Selasa, 22 Juni 2010

Abete Beberkan Alasan Tim Eropa Loyo

Presiden federasi sepakbola Italia (FIGC), Giancarlo Abete.

JOHANNESBURG, — Piala Dunia 2010 memberikan gambaran bahwa dua raksasa Amerika Latin, Argentina dan Brasil, menjadi penguasa sepak bola dunia. Demikian disampaikan Presiden Federasi Sepak Bola Italia Giancarlo Abete.

Pernyataan Abete ini merujuk pada kenyataan yang terjadi hingga hari ke-11 atau sampai dengan pertandingan kedua penyisihan grup. Enam tim Eropa yang memiliki tradisi juara, yaitu Jerman, Spanyol, Italia, Belanda, Perancis, dan Inggris, belum menunjukkan kehebatannya. Hanya Belanda yang sudah memastikan diri lolos karena meraih dua kemenangan meskipun, menurut Abete, kemenangan tersebut tidak terlalu meyakinkan.

Abete tahu apa yang membuat tim-tim Eropa loyo di Afrika Selatan. Menurutnya, klub-klub besar Eropa-lah yang menjadi penyebabnya. Mereka (klub besar) hanya mementingkan uang dari kontrak siaran langsung pertandingan tanpa menghiraukan program pengembangan dan pembinaan para pemain muda yang akan bermain di level internasional.

"Jika melihat Piala Dunia ini, kamu akan melihat kenyataan bahwa semua tim besar Eropa memiliki persoalan," ungkap Abete. "Di antara Spanyol, Perancis, Inggris, Jerman, dan Italia, hanya satu yang meraih kemenangan. Selain Belanda, hanya tim-tim Amerika Tengah dan Selatan yang tersenyum."

"Klub-klub memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan federasi."

Memang, hasil yang diraih tim-tim raksasa Eropa sangat tidak memuaskan. Italia hanya meraih dua hasil imbang, yakni 0-0 lawan Paraguay di partai perdana dan ditahan 1-1 oleh Selandia Baru. Jerman pun tidak terlalu meyakinkan karena setelah menang 4-0 atas Australia, mereka malah kalah 0-1 dari Serbia.

Hasil mengejutkan juga diraih Inggris, yang dua kali bermain imbang ketika ditahan Amerika Serikat 1-1 dan bermain kacamata lawan Aljazair. Lebih parah lagi raihan Perancis, yang setelah berbagi skor 0-0 lawan Uruguay, mereka dipermalukan Meksiko dengan skor 0-2. Sedangkan Spanyol, juara Eropa, kalah 0-1 dari Swiss di partai pembuka sebelum menang 2-0 atas Honduras.

Selain itu, faktor usia juga menjadi perhatian Abete. Coba tengok skuad Italia, sembilan pemainnya berusia lebih dari 30 tahun, dengan yang tertua adalah sang kapten Fabio Cannavaro, yang sudah menginjak umur 36 tahun.

Sebenarnya, tentang hal tersebut, Presiden UEFA Michel Platini telah memberikan perhatian. Demi "kelangsungan hidup" tim nasional, mantan bintang sepak bola Perancis tersebut membuat kebijakan kuota pemain di sebuah klub Eropa, yakni wajib memanggil pemain muda tim nasional.

Namun, Abete tak terlalu yakin dengan hal tersebut. Menurutnya, sulit bagi UEFA untuk menghentikan tim-tim besar dengan uang yang banyak.

"Real Madrid memiliki anggaran delapan kali dari federasi Spanyol. Tidak ada orang yang bisa menghentikan sebuah klub yang ingin meraih banyak gelar dibandingkan dengan perhatian terhadap pemain muda Spanyol, termasuk Platini," ujar Abete.

"Semua yang bisa dilakukan adalah berusaha mendorong para pelatih untuk memberikan kepercayaan kepada para pemain muda. Hanya itu."

Persoalan akut juga terlihat pada tim Inggris, yang sebenarnya memiliki starting 11 yang kuat. Akan tetapi, mereka mulai menghadapi persoalan ketika cedera membekap Rio Ferdinand dan Gareth Barry. Ferdinand, kapten tim, terpaksa absen dari turnamen ini, sedangkan Barry hanya bisa duduk di bangku cadangan saat Inggris ditahan imbang 1-1 oleh Amerika Serikat pada laga pembuka.

Padahal, prestasi klub-klub Inggris sangat bagus. Tetapi, ternyata lebih dari separuh pemain di Premier League berasal dari negara-negara lain, bahkan dari benua lain. Inilah yang membuat Ketua Pengembangan Asosiasi Sepak Bola Inggris Trevor Brooking sangat khawatir. Menurutnya, tim nasional sedang menghadapi persoalan yang serius mengenai regenerasi pemain.

Bandingkan dengan klub-klub raksasa Amerika Selatan, yang justru bisa berprestasi meskipun kondisi keuangannya pas-pasan. Bahkan, karena "kemiskinannya", klub-klub hebat seperti Boca Juniors, Santos, dan River Plate sulit mempertahankan para pemainnya, yang tentu saja ingin pindah ke Eropa karena tergoda untuk bermain di Liga Champions.

Tak heran jika para pemain dari Brasil dan Argentina-lah yang menguasai Eropa. Lihat saja Inter Milan, yang menjadi juara Liga Champions bulan Mei lalu. "Nerazzurri" mengangkat trofi paling bergengsi di tanah Eropa tersebut, dengan tidak ada satu pun pemain Italia yang masuk starting line-up. Malah terdapat empat pemain Argentina dan tiga pemain Brasil.

Tiga pemain Brasil itu, Julio Cesar, Maicon, dan Lucio, ikut membantu negaranya memenangi dua pertandingan penyisihan grup di Piala Dunia. Sedangkan dua dari empat pemain Argentina itu, yaitu Javier Zanetti dan Esteban Cambiasso, tidak dipanggil Pelatih Diego Maradona. Meskipun demikian, "Albiceleste" tampil memesona dengan menang 1-0 atas Nigeria dan menggilas Korea Selatan, 4-1.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar