Kamis, 24 Juni 2010

Akhir Tragis Perancis

Pemain Afrika Selatan, Bongani Khumalo (kiri), merayakan golnya ke gawang Perancis dalam pertandingan Grup A di Stadion Free State, Bloemfontein, Selasa (22/6). Afrika Selatan mengalahkan Perancis, 2-1, tetapi gagal lolos ke babak kedua.

Bloemfontein, - Perancis datang ke Piala Dunia 2010 dengan semboyan ”semua bersatu demi mimpi baru”. Namun, ”Les Bleus” justru membawa negara mereka mengalami mimpi buruk dengan tersingkir secara tragis dan memalukan, kalah 1-2 (0-2) dari Afrika Selatan, Selasa (22/6), dan dibayangi ”pemberontakan” para pemain.

Pembangkangan para pemain terhadap Pelatih Raymond Domenech memaksa Presiden Perancis Nicolas Sarkozy turun tangan memerintahkan Menteri Kesehatan dan Olahraga Roselyne Bachelot menyatukan skuad yang tercerai-berai. Namun, upaya itu tidak membuahkan hasil dan Les Bleus gagal memulihkan kebanggaan.

Wartawan Kompas Fitrisia Martisasi melaporkan, Perancis tersingkir sebagai juru kunci dengan satu poin. Uruguay lolos sebagai juara grup dengan poin tujuh setelah mengalahkan Meksiko, 1-0. Uruguay, dengan demikian, hampir pasti menghindari ”perang Amerika Latin” melawan Argentina pada babak kedua.

Meski kalah, Meksiko dengan empat poin lolos ke babak 16 besar karena unggul selisih gol dari Afsel, tuan rumah pertama dalam sejarah Piala Dunia yang tidak lolos ke babak kedua.

Bongani Khumalo membenamkan Perancis lewat gol pada menit ke-20, menyundul bola tendangan sudut Siphiwe Tshabalala. Penderitaan Perancis semakin dalam setelah Yoann Gourcuff diganjar kartu merah akibat menyikut Macbeth Sibaya pada menit ke-25. Katlego Mphela menggandakan keunggulan Afsel pada menit ke-37. Perancis kemudian memperkecil kekalahan lewat gol Florent Malouda, 2-1.

Pada laga di Stadion Free State, Bloemfontein, ini Domenech memarkir kapten Patrice Evra, yang disebut memimpin pembangkangan bersama sejumlah pemain senior, dibangku cadangan. Posisinya digantikan Alou Diarra yang mengenakan ban kapten. Domenech melakukan enam perubahan, Anelka, Eric Abidal, Sidney Govou, dan Jeremy Toulalan yang terkena akumulasi kartu tidak masuk daftar starter.

Afrika Selatan yang masih berpeluang lolos tampil ngotot, sementara para pemain Perancis yang telah hancur secara moral bermain tanpa gereget. Meski akhirnya tersingkir, ”Bafana Bafana” dinilai telah memberi kehormatan bagi negara mereka.

Kebanggaan hancur

Masalah Perancis mulai membesar saat mereka kalah 0-2 dari Meksiko. Pada waktu istirahat, seperti dilaporkan L’Equipe, Nicolas Anelka mengumpat Domenech dengan kata-kata kotor, ”Dasar anak pelacur!” Anelka langsung dipulangkan. Para pemain lantas mogok berlatih sebagai pembelaan kepada Anelka.

”Pemberontakan,” tulis Le Parisien soal aksi para pemain. Domenech menyebut kelakuan para pemain Perancis itu ”penyelewengan, bodoh, dan dungu”.

Perilaku Les Bleus di Afsel dipandang tidak hanya sekadar urusan sepak bola, tetapi mencerminkan sesuatu yang lebih besar, menodai kebanggaan Perancis. ”Itu adalah karikatur Perancis,” kata Menteri Luar Negeri Perancis Bernard Kouchner. ”Pertunjukan yang benar-benar menyedihkan.”

Sejumlah sponsor tim nasional, termasuk bank Credit Agricole SA, menyatakan membatalkan seluruh iklan yang mengasosiasikan nama mereka dengan Les Bleus, demikian dilaporkan Wall Street Journal. Perusahaan makanan cepat saji, Quick, juga menghentikan iklan yang menampilkan Anelka, demikian juga Procter and Gamble.

Sejak menjuarai Piala Dunia 1998, Les Bleus menikmati status sebagai pahlawan. Les Bleus dipandang sebagai simbol pencerahan dan patriotisme multirasial dan memuncaki pencapaian tim yang sebagian besar pemainnya berkulit hitam.

Namun, penampilan Les Bleus di Afsel membalik semua itu. Kritik kian tajam karena sepak bola telah dipromosikan di Perancis sebagai jalan membesarkan anak-anak sehat yang bisa bekerja sama dalam satu tim.

Hapus keraguan

Pada laga yang berlangsung bersamaan, Uruguay dan Meksiko mematahkan kekhawatiran keduanya bakal bermain mata untuk menyingkirkan Perancis. Kedua tim bermain mati-matian untuk memetik kemenangan.

Trisula penyerang, Luis Suarez, Diego, Forlan, dan Edinson Cavani, berkali-kali mengancam gawang Meksiko yang dijaga Oscar Perez. Pada menit ke-43, usaha anak asuhan Oscar Tabarez membuahkan hasil ketika Suarez yang berada di depan gawang Meksiko sukses membobol gawang Meksiko menanduk umpan silang Forlan 1-0.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar