Senin, 14 Juni 2010

Bertemu Wanita Aneh di Voortrekker

Anery, wanita misterius di gerbang Monumen Voortrekker di Kota Pretoria, Afrika Selatan.

PRETORIA, - Siang yang terang benderang di Monumen Voortrekker, Pretoria, Afrika Selatan, Minggu (13/6/2010). Tapi, suhu masih berkisar 18 derajat celcius. Hawa masih terasa dingin buat ukuran orang Indonesia.

Monumen yang megah dan dibangun dari batu granit itu menjadi salah satu tujuan wisata para suporter sepak bola dari penjuru dunia. Beberapa suporter sengaja menyempatkan diri datang ke monumen tersebut, selagi timnya belum bertanding.

Harga tiket masuk memang tak tergolong murah. Satu orang harus membayar 40 rand (sekitar Rp 52 ribu). Namun, banyak pengunjung yang datang demi merasakan dan menikmati monumen untuk mengenang migrasi warga kulit putih atau Afrikaan yang tinggal di Afrika Selatan, ke wilayah sebelah timur negara itu. Migrasi tersebut terjadi sejak abad ke-18 sampai 19.

Namun, ada peristiwa unik yang dialami Kompas.com saat mengunjungi monumen tersebut. Saat masuk ke monumen tersebut, tak ada penyambutan apa pun. Monumen itu hanya dijaga beberapa orang pria dan tak akan bicara jika tak ditanya.

Begitu pulang, tiba-tiba di gerbang depan dekat tangga ada wanita muda berpakaian Eropa abad 17-an. Dia menyapa dengan ramah.

"Selamat siang, semoga Anda menikmatinya," katanya.

Karena menarik, Kompas.com pun memotretnya. Bahkan, kemudian saya berfoto bersama dan sempat menanyakan namanya. "Anery," jawabnya.

Nama kuno khas Eropa yang sekarang jarang dipakai. Namun, dia dengan senyum manis meyakinkan saya bahwa itu benar namanya.

Ketika pulang, saya menunjukkan foto itu kepada staf KBRI di Pretoria, Jaka Widiatmadja. Saya ceritakan, ternyata ada gadis berdandan pakaian Eropa kuno yang menyapa kala saya keluar dari monumen tersebut.

Jaka langsung melihat foto itu. Dia kaget, karena itu sangat aneh. Apalagi, dia kemudian mengamati wajahnya yang memang agak misterius.

Istri Jaka, Yulia, bahkan mulai ketakutan. Dia pun berpikir jangan-jangan itu bukan manusia, melainkan makhluk halus. Sebab, selama 15 tahun tinggal di Pretoria, belum pernah ada wanita berpakaian Eropa kuno yang menyambut pengunjung di Monumen Voortrekker.

"Mas, saya sudah puluhan kali mengantar tamu ke museum itu, tapi tak pernah ada wanita itu. Sejak 15 tahun tinggal di sini, saya belum pernah melihat wanita itu. Kalaupun ada, itu hanya terjadi pada 16 Desember, ketika matahari tepat di atas monumen tersebut," jelas Jaka.

Tanggal 16 Desember memang istimewa buat monumen tersebut. Tepat pukul 12.00 pada tanggal itu, matahari tepat di atas monumen dan sinarnya menembus lubang kubah dan mengenai altar di bawahnya.

Saya pun meyakinkan, itu benar-benar manusia. Sebab, faktanya, dia bisa dipotret. Namun, Jaka dan istrinya tetap heran, karena tidak biasanya ada wanita tersebut.

Tentu, ini perlu dikonfirmasi ke pihak pengelola. Sayangnya, saya mendapat cerita itu setelah tak lagi di museum tersebut. Sementara, monumem itu jaraknya cukup jauh dari pusat Kota Pretoria.

Namun, monumen itu memang terkesan angker dan seram. Banyak yang percaya, di monumen itu terdapat banyak jenasah para imigran yang tewas karena perang atau sakit. Bahkan, di dekat monumen itu juga ada monumen kecil yang berisi nama-nama korban perang selama migrasi yang disebut Voortrekker (Perjalanan Hebat).

"Jangan-jangan, wanita itu arwah orang kulit putih Afrika zaman dulu yang muncul kembali," kata Yulia, sambil pergi masuk rumah karena takut melihat foto itu. Sebab, dia yakin rasanya tak mungkin ada orang yang berpakaian Eropa kuno di monumen itu.

Ah, sepertinya ingin mengulang lagi datang ke monumen tersebut untuk mencari kejelasan dan memastikannya. Tapi, karena banyak tugas, terpaksa dilupakan dulu, atau setidaknya ditunda. Entah wanita benaran atau hantu, yang pasti sudah kepotret.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar