas. Namun, di Afrika Selatan (Afsel), Piala Dunia 2010 ini justru berada dalam musim dingin atau winter.

Memang, Afsel punya musim yang unik. Saat negara-negara Eropa atau Amerika mengalami musim panas, Afsel justru sedang dingin-dinginnya. Suhu udara bisa mencapai di bawah nol derajat.

Imbasnya, Piala Dunia 2010 pun kurang seksi. Jika biasanya banyak penonton berpakaian seksi dan terbuka, maka kini mereka sangat tertutup karena hawa dingin memaksa penonton memakai pakaian rapat dan hangat.

"Inilah kesalahan Afrika Selatan. Piala Dunia pada musim dingin, pandangan mata jadi kurang sedap, kurang seksi," celetuk seorang wartawan asal Indonesia.

Para penonton memang kurang berwarna. Mereka hampir selalu memakai jaket, syal, bahkan penutup kepala untuk melawan hawa dingin. Maklum, suhu di Afsel bisa mencapai 0 sampai minus 5 derajat celsius.

Selama Piala Dunia, para wanita juga cenderung suka memakai sepatu bot, syal, dan jaket. Maklum, orang yang biasa hidup di daerah dingin pun tetap tak kuat jika hanya memakai pakaian tipis.

Gaya para penonton pun tidak bisa variatif. Mexican wave tak ada. Kalaupun ada, tak pernah kompak. Nyanyian-nyanyian penonton tak ada karena tenggelam oleh raungan vuvuzela. Penonton pun seolah merasa percuma jika harus menari.

Fan Fest Mungil Nan Sepi

FIFA Fan Fest di Bloemfonten sangat kecil dan sederhana. Pengunjungnya pun sedikit dan bisa menonton dengan bangku tanpa terganggu.

BLOEMFONTEIN, - Kemeriahan Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan (Afsel) semakin hari semakin menurun. Bahkan, atmosfir Piala Dunia terasa kurang greget dan terlalu sederhana. Apalagi di Bloemfontein, ibukota yudisial Afsel yang menjadi salah satu kota penyelenggara.

Kota ini terasa amat sepi. Selain penduduknya kurang dari 400 ribu, kemasan Piala Dunia di Kota Mawar tersebut sangat sederhana. Hanya ada beberapa gerai sponsor yang pengunjungnya kadang segelintir.

FIFA Fan Fest di Bloemfontein pun teramat kecil, Luasnya hanya sekitar 50 meter persegi, terkesan seperti halaman rumah. Kemudian, di salah satu sisi diberi layar lebar dan panggung sederhana.

Jangan tanya jumlah penontonnya. Dalam sekejap pun bisa dihitung. Tak ada hiburan, tak ada pula gerai-gerai makanan atau minuman.

Di depan layar lebar ditaruh sekitar 10 bangku untuk duduk para penonton. Bangku-bangku itu hanya bisa menampung sekitar 50 orang. Yang tak mendapat bagian cukup duduk di batu-batu besar.

Pada pertandingan Inggris lawan Jerman, Minggu 927/6/2010), harusnya banyak pengunjung. Sebab, ini pertandingan besar. Faktanya, hanya sedikit penonton dan terkesan sepi. Tak ada pula raungan Vuvuzela.

Begitu tuan rumah Afsel tersingkir, penonton memang cenderung sepi baik di stadion maupun fan fest. Sehingga, suasana Piala Dunia pun semakin sepi.

Di FIFA Fan Fest Centurion dan Inner Free Park yang lahannya luas, justru terasa semakin sepi. Sebab, tempat yang besar itu hanya dikunjungi sedikit orang setiap harinya. Terakhir, pengunjung berjubel kala Afsel bertanding lawan Perancis di partai terakhir Grup A. Setelah itu, kedua fan fest terbesar itu sangat sepi. Bahkan, terkadang yang dominan justru para voluntirnya.

"Pengunjung hanya banyak ketika Afsel bermain. Sekarang mulai sepi," kata seorang pengunjung FIFA Fan Fest di Bloemfontein.

Fan fest di kota itu juga cukup sulit dicari. Sebab, letaknya di dalam. Untuk ke sana, harus memasuki gang yang dijaga voluntir. Terkadang, voluntir tak terlihat, sehingga sulit mencari lokasi itu jika belum pernah ke sana.

"Paling, fan fest akan ramai lagi saat pertandingan final," harap seorang voluntir.

Polisi Mulai Ramah

Para polisi Afrika Selatan melakukan penjagaan di Stadion Free State, Bloemfontein. Mereka kini lebih aktif dan giat melakukan penjagaan.

JOHANNESBURG, - Entah, mungkin ada instruksi dari atasan, polisi di Afrika Selatan (Afsel) kini mulai ramah. Bahkan, mereka selalu berinisiatif jika melihat sesuatu yang kurang beres atau mencurigakan, terutama berkenaan dengan penonton atau orang asing.

Kinerja polisi memang terus dihajar media massa dalam dan luar negeri sejak Piala Dunia berlangsung. Mereka dianggap kurang tanggap keadaan. Sehingga, masih saja ada kejahatan yang terjadi, terutama kepada wartawan.

Kini, polisi selalu berjaga ketat di setiap pertandingan dengan jumlah yang sangat banyak. Jika awal-awal pertandingan Piala Dunia polisi yang berjaga hanya sedikit, kini bisa dilihat di setiap pojok. Bahkan, polisi juga melakukan patroli secara serius.

Setiap ada kejanggalan atau kecurigaan, patroli polisi akan berhenti untuk menanyakan sesuatu. Orang berdiri sendiri di jalanan pun akan ditanya.

Terutama orang asing mendapat perhatian khusus dari polisi. Jika terlihat bingung, maka akan ada polisi yang datang dan menanyakannya.

"Halo, bung! Anda tidak apa-apa? Ada yang bisa saya bantu?"

Begitu sapa polisi. Sikap yang sama juga dilakukan polisi di Fan Fest. "Kami ingin semua merasa nyaman. Bagaimana pendapat Anda tentang Afrika Selatan? Kami ingin orang asing senang di sini," kata seorang polisi.

Ketika dijawab Afsel menyenangkan, kecuali masalah kriminal, polisi itu akan tersenyum tapi kemudian berargumentasi. "Anda menyaksikan sendiri kriminal itu? Kalau tak menyaksikan sendiri, tak perlu khawatir," katanya.

"Saya mengalami sendiri. Sudah beberapa kali saya dipalak di dekat stadion atau Fan Fest. Bahkan, saat Amerika Serikat bertanding lawan Aljazair di Stadion Loftus, seorang preman nekat memalak saya. Padahal, di seberang jalan banyak polisi," jawab Kompas.com.

Lalu, polisi itu berjanji akan bertindak keras kepada para preman. "Kami ingin menjamin pendatang di sini nyaman dan merasa aman. Tentu, Anda juga hati-hati dalam menjaga diri," jawab polisi itu dengan tetap ramah.

Rasa aman memang menjadi barang yang cukup mahal di Afsel. Sebab, Piala Dunia juga dimanfaatkan para kriminal untuk mengeruk keuntungan dengan cara memalak atau mencuri. Sejauh ini sudah ada beberapa tim peserta Piala Dunia yang kecurian dan sudah ada enam wartawan yang dirampok.

Calo Tetap Marak, ID Dipalsu

Seorang penonton Piala Dunia 2010 sedang bertransaksi dengan calo di dekat Stadion Free State, Bloemfontein, sebelum pertandingan Inggris lawan Jerman.

JOHANNESBURG, - Praktik percaloan dan pemalsuan tetap saja marak di Piala Dunia 2010. Calo masih saja marak di setiap ada pertandingan. Bahkan, kini muncul pemalsuan ID wartawan untuk dijual.

Sebelum Piala Dunia 2010 berlangsung, beberapa tiket memang diborong para calo. FIFA smepat mengetahuinya dan mengganti tiket baru. Sehingga, tiket yang sudah dibeli calo tak berlaku.

Namun, tiket-tiket itu akhirnya beredar pula dan bisa dipakai masuk ke tempat pertandingan. Selain itu, masih saja ada calo yang beroperasi di setiap pertandingan. Apalagi, mendekati babak-babak akhir, banyak pertandingan yang tiketnya sudah habis terjual.

Herannya, polisi diam saja ketika melihat praktik para calo. Padahal, sudah jelas praktik itu dilarang dan polisi berhak menangkapnya jika melihat.

Dalam keterangannya seperti dikutip media setempat, polisi mengaku tidak tahu jika penjualan tiket liar dilarang. Padahal jelas, sejak sebelum Piala Dunia dibuka, FIFA sudah menyatakan bahwa tiket tak boleh diperjual-belikan pihak yang tak ditunjuk.

Pada pertandingan Inggris lawan jerman di Stadion Free State, Bloemfontein, Minggu (27/6/2010), KOMPAS.com juga memergoki praktik percaloan. Mereka tampak mondar-mandir menawarkan tiket pertandingan.

Di beberapa tempat, kini memang ada pengawasan ketat terhadap calo. Namun, ada saja cara orang mengambil keuntungan dari Piala Dunia. Kini muncul modus baru, yakni memalsu ID card atau kartu identitas wartawan dan voluntir.

"Kartu ID itu dijual kepada masyarakat. Bentuknya mirip. Satu ID dijual hanya 120 rand. Cukup murah, karena harga tiket saja bisa mencapai 500 rand," kata seorang penggemar bola.

Pemeriksaan di beberapa tempat terkadang memang tak terlalu teliti. Terkadang, begitu melihat kartu wartawan, petugas langsung membiarkan masuk tanpa meneliti dengan seksama. Namun, meski bentuknya mirip, kini sudah ada tiga orang yang tertangkap menggunakan kartu wartawan palsu.

Mendekati babak-babak akhir, diperkirakan praktik percaloan dan pemalsuan ID wartawan akan tetap marak. Sebab, semakin banyak penonton yang ingin menyaksikan pertandingan, sedangkan tiket sudah mulai sulit. Bahkan, pertandingan semifinal sampai final sudah terjual habis.

Invasi Pemain Asing Ikut Andil atas Jebloknya Prestasi Tim Inggris

Suporter Inggris menangis menyaksikan kesebelasannya dihancurkan Jerman pada perdelapan final Piala Dunia 2010. Kekecewaannya mewakili ribuan talenta pemain Inggris yang tersingkir di Liga Primer karena didominasi pemain asing.

SEUSAI menandatangani kontrak dengan Manchester City, bek asal Kroasia, Vedran Corluka, berkata bahwa ia sangat bangga. ”Setiap anak di Kroasia bermimpi bermain di Liga Primer dan mimpi saya menjadi kenyataan. Saya datang ke tim yang sangat besar, Manchester City,” kata Corluka.

Benarkah demikian? Benarkah setiap anak di negara-negara seperti Kroasia, Brasil, Argentina, Perancis, Spanyol, Kamerun, Nigeria, dan Pantai Gading memang bangga dan bermimpi ingin bermain di Anfield, Old Trafford, atau Stamford Bridge?

Jawaban sejujurnya, takutnya, seperti apa yang diberikan oleh seorang penjahat terkenal Amerika Serikat, Willie Sutton. Saat ia ditanya mengapa ia merampok bank, Willie menjawab: ”Karena di situlah uang berada.”

Liga Primer Inggris, seperti yang telah dikenal saat ini, disebut sebagai kompetisi terbaik di dunia. Ini adalah kompetisi yang paling banyak menghasilkan uang dan sejumlah klub terkaya dunia berasal dari Inggris.

Siapa tak kenal Manchester United, Chelsea, Arsenal, atau Liverpool? Pendapatan semusim klub-klub Liga Inggris itu pada musim 2008/2009 saja mencapai 1,981 miliar poundsterling (sekitar Rp 26,2 triliun).

Namun, dengan kompetisi yang begitu rapi, prestasi klub yang mengilap, duit yang melimpah, mengapa tim nasional Inggris hancur lebur saat tampil di turnamen besar? Mengapa tim ”Three Lions” dipermalukan di Afrika Selatan?

Di luar masalah tekanan, mental, faktor keberuntungan, kelelahan pemain karena ketatnya jadwal kompetisi, dan kesalahan taktik, salah satu penyebab yang sering disebut adalah dominasi pemain asing di Liga Primer.

Pemain asing berlomba-lomba ke Liga Inggris karena iming- iming ketenaran dan gaji tinggi. Michael Ballack bergaji lebih dari 100.000 poundsterling (Rp 1,3 miliar) per pekan. Bahkan, Lucas Neill, ya Lucas Neill asal Australia, pernah digaji hingga 70.000 poundsterling (hampir Rp 1 miliar) per pekan.

Pemain-pemain asing, seperti Corluka, kini menguasai lebih dari 50 persen starter di klub-klub ternama Inggris. Bahkan, Arsenal yang diasuh pelatih asal Perancis, Arsene Wenger, sering menurunkan tim tanpa satu pemain Inggris pun pada sebuah laga.

Direktur Pengembangan Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA) Sir Trevor Brooking menuding serbuan pemain asing ke Liga Primer menjadi penyebab suramnya persepakbolaan Inggris. Pemain impor dituduh menyebabkan minimnya talenta pada sejumlah posisi kunci di tim nasional Inggris.

”Tim nasional dalam ancaman, fakta menunjukkan hal itu. Saya kira Anda tak bisa meremehkannya, ini harus jadi keprihatinan bersama,” kata Brooking, seperti dikutip BBC.

Berdasar riset BBC tahun 2007, saat Liga Primer pertama kali dimulai tahun 1992, sebanyak 76 persen pemain yang menjadi starter pada pekan pertama kompetisi berasal dari Inggris. Setelah 15 tahun, hanya 37 persen pemain Inggris yang menjadi starter.

Pada tahun 1992 hanya sekitar 10 persen (23 pemain) berasal dari luar Inggris Raya. Sementara pada 2007 meningkat hingga 56 persen (123 pemain). Brooking, yang juga mantan pemain tim nasional Inggris, menambahkan, membanjirnya pemain asing membuat bakat muda lokal jarang tampil di tim utama. Dampak lanjutnya adalah Inggris kesulitan untuk berbuat banyak pada turnamen besar karena keterbatasan bakat.

Hal itu tidak terbantu dengan kebijakan klub-klub Inggris yang terus membelanjakan uang untuk pembelian pemain. Berdasarkan laporan lembaga keuangan Deloitte, belanja klub Inggris untuk pemain asing terus melonjak. Tahun 2007, klub Inggris membelanjakan sekitar 531 juta pound (sekitar Rp 10 triliun), lebih dari setengah dinikmati klub-klub non-Inggris.

”Apakah dengan semua pembelian itu pemain muda usia 17 hingga 21 tahun akan mendapat kesempatan bermain?” tanya Brooking.

Permasalahan kian besar karena klub-klub papan atas, seperti MU dan Arsenal, mengisi akademi mereka dengan pemain-pemain muda dari seluruh penjuru dunia, bukan mengutamakan pembinaan pemain muda Inggris. Kewajiban untuk mengembangkan pemain muda berganti menjadi keinginan instan untuk berinvestasi pada produk asing yang hampir atau sudah jadi.

Ada fakta menarik sebenarnya mengenai kesuksesan klub-klub Inggris dengan mengandalkan pemain asing. Seperti disebutkan Mail Online, selama 15 tahun sebelum era Premiership, saat pemain Inggris masih merajai, klub Inggris merebut Piala Champions, kini Liga Champions, enam kali. Namun, dalam 20 tahun era Premiership yang didominasi pemain asing, Inggris hanya berhasil memenangi Liga Champions tiga kali.

Masalah yang hampir sama dihadapi Italia. Selepas kekalahan dari Slowakia yang membuat mereka tersingkir dari Afrika Selatan, kapten ”Azzurri”, Fabio Cannavaro, menyebut persepakbolaan Italia saat ini gagal memproduksi pemain-pemain sekaliber generasi tahun 2006.

”Saya pikir tidak ada banyak perubahan yang bisa kita lakukan. Saat ini, Italia tidak menghasilkan pemain seperti generasi saya saat kami memiliki banyak pemain hebat,” kata Cannavaro dikutip Reuters. ”Ini tidak hanya masalah tim nasional. Ini juga masalah klub. Kami memiliki pemain bagus, tetapi bukan pemain top.”

Sejak lama Italia diserbu pemain asing dan Cannavaro mengeluhkan hal itu menyebabkan mandeknya pembinaan oleh klub, terutama klub-klub papan atas, seperti Inter Milan, AC Milan, dan Juventus. Inter memang merebut treble musim lalu, tetapi tidak ada pemain pilarnya yang berkebangsaan Italia.

Presiden Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) Giancarlo Abete sepakat dengan Cannavaro dan percaya ada ”krisis struktural” di Italia. ”Banyak pemain Italia tidak berada dalam level internasional,” kata Abete menyesalkan fakta hanya ada 42 persen pemain Italia di Serie A. ”Uni Eropa dan UEFA harus menyadari apa problemnya karena jika kita gagal mengembangkan olahraga ini lebih baik, risiko tidak hanya satu atau dua federasi saja, tetapi seluruh Eropa.”

Para Presiden Pun sampai Turun Tangan

Perdana Menteri Inggris David Cameron (tengah) menutup wajahnya menyaksikan tim negaranya dilibas Jerman. Cameron menonton laga Jerman dan Inggris bersama Kanselir Jerman Angela Merkel (kedua dari kanan) di sela-sela Pertemuan Puncak G-20 di Toronto, Kanada.

RUPANYA bukan hanya soal skill dan kekompakan tim yang menjadi penentu kemenangan Ghana atas Amerika Serikat dalam partai perdelapan final Piala Dunia, Sabtu (26/6). Tim berjuluk ”Black Stars” tersebut juga mendapat suntikan moril yang besar dari orang nomor satu di negeri Afrika Barat tersebut.

Ya, Presiden Ghana John Atta Mills sendiri yang turun tangan memimpin para pemain untuk berdoa bersama sebelum laga melawan Negeri Adidaya itu.

Mills, yang menjabat sebagai presiden sejak 2009, juga menyampaikan sedikit wejangan kepada anggota tim di ruang ganti. ”Itu memberi banyak perbedaan buat anak-anak,” kata Wakil Presiden Asosiasi Sepak Bola Ghana Fred Pappoe seperti dikutip Reuters, Senin (28/6).

Pappoe, yang juga menjabat sebagai manajer tim, mengatakan, berdoa bersama menjadi rutinitas para pemain. Mereka selalu berdoa di dalam bus, hotel, dan lapangan, apa pun hasilnya. ”Namun, kehadiran presiden di sini dan menonton bersama Sepp Blatter (Presiden FIFA) merupakan dorongan moril yang sangat besar. Apalagi, saat dia (Mills) mendatangi ruang ganti dan berbicara dengan para pemain,” kata Pappoe.

Doa dan dukungan itulah yang dikatakan Pappoe menjadi motivasi kuat buat para pemain. Apalagi, Ghana menjadi satu-satunya tim Afrika yang tersisa di babak lanjutan ini setelah tuan rumah Afrika Selatan, Nigeria, Aljazair, Kamerun, dan Pantai Gading tersingkir pada penyisihan grup.

Pappoe mengatakan, tim sepenuhnya sadar beban berat itu, menanggung kehormatan seluruh benua. ”Hal itu sangat berarti sekaligus membawa tekanan dan harapan besar. Namun, anak- anak akan bermain dengan seluruh kekuatannya sampai batas teratas,” ujarnya lagi.

Kunjungan Presiden Mills, yang juga seorang profesor ekonomi, telah membantu menenangkan para pemain.

”Mereka (pemain) menjadi tidak tegang sama sekali. Mereka yakin kepada pelatih. Jika mereka bermain sesuai dengan aturan, semuanya akan baik-baik saja,” ujar Pappoe.

Dukungan moril tersebut masih akan diperlukan Ghana saat mereka bermain pada babak perempat final melawan tim kuat Uruguay pada 2 Juli nanti.

G-20

Selain Presiden Ghana yang turun langsung mendukung tim nasionalnya di Afsel, para kepala negara lain juga tidak mau kalah mendukung timnasnya masing-masing. Tak terkecuali saat para pemimpin itu sedang menghadiri pertemuan penting G-8 dan G-20 yang berlangsung di Toronto, Kanada. The Wall Street Journal melaporkan, 10 pemimpin negara dari 26 peserta pertemuan G-8 dan G-20 di Toronto sibuk membicarakan dan berusaha menonton sepak terjang timnya di Piala Dunia.

Termasuk pemimpin negara terkuat dunia, Barack Obama, yang menyimak terus sepak terjang tim AS di Piala Dunia. Saat pertandingan perdelapan final melawan Ghana, Presiden Obama tengah menggelar pertemuan dengan Perdana Menteri Inggris David Cameron.

Terus dikabari

Saat AS ketinggalan satu gol, Sekretaris Keuangan Timothy Geithner masuk ke ruangan dan mengabarkan hal tersebut kepada Obama. ”Itu bukan hal yang mau saya dengar,” ujar Obama, seperti dituturkan seorang anggota staf rombongan Inggris.

Seusai pertemuan, Obama bergegas ke sebuah ruangan untuk menyaksikan sisa pertandingan tersebut. Saat Kepala Staf Gedung Putih Rahm Emanuel masuk, AS tertinggal 1-2 pada babak perpanjangan waktu. ”Waktunya tinggal lima menit. Ini sangat menegangkan,” kata Obama menjawab pertanyaan Emanuel.

Sayang, para reporter sudah disuruh keluar ruangan sebelum laga selesai sehingga tidak mengetahui reaksi Obama atas hasil akhir partai itu.

Sebenarnya, selain dukungan jarak jauh Obama, ”The Stars and Stripes”, sebutan tim AS, juga didukung langsung mantan Presiden Bill Clinton, yang datang langsung ke Afsel.

Clinton, yang juga menjadi anggota tim sukses AS untuk mencalonkan diri menjadi tuan rumah Piala Dunia 2018, terlihat menyaksikan partai terakhir AS saat menghadapi Aljazair dan laga 16 besar melawan Ghana.

Kedatangan Clinton di partai melawan Aljazair seolah membawa keberuntungan karena AS akhirnya memenangi laga dan memastikan tiket lolos 16 besar. Namun, tuah itu rupanya redam karena hal serupa tidak terjadi kala AS ditekuk Ghana.

Duka Italia dan Inggris

Sementara itu, PM Italia Silvio Berlusconi dan PM Inggris David Cameron harus berbagi duka yang sama saat mengetahui tim ”Azzurri” tersisih dari Piala Dunia. Berlusconi pun sempat berujar, ia akan mengalihkan dukungannya kepada tim Inggris, yang dilatih Fabio Capello, pelatih berkebangsaan Italia.

Namun, keduanya pun kembali kecewa setelah Inggris ditekuk Jerman 1-4, Minggu malam. Saat itu, Cameron dan Kanselir Jerman Angela Merkel nonton bareng pada babak kedua. Dalam pembicaraan itu, Merkel mengakui keabsahan gol kedua Inggris, yang dianulir wasit karena dinilai belum melewati garis gawang.

PM Jepang Naoto Kan pun berharap negaranya, satu-satunya wakil Asia yang tersisa, bisa bertemu Jerman di partai final nanti. Ambisi yang layak didukung. Mantap!

Tontonan dan Tuntunan

Ekspresi Pelatih Argentina Diego Maradona tertayang dayar raksasa saat Argentina menggulung Meksiko. Di balik semua keraguan, Maradona sebagai pelatih tetap menganut sepak bola menyerang.

PELATIH di ajang Piala Dunia selalu dihadapkan pada dua pilihan, mengutamakan tontonan atau tuntunan. Jika memilih tontonan, pelatih bakal mengutamakan sepak bola menyerang yang indah dan enak dilihat. Sebaliknya, jika memilih tuntunan, kemenangan pun menjadi target utama. Indah tidaknya sepak bola menjadi urusan kesekian karena pelatih dituntut harus mampu menuntun timnya menjadi pemenang.

Putaran pertama Piala Dunia 2010 dinilai sangat menggambarkan situasi tim-tim peserta yang mengutamakan tuntunan, alias mengutamakan kemenangan. Kalaupun tidak memungkinkan menang, tim akan bermain seaman mungkin agar tidak gampang kebobolan.

Kehati-hatian menjadi tema utama tim saat mulai menginjakkan kaki di Afrika Selatan. Lihat saja jumlah gol yang tercipta. Babak pertama Piala Dunia 2010 dinilai terlalu miskin gol.

Sudah gamblang diketahui bahwa jumlah gol selama penyisihan grup Piala Dunia 2010 lebih sedikit ketimbang Piala Dunia edisi-edisi sebelumnya. Tengok saja rata-rata gol di setiap laga penyisihan grup Piala Dunia 2010. Angkanya paling kecil dibandingkan dengan Piala Dunia 1978 hingga Piala Dunia 2006.

Dua laga pertama

Namun, data tersebut masih belum bisa 100 persen membenarkan anggapan bahwa pelatih bersikap ekstra hati-hati ketika datang ke Afsel. Data yang lebih pas menggambarkan kehati-hatian pelatih dan tim adalah jumlah gol di dua pertandingan pertama grup.

Dua pertandingan awal ini dinilai sangat krusial oleh pelatih karena merupakan kesempatan pertama menjajal lawan. Contohnya, dua partai pertama di Grup G yang mempertemukan Portugal dengan Pantai Gading, serta Brasil dengan Korea Utara.

Raksasa sepak bola Brasil hanya menang 2-1 atas Korut, sedangkan Portugal imbang 0-0 dengan Pantai Gading. Setelah dua pertemuan pertama itu, Korut digasak Portugal 0-7 dan dicukur Pantai Gading 0-3. Brasil juga melipat Pantai Gading 3-1. Sayangnya, ketika Brasil bertemu Portugal, permainan ekstra hati-hati kembali dikedepankan oleh kedua tim. Mereka pun bermain imbang 0-0.

Pada Piala Dunia 2010, total jumlah gol yang tercipta dalam dua pertandingan pembuka Grup A hingga Grup H ialah 25 gol. Angka ini kemudian dibagi dengan 16 pertandingan (2 pertandingan x 8 grup) sehingga diperoleh angka rata-rata 1,56 gol di setiap pertandingan.

Angka ini lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata gol di dua pertandingan pertama grup sejak Piala Dunia 1978 hingga Piala Dunia 2006. Piala Dunia 2002 di Jepang dan Korea Selatan layak diacungi jempol. Rata-rata tiga gol tercipta pada dua laga pertama grup.

Pada edisi- edisi Piala Dunia lainnya, angka rata-rata berkisar pada dua gol.

Baru pada Piala Dunia 2010, angka rata-rata itu kurang dari 2 gol. Dari segi tontonan dan jumlah gol, statistik itu tentu mencerminkan betapa pertandingan pembuka grup di Afsel tidak enak dilihat, alias kurang menarik.

Tanggung jawab pelatih

Jumlah gol, bagaimanapun, merefleksikan kebuntuan serangan, kecenderungan bermain defensif, dan permainan yang bertempo lambat. ”Saya rasa para pelatih bertanggung jawab terhadap situasi ini. Mereka semua menerapkan taktik yang terlalu hati-hati. Ini membuat gol yang tercipta sedikit. Turnamen menjadi menjemukan,” kata Clarence Seedorf, mantan pemain tim nasional Belanda.

Selama Piala Dunia 2010 berlangsung, mantan gelandang AC Milan itu jadi komentator BBC.

Meski kurang menyetujuinya, menurut Seedorf, sikap berhati- hati yang berlebihan memiliki dasar argumen kuat. ”Kemampuan teknis semua pemain sekarang sudah sedemikian sama sehingga mau tidak mau setiap orang harus menghormati semua tim secara sejajar,” katanya dikutip guardian.co.uk.

”Tim-tim tampaknya tahu betul mereka akan menjalani pertandingan perdana dan sangat penting bagi mereka untuk tidak sampai kalah,” ujar Seedorf.

Namun, Seedorf tetap menyampaikan, bagaimanapun, menyerang adalah kunci menuju kemenangan. Bersikap ekstra hati- hati tidak bisa diandalkan untuk mengalahkan lawan. ”Saya dibesarkan dalam tradisi sepak bola Belanda. Kalau mau bertahan dalam turnamen, Anda harus mencetak gol,” ujarnya.

Ironi Sejarah

Gol gelandang Inggris, Frank Lampard, ke gawang Jerman yang tak disahkan wasit, dalam laga 16 besar Piala Dunia 2010 Afrika Selatan, Minggu (27/6/2010).

Sejarah berulang, juga dalam dunia sepak bola. Pada 44 tahun lalu dalam pertandingan final Piala Dunia 1966, Inggris melawan Jerman, terjadilah peristiwa Wembley. Dan sekarang di Piala Dunia 2010 terjadilah peristiwa yang mirip Wembley, di Bloemfontein.

Waktu itu di Wembley, gol Geoff Hurst disahkan oleh wasit, padahal bola tidak jatuh di belakang garis gawang Jerman. Sekarang di Bloemfontein, bola tendangan Frank Lampard, yang jelas sudah jatuh di belakang gawang Jerman, tidak dianggap gol baik oleh wasit Jorge Larrionda maupun hakim garis Mauricio Espinosa.

Andaikan bola Hurst di Wembley, yang memang bukan gol itu tidak diakui oleh wasit sebagai gol, mungkin saja Jerman menjadi juara dunia. Dan andaikan bola Lampard yang memang gol itu diakui oleh wasit sebagai gol, mungkin saja Inggris berpeluang memukul Jerman. Namun, apa mau dikata, sejarah menghendaki Wembley menjelma menjadi Bloemfontein.

”Setelah skor menjadi 1-2, kami bermain dengan baik. Sangat penting bagi kami, gol kedua itu diakui. Kedudukan akan menjadi 2-2. Memang kami membuat kesalahan. Namun, wasit telah membuat kesalahan yang jauh lebih besar,” kata Fabio Capello. David Beckham juga ikut geregetan dan memaki wasit, ”Kamu sungguh memalukan.”

Pihak Jerman pun fair mengakui bahwa bola Lampard itu gol. Kata kiper Manuel Neuer, ”Saya hanya memandang bola tendangan Lampard, meraihnya lalu melemparnya ke depan. Kalau saya menoleh ke kiri dan ke kanan, wasit mungkin akan berpikir lain. Mungkin saya ikut andil untuk membuat gol itu menjadi bukan gol.”

”Bola memang di belakang garis gawang. Seharusnya itu diputuskan sebagai gol,” kata Joachim Loew. ”Tak ada yang lebih jelas daripada itu. Bola toh jatuh hampir setengah meter di belakang garis gawang. Hakim garis mestinya melihat itu,” kata Franz Beckenbauer.

Beckenbauer menyebut peristiwa di Bloemfontein itu ”ironi sejarah”. ”Untunglah Jerman masih sempat membuat dua gol lagi. Tambahan dua gol ini tentu bisa mengurangi sengitnya perdebatan selanjutnya,” kata Beckenbauer. Namun, lain lagi kata Wolfgang Overath (66), veteran Jerman, yang mengalami sakitnya terpental di final Piala Dunia 1966 karena gol Wembley yang sebenarnya tidak pernah ada itu.

”Dengan peristiwa di Bloemfontein itu, orang melihat bahwa masih ada keadilan dan bahwa masih ada pula Tuhan di langit atas, yang akhirnya membalas semuanya. Juga bila itu semua harus kita nanti dengan demikian lama. Dengan begitu, perkara Wembley akan dilupakan walau bagi kami, sebenarnya terjadi hal yang lebih jelek karena kemalangan itu menimpa kami justru di pertandingan final,” kata Overath.

”Gol” Bloemfontein adalah gol Wembley yang terulang. Memang dalam sejarah bola kerap terulang peristiwa yang lama. Sejarah bola tidak selalu baru, persis seperti apa yang terjadi dalam sejarah manusia sendiri. Benarlah kata-kata Kitab Pengkhotbah: Apa yang akan ada, akan ada lagi, dan apa yang pernah dibuat, akan dibuat lagi: Nihil sub sole novum (Tak ada sesuatu yang baru di bawah matahari).

Justru karena dalam bola bisa terjadi ketidakadilan yang terulang, bola menjadi bagian dari sejarah. ”Seandainya wasit melihat bola Lampard itu masuk….” Bagi orang Inggris, kata ”seandainya” itu akan selalu menjadi ”seandainya”, seperti bagi orang Jerman yang selalu bilang, ”seandainya bola Geoff Hurst itu tak dianggap gol”. Kata ”seandainya” itu akan terus diingat, berulang-ulang dibicarakan, menjadi abadi, dan menjadi bagian dari mitos bola. Itulah sebabnya tragika bola juga menjadi bagian dari tragika sejarah manusia.

Namun, janganlah orang berspekulasi dengan kata ”seandainya”. Orang harus berani menengok pertandingannya sendiri. Dan di sini harus diakui bahwa menghadapi Jerman, Inggris memang kalah di segala lini. Pemain Jerman rata-rata muda.

Delapan dari mereka berusia di bawah 26 tahun. Ternyata pemain-pemain muda Jerman bisa membuat kedodoran pemain-pemain Inggris yang jauh lebih berpengalaman karena usia mereka yang lebih tua.

Pertahanan John Terry, Ashley Cole, dan Matthew Upson dipermainkan dengan mudah oleh Lukas Podolski, Mesut Oezil, dan Thomas Mueller. Menjelang Piala Dunia 2010, Wayne Rooney ditimang-timang menjadi salah seorang bintang, yang akan bersaing dengan Messi, Ronaldo, dan Kaka. Ternyata Rooney bermain dengan amat merana dan tak berhasil menemukan format permainannya.

Sesungguhnya Inggris sangat yakin bahwa dalam Piala Dunia 2010 ini mereka bakal merajut prestasi. Maklum, pasukan Inggris di bawah Capello kali ini dianggap sebagai the golden generation yang pernah dimiliki Inggris. Rasanya generasi emas ini bakal tak bermain lagi di kesempatan berikutnya.

Maklum, pemain-pemain hebat generasi emas ini sudah dimakan usia. Steven Gerrard berumur 30, Frank Lampard dan Rio Ferdinand berusia 32 tahun. Belum lagi Beckham, 35 tahun. Selama 12 tahun lamanya, generasi emas ini tak memberi prestasi apa pun jua bagi Inggris.

Ironisnya, Inggris adalah negara di mana pertandingan-pertandingan liganya dikenal paling tersohor, paling hebat, dan paling gegap gempita.

Preview Spanyol vs Portugal Siapa Tak Ingkar Janji?

Penyerang Spanyol, David Villa (kiri), akan beradu ketajaman dengan gelandang Portugal, Cristiano Ronaldo (kanan).

CAPE TOWN, - Spanyol dan Portugal sama-sama berjanji tampil menyerang saat bertarung berebut tiket perempat final Piala Dunia 2010 Afrika Selatan, Selasa (29/6/2010). Meski begitu, tetap terbuka kemungkinan, salah satu tim (terpaksa) bermain bertahan.

Melihat statistik selama Piala Dunia ini, Spanyol lebih konsisten mencetak gol ketimbang Portugal. Dari tiga laga di fase grup, mereka selalu mencetak gol pada dua laga, yaitu ke gawang Honduras (dua gol) dan Cile (dua gol). Selain itu, selama fase grup, mereka juga kebobolan dua kali.

Sementara itu, Portugal cuma mampu mencetak gol pada satu dari tiga pertandingan fase grup, yaitu ke gawang Korea Utara. Memang, mereka menang dengan skor fantastis 7-0. Namun, itu tak bisa dijadikan ukuran untuk menyebut mereka cukup konsisten membobol jaring lawan.

Pelatih Portugal, Carlos Queiroz, bukannya tak mengerti kelemahan timnya dalam soal menciptakan dan menuntaskan peluang. Namun, dengan bekal rekor tak pernah kebobolan selama fase grup, ia menyatakan pasukannya akan tampil percaya diri meladeni Spanyol.

Tekad kuat Portugal untuk masuk perempat final juga terlihat dari ketegasan Queiroz yang akan tetap menurunkan formasi utama saat menghadapi Spanyol. Padahal, tujuh dari pemain utamanya sudah mengantongi kartu kuning.

"Di level ini, saya mengharapkan pertunjukan sepak bola yang luar biasa. Kami ingin memenangi pertandingan ini sejak menit awal. Kami tak tahu apakah pertandingan akan berlangsung selama 90 menit,120 menit, atau harus melewati adu penalti. Yang kami perhitungkan hanyalah maju dan mencetak gol," ujar Queiroz.

"Bila pasukan saya ingin bertahan di Piala Dunia, mereka harus selalu siap menyerang. Gagasan saya adalah kami harus mengambil risiko. Passing kami harus mematikan bila kami ingin menang. Kami juga harus bertahan dan menyerang dengan baik,"

"Kami punya tujuh pemain yang mengantongi kartu kuning. namun, saya tak khawatir. Mereka harus bermain terbuka selama 90 menit dan memberikan semuanya supaya kami bisa lolos,"

"Sikap kami adalah tidak memperhitungkan kartu itu. Sikap kami adalah pragmatis dan realistis. Kami harus mewaspadai rival kami dan kami harus berada sedetik di depan mereka. Kami harus berpikir dan bergerak lebih cepat,"

"Tim saya harus bermain indah. Ini akan menjadi pertandingan yang sulit bagi setia tim. Gaya sepak bola kami serupa dan saya yakin ini akan menampilkan pertandingan cepat yang penuh kreativitas dan banyak pergerakan," paparnya.

Sementara itu, pelatih Spanyol, Vicente Del Bosque menilai Portugal telah menunjukkan kualitas bertahan luar biasa. Namun, ia telah memerintahkan pasukannya untuk mengancurkan rekor tak kebobolan Portugal, karena cuma itu cara menjadi juara dunia.

"Kami tak boleh lupa bahwa Portugal adalah satu-satunya tim yang belum kemasukan gol di Piala Dunia ini. Namun, kami berada dalam bentuk performa yang bagus. Juara Piala Eropa ini yak membatasi diri mereka kepada satu gelar," ujar Del Bosque. (AP)

Data dan Fakta Pertandingan
SPANYOL vs PORTUGAL

Stadion Cape Town, Selasa (29/6/2010)
SIARAN LANGSUNG: RCTI
Rabu (30/6/2010), Pukul 01.30 WIB

Perkiraan Susunan Pemain:
Spanyol: (4-3-3):
Casillas; Ramos, Pique, Puyol, Capdevila; Busquets, Xavi, Xabi Alonso; Iniesta, Torres, Villa
Portugal (4-3-3): Eduardo; Ferreira, Alves, Carvalho, Liedson; Meireles, Pepe, Tiago; Simao Sabrosa, Ronaldo, Coentrao.
Wasit: Hector Baldassi (Argentina)

Rekor Pertemuan:
32 bertemu, Spanyol menang 15 kali, Portugal menang 5 kali

2004 Piala Eropa Spanyol 0-1 Portugal
2003 Persahabatan Portugal 0-3 Spanyol
2001 Persahabatan Spanyol 1-1 Portugal
1994 Persahabatan Spanyol 2-2 Portugal
1992 Persahabatan Portugal 0-0 Spanyol
1991 Persahabatan Spanyol 1-1 Portugal

Rekaman Laga Terakhir
Spanyol:

26-06-10 Spanyol 2-1 Cile
22-06-10 Spanyol 2-0 Honduras
16-06-10 Spanyol 0-1 Swiss
09-06-10 Spanyol 6-0 Polandia
03-06-10 Spanyol 1-0 Korea Selatan

Portugal:
25-06-10 Brasil 0-0 Portugal
21-06-10 Portugal 7-0 Korea Utara
15-06-10 Pantai Gading 0-0 Portugal
08-06-10 Portugal 3-0 Mozambik
02-06-10 Portugal 3-1 Kamerun

Selasa, 29 Juni 2010

Berkat Dunga, Robinho Cetak Gol Perdana

Penyerang Brasil, Robinho.

JOHANNESBURG, - Robinho akhirnya berhasil membukukan gol pertamanya di Piala Dunia. Itu semua berkat saran Pelatih Carlos Dunga yang memintanya bermain bebas.

Robinho mencetak gol tersebut pada duel lawan Cile, Senin (28/6/2010), dengan memanfaatkan assist dari Ramires pada menit ke-59. Sebelumnya, Robinho menjadi motor serangan sebelum Kaka memberikan assist untuk gol Luis Fabiano pada menit ke-38. "Aku sangat senang dengan kedua gol dan kemenangan itu. Jika aku mampu mencetak gol, maka itu baik, tapi aku fokus pada tim," kata pemain yang dipinjamkan ke Santos itu.

Selama empat pertandingan di Afrika Selatan, Robinho selalu memberikan andil besar kepada timnas. Dunga pun mengakui bahwa kehadiran merupakan tambahan besar bagi timnya meski musim lalu Robinho tak bermain reguler di Manchester City.

"Saya bilang kepada pemain untuk bermain bebas, saya berusaha memberi mereka saran dan mengarahkan mereka, jadi ketika kami tahu lapangan tengah begitu rapat, kami menyerang dari sayap," ungkap Dunga.

"Kami beruntung punya pemain yang dapat berubah cepat, jika Cile menumpuk di tengah, Kaka lebih banyak ke sayap seperti Robinho," kata mantan kapten Brasil itu.

Sejak Kaka mengalami cedera, kemampuannya belum betul-betul maksimal. Di sinilah tenaga dan kecerdikan Robinho diperlukan. Dalam banyak situasi, pemain Manchester City itu sering membuat pemain lawan kelabakan dengan kegesitan kaki maupun pergerakannya. Gelar man of the match pun layak diberikan kepada mantan pemain Real Madrid tersebut.

Dunga: Kaka Semakin Memuaskan

Playmaker Brasil, Kaka, kembali mendapat kartu kuning.

JOHANNESBURG, - Pelatih Brasil, Carlos Dunga, mengaku lega dengan performa Ricardo Kaka selama Piala Dunia 2010 Afrika Selatan. Menurutnya, itu memang sesuai rencana.

Dunga memang patut berlega dengan performa Kaka. Pasalnya, sebelum dipanggil masuk tim nasional, ia mengalami penurunan performa akibat masalah hernia, di klubnya Real Madrid.

Namun, perlahan tapi pasti, Kaka semakin menunjukkan kualitasnya sebagai otak permainan "Tim Samba". Dari tiga pertandingan yang sudah diikutinya di Piala Dunia ini, ia mencetak tiga assist.

"Bila kita lihat Kaka, ia tak pernah bermain selama 90 menit dalam lima bulan terakhir. Kami telah mengangkatnya dengan perlahan, segalanya telah direncanakan," ujar Dunga.

Brasil Mulai Perlihatkan Kualitas

Striker Brasil, Luis Fabiano (kiri) dan Robinho.

JOHANNESBURG, - Striker Brasil Luis Fabiano mengatakan, kemenangan 3-0 atas Chile pada laga perdelapan final Piala Dunia 2010, Selasa (29/6/10) dinihari WIB, baru menjadi awal pertunjukkan. Menurutnya, "Selecao" sudah mulai memperlihatkan kualitas mereka yang sebenarnya di turnamen empat tahunan ini.

Fabiano mencetak gol kedua Brasil dalam pertandingan di Stadion Ellis Park, Johannesburg, tersebut. Juan mengawali pesta kemenangan Brasil, sebelum Fabiano menggandakannya dan Robinho menutup dengan gol cantik yang mengubah kedudukan menjadi 3-0.

"Sebagai sebuah tim, kami melakukan pekerjaan dengan baik. Kami memperbaiki ball possession dan bisa menciptakan permainan yang bagus," ujar striker Sevilla ini kepada Sky Sport Italia.

"Belanda? Kami telah memperlihatkan kualitas yang bagus. Jika kami bermain seperti ini, maka kami bisa melangkah sangat jauh."

Dalam kesempatan ini, Fabiano juga memberikan tanggapan tentang ketertarikan AC Milan terhadap dirinya. Menurutnya, belum ada hal konkret tentang berita itu sehingga belum mau memikirkannya.

"Milan? Belum ada realisasinya sampai sekarang. Saya suka sepak bola Italia, tetapi segala sesuatu akan diputuskan setelah Piala Dunia," simpul Fabiano, yang kini sudah mengemas tiga gol selama tampil di Afrika Selatan.

Italia Gagal, Moggi Salahkan FIGC dan Inter

Luciano Moggi.

Sepak bola Italia kembali dihujat menyusul kegagalan mereka di Piala Dunia 2010. Kali ini mantan Direktur Umum Juventus, Luciano Moggi, menyalahkan federasi dan Inter Milan karena mereka telah menghancurkan bibit-bibit muda Italia.

Menurut Moggi, Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) terlalu longgar memberikan izin kepada pemain asing untuk merumput di Serie A. Demikian pula Inter, yang meraup semua gelar juara level klub tanpa memakai pemain asli Italia dalam skuad utama mereka.

Penyebab lainnya adalah regenerasi pemain yang kurang sempurna di Italia. Pelatih Marcello Lippi masih bergantung kepada pemain-pemain berusia di atas 30 tahun untuk misi mempertahankan gelar juara, tapi itu justru menghancurkan mereka sendiri.

"Ya, saya harus bilang ini Piala Dunia yang buruk, meskipun seluruh turnamennya agak buruk," komentar Moggi kepada Il Sussidiario sebagaimana warta Football Italia.

"Italia mencapai kemajuan generasi, tapi kualitasnya tidak sama. Sayangnya, sulit mencari pemain baru yang bagus ketika tim-tim tidak berinvestasi pada sektor pemain mudah dan tidak menciptakan talenta," tambahnya.

"Pada final 2006, ada sembilan pemain Juventus di antara Italia dan Perancis. Kini Inter memenangi segalanya dna mereka seluruhnya memakai pemain asing pada starting XI. Beginilah hasilnya," jelas Moggi.

Moggi tidak menyalahkan Lippi meskipun pelatih tersebut sudah menyatakan bertanggung jawab atas kegagalan terburuk Italia di piala dunia. Moggi justru mengambinghitamkan FIGC karena dianggap tidak memperhatikan regenerasi pemain.

"Setiap orang menyalahkan Lippi, tapi saya menyalahkan penanggung jawab atas situasi ini, yakni fedreasi," tegas tokoh yang pernah dihukum karena pengaturan skor di Juventus itu.

"Jika kita melihat pada tim muda yang bermain di Italia saat ini, kita bakal melihat ada enam atau tujuh pemain asing di level tersebut. Ini masalah bagi sepak bola Italia. Pelatih 'Azzurri' hanya dapat melakukan hal sebaik mungkin jika dia tidak memiliki materi yang cukup," pungkasnya.

Semuanya Memuji Robben

Winger Belanda, Arjen Robben.

DURBAN, - Arjen Robben menjadi pilihan utama ketika Belanda melawan Slowakia pada pertandingan babak perdelapan final Piala Dunia 2010, Senin (28/6/10). Pemain yang baru pulih dari cedera itu langsung menunjukkan penampilan yang sangat menawan, termasuk gol perdananya yang menjadi awal kesuksesan "Oranje" pada laga di Stadion Moses Mabhida, Durban, sehingga mereka menang 2-1 dan lolos ke perempat final.

Pujian pun mengalir kepada winger Bayern Muenchen tersebut. Padahal, kondisinya sempat menjadi tanda tanya dan bahkan dia terancam dicoret dari skuad "The Flying Dutchmen" untuk tampil di Afrika Selatan, lantaran cedera hamstring ketika tampil di pertandingan persahabatan.

"Anda bisa melihat pemain seperti dia dan betapa pentingnya dia bagi kami sebagai sebuah tim," ujar pemain muda Hamburg SV Eljero Elia, kepada FIFA.com, tentang kembalinya Robben. "Hal pertama yang dia lakukan adalah mencetak sebuah gol, dan setelah itu dia menciptakan peluang demi peluang."

Ya, Robben, yang untuk pertama kalinya menjadi starter, menunjukkan performa yang sangat impresif. Sebelumnya, dia hanya bermain selama 17 menit pada pertandingan ketiga penyisihan Grup E ketika mereka mengalahkan Kamerun 2-1.

Sebelum menjebol gawang Slowakia pada menit ke-18, mantan pemain Chelsea ini mengawali pergerakannya dari sayap kanan. Dia menggiring bole ke jantung pertahanan Slowakia dengan lebih dulu melewati adangan dua pemain, lalu melepaskan tembakan keras dengan kaki kirinya dari luar kotak penalti. Bola yang menyusur tanah bersarang di pojok kiri bawah gawang, tanpa bisa dihalau kiper Jan Mucha.

"Anda tidak bisa mengharapkan sesuatu di Piala Dunia, anda harus berjuang keras, dan saya melakukannya," ujar Robben. "Pelatih mengatakan bahwa saya akan masuk tim, dan saya siap, dan saya telah memberikan kontribusi bagi tim untuk maju ke perempat final."

Memang, Robben menjadi sosok sentral kemenangan "Negeri Kincir Angin" pada laga 16 besar ini. Pergerakannya membuat barisan pertahanan Slowakia menjadi keropos sehingga bisa ditembus. Hal tersebut juga diakui Wesley Sneijder, pencetak gol kedua.

"Itu membuktikan bahwa dia pemain penting. Hari ini kami membutuhkannya," ujar gelandang Inter Milan tersebut.

Pujian pun keluar dari kapten Giovanni van Bronckhorst. Pemain veteran ini mengakui, skill dan kecepatan Robben membuat segalanya menjadi lebih mudah. "Dia pemain yang berbahaya. Menyenangkan karena dia telah kembali."

Hiddink Tantang Blatter Mundur

Pelatih Turki, Guus Hiddink.

JOHANNESBURG, - Pelatih Guus Hiddink menantang Presiden FIFA Sepp Blatter untuk memakai teknologi video dalam sepak bola. Jika Blatter tidak berani, sebaiknya Blatter mundur dari jabatannya.

Hiddink yang akan menjadi pelatih tim nasional Turki kecewa terhadap keputusan kontroversial dari wasit pada pertandingan Jerman versus Inggris dan Argentina lawan Meksiko pada 16 besar Piala Dunia 2010. Karena itu, ia meminta Blatter segera memutuskan penggunaan teknologi pembantu wasit tersebut.

Blatter tetap bersikukuh untuk tidak memakai alat tambahan untuk membantu wasit dalam mengambil keputusan di pertandingan. Soal gol Inggris yang dianulir dan gol off-side Argentina, Blatter memilih bungkam. Sikap seperti ini tidak dapat diterima.

"Sepp Blatter sebaiknya besok mengumumkan teknologi video akan digunakan atau dia perlu mengundurkan diri," kata Hiddink, yang juga pernah dikecewakan wasit ketika melatih Chelsea dalam duel Liga Champions versus Juventus.

Hingga kini FIFA tidak pernah menyetujui pemakaian teknologi ini. Berbagai ide telah diajukan, misalnya menaruh cip dalam bola dan detektor gol. Ada pula usul penggunaan Hawk-Eye seperti digunakan dalam olahraga tenis. FIFA menolaknya dan lebih suka menggunakan wasit tambahan untuk mengurangi kesalahan wasit meskipun hal ini tidak diterapkan di Piala Dunia 2010.

"Kita dapat melakukannya (memakai teknologi), sepak bola memerlukan itu dan sebelumnya hal itu selalu dihalangi. Itu tidak bisa diterima," kata juru bicara Federasi Pemain Sepak Bola Profesional (FIFPro), Tijs Tummers.

Hancurkan Cile, Brasil Jumpa Belanda

Penyerang Brasil, Robinho, merayakan golnya ke gawang Cile, pada 16 besar Piala Dunia 2010 Afrika Selatan, Senin (28/6/2010).

JOHANNESBURG, - Kesebelasan Brasil berhasil membukukan kemenangan 3-0 atas Cile, di babak 16 besar, Senin (28/6/2010). Mereka pun melaju ke perempat final, di mana Belanda sudah menanti.

Hasil itu begitu melegakan mengingat Brasil sempat tertekan di awal-awal pertandingan. Meski begitu, mereka bisa dikatakan nyaris tak terancam karena Cile mengalami masalah dengan akurasi umpan yang membuat mereka serangan mereka patah di tengah jalan. Sejumlah percobaan eksekusi jarak jauh Cile juga tak sangat menyusahkan Julio Cesar.

Di sisi lain, Brasil tampak sabar menunggu kesempatan melakukan serangan balik atau berusaha mencari kesempatan bola mati. Meski tak mudah, toh mereka berhasil unggul berkat gol Juan pada menit ke-35. Memanfaatkan sepak pojok Maicon, Juan menanduk bola masuk ke sudut kanan atas gawang Claudio Bravo.

Cile belum menciptakan ancaman baru ketika Brasil menggandakan keunggulan melalui Luis Fabiano pada menit ke-38. Setelah menguasai umpan terobosan Ricardo Kaka, Fabiano mengecoh kiper Claudio Bravo sebelum memasukkan bola ke tengah gawang Cile.

Sepasang gol itu melambungkan kepercayaan diri Brasil. Mereka pun perlahan berhasil memperbaiki pengusaan bola dan keluar dari tekanan Cile. Sayang, meski tak kebobolan, mereka gagal menambah gol sampai peluit turun minum berbunyi.

Memasuki babak kedua, permainan tak banyak berubah. Cile masih antusias memegang kendali permainan dan Brasil banyak menunggu kesempatan serangan balik.

Sementara begitu, Cile juga masih terus mengalami kesulitan memperbaiki akurasi umpan. Setelah beberapa kali mencoba dan kandas, Cile akhirnya kembali dikejutkan gol ketiga Brasil yang diciptakan Robinho pada menit ke-59.

Gol bermula dari aksi individu Ramires menembus pagar betis Cile. Memasuki jantung pertahanan lawan, ia melepas umpan kepada Robinho yang mengempaskan bola masuk gawang lawan.

Gol itu tak langsung menggoyahkan tekad Cile. Meski tak kunjung menemukan kekompakan, mereka terus mencoba memberikan perlawanan.

Brasil sendiri tak mau terpancing permainan lawan. Seakan mengerti masalah Cile, Brasil cenderung lebih banyak menunggu kesempatan serangan balik.

Taktik Brasil tak salah. Hanya saja, berbeda dari sebelumnya, Cile lebih sigap mengatur barisan bertahan ketika musuh menyerang.

Usaha Cile cukup efektif meredam serangan Brasil. Sayang, itu tak cukup bagus untuk membuat mereka memperkecil ketinggalan, sampai laga berakhir.

Selama 90 menit, Brasil melepaskan enam tembakan akurat dari 17 usaha. Adapun, Cile menciptakan tiga peluang emas dari 15 percobaan.

Brasil: Julio Cesar; Maicon, Lucio, Juan, Michel Bastos, Ramires, Gilberto Silva, Dani Alves, Kaka (Kleberson 82), Robinho (Gilberto 85), Luis Fabiano (Nilmar 76)

Cile: Claudio Bravo; Mauricio Isla (Rodrigo Millar Carvajal 62), Pablo Contreras (Rodrigo Tello Valenzuela 46), Ismael Fuentes, Arturo Vidal, Mark Gonzalez (Jorge Valdivia 46), Carlos Carmona, Gonzalo Jara, Humberto Suazo, Jean Beausejour, Alexis Sanchez

Kiper Argentina Tolak Detektor Gol

Kiper Argentina Sergio Romero.

PRETORIA, - Tidak hanya FIFA yang menolak teknologi untuk mengawasi pertandingan sepak bola. Kiper Argentina, Sergio Romero, pun tidak mau sepak bola direcoki oleh detektor gol.

Penggunaan teknologi di garis gawang menjadi isu panas setelah gol gelandang Inggris Frank Lampard dianulir pada laga perdelapan final lawan Jerman. FIFA menolak berkomentar soal gol tersebut dan masih bersikukuh untuk tidak memakai goal-line technology.

Romero pun menganggap teknologi ini sebagai hal yang mengganggu permainan. Bagaimanapun juga, wasit perlu dihargai. "Aku menentang teknologi dalam sepak bola. Jika Anda meletakkan cip ke dalam bola, Anda akan menghilangkan semangat pemain-pemain besar dan sepak bola untuk kehidupan, bukan untuk teknologi," kata Romero.

Argentina, yang mendapatkan "hadiah" gol off-side ketika melawan Meksiko, akan menghadapi Jerman di babak perempat final akhir pekan ini. Romero sudah siap menghadapi permainan lambat Jerman seperti ketika mereka berhadapan pada laga uji coba, Maret lalu.

"Jerman jelas sebuah tim kuat dan mereka memperlambat permainan seperti mereka lakukan di Jerman, tapi kami mengatasinya dengan baik. (Lukas) Podolski punya tendangan bagus dari jarak jauh dan (Miroslav) Klose selalu mengejar bola," ungkap Romero.

"(Mesut) Oezil seorang pemain yang sangat bagus, dia pemain kaki kiri dan punya teknik bagus. Mereka punya pemain-pemain besar yang muncul dari pojok dan tendangan bebas, tapi kami tahu kami memiliki pemain-pemain hebat dan itu akan menyulitkan mereka," tambahnya.

Pada Piala Dunia 2006 lalu, Jerman dan Argentina juga bertemu di babak perempat final. Waktu itu Argentina tidak memainkan Lionel Messi dan kalah dalam adu penalti.

Bronckhorst Optimistis Belanda Bisa Sampai ke Final

Kapten Belanda, Giovanni van Bronckhorst.

DURBAN, - Kapten Belanda Giovanni van Bronckhorst optimistis, mereka bisa melaju hingga final Piala Dunia 2010 ini. Kemenangan 2-1 atas Slowakia di babak perdelapan final, Senin (28/6/10), yang membuat pemain veteran tersebut berani memasang target itu.

"Anda harus melangkah maju di setiap pertandingan, dan sekarang kami sudah berada di perempat final," ujar Van Bronckhorst kepada para jurnalis. "Kamu tahu, kami percaya diri. Kami telah memenangkan empat pertandingan, yang membuat kepercayaan diri kian tinggi dan tidak masalah siapa yang akan kami hadapi, Chile atau Brasil. Kami akan menikmati setiap pertandingan dan bekerja keras untuk meraih hasil terbaik.

"Kami memulai perjalanan empat tahun lalu dengan tim ini dan dari hari ke hari, kami mengatakan bahwa hanya satu gol, dan itu akan memenangkan Piala Dunia. Kami masih dalam perjalanan menuju ke sana dan kami memiliki tiga pertandingan lagi untuk menjadi juara."

Mantan pemain Barcelona ini juga memberikan tanggapan tentang kembalinya Arjen Robben, yang absen di dua laga perdana, karena cedera, tetapi langsung on-fire.

"Dia adalah salah satu pemain terbaik kami. Dengan kecepatannya, skillnya, kami bisa menembus pertahanan lawan. Karena itulah kami bahagia dia telah kembali. Hari ini dia sangat berbahaya bagi kami."

Dalam laga melawan Slowakia ini juga sempat diwarnai kejadian yang kurang bagus di tim Belanda. Robin van Persie terlihat tidak senang dengan keputusan pelatih menariknya keluar, sehingga dia sempat memberikan reaksi yang tidak bagus.

Tentang ini, Van Bronckhorst mengatakan: "Setiap pemain di tim ini sedang lapar. Setiap pemain ingin tampil, bukan cuma 11 orang, tetapi juga yang di bangku cadangan. Tentu saja ketika dia keluar, dia pasti tidak senang. Itulah kelaparan yang ingin kami perlihatkan di tim ini."