Senin, 14 Juni 2010

Jangan Percaya Polisi

Para polisi Afrika Selatan berjaga-jaga di jembatan menuju Stadion Soccer City.

JOHANNESBURG, - Selayaknya, polisi menjadi tempat berteduh dan berlindung terhadap semua ancaman keamanan. Namun, di Afrika Selatan (Afsel) tampaknya harus berpikir, memilah, dan memilih jika harus minta pertolongan kepada polisi.

Setidaknya, itu menjadi pertimbangan tersendiri berkaca pada pernyataan orang setempat. Kompas.com dan beberapa wartawa sempat mengeluhkan keamanan di Afsel yang buruk. Secara teoritis, akan lebih mudah jika dekat dengan polisi dan meminta perlindungan kepada mereka jika terjadi ancaman.

Namun, justru orang Afsel menyarankan kepada kami agar tak terlalu percaya kepada polisi. "Don't trust police," kata seorang warga kulit putih asal Pretoria yang tak mau disebut namanya.

Pernyataan yang sama juga dikatakan warga Coloured (campuran) yang berasal dari Cape Town. Seorang bapak berumur 54 tahun yang kini sementara tinggal di Johannesberg itu mengatakan, "Kalian harus lihat-lihat dulu jika mengadu ke polisi," ujarnya.

Ini membuat perasaan para pendatang lebih seram. Sudah kriminal tinggi, kita tak boleh terlalu percaya kepada polisi. Lalu, harus mengadu dan berlindung kepada siapa?

Kurangnya kepercayaan warga Afsel kepada polisi memang sangat terlihat. Cluster-cluster atau perumahan rata-rata menyewa agen keamanan swasta. Biasanya, rumah-rumah, kantor-kantor atau toko-toko di Afsel ditempeli plakat "ADT". Itu artinya, tempat tersebut dalam perlindungan agen keamanan ADT.

"Habis, kalau kita lapor kepada polisi jika terjadi masalah, biasanya mereka datang sangat terlambat. Sementara kalau ADT, kita langsung kontak. Bahkan, ketika pintu kita dirusak paksa, sudah terdeteksi kantor ADT dan mereka akan segera datang untuk mengecek dan melakukan pengamanan," kata seorang ibu rumah tangga di Pretoria.

Pernyataan-pernyataan itu bisa dirasakan. Hari pertama Piala Dunia 2010, jalan-jalan kota di Afsel nyaris tak terlihat polisi di Fan Fest. Mereka baru muncul setelah acara selesai. Ini tak sebanding dengan tingkat keamanan yang tinggi.

Yang ironis, tiga pemain Yunani bisa menjadi korban pencurian di kamar hotelnya di Durban, Jumat (11/6/2010). Padahal, sebagai tim peserta Piala Dunia, harusnya kamar mereka mendapat pengawalan ketat. Wajar jika kadang warga curiga ada oknum polisi yang bermain, setidaknya memberi informasi kepada penjahat.

Seorang diplomat dari Jepang pernah melapor ke polisi dan menunjukkan harta yang dia bawa, terutama uang besar. Begitu keluar dari kantor polisi, tak lama dia dirampok dan hartanya ludes. Ini menimbulkan kecurigaan ada yang membocorkan bahwa warga Jepang itu membawa uang besar dan barang-barang berharga.

Setelah tiga pemain Yunani, kamar tim Uruguay juga disatroni maling di Cape Town. Saat mereka bermain melawan Perancis, kamar tim Uruguay dimasuki maling dan uang 12.000 dolar AS melayang.

Pihak Uruguay sempat melaporkan ke polisi. Namun, polisi kemudian terlalu cepat mengambil keputusan. Menurut polisi, kemungkinan orang dalam di tim Uruguay sendiri terlibat. Pernyataan yang terburu-buru, karena belum ada bukti yang diajukan.

"Sangat mungkin orang dalam tim Uruguay sendiri terlibat dalam pencurian itu," kata juru bicara polisi, Leon Engelbrecht, seperti dikutip media.

Mungkin karena itu, Uruguay akhirnya tak meminta kasus itu diteruskan. Sebab, itu akan menghabiskan waktu dan energi, juga mengganggu konsentrasi Uruguay di Piala Dunia. Ketua federasi sepak bola Uruguay, Sebastian Bauza mengatakan, pihaknya tak mau konsentrasi timnya terganggu. Namun, dia membantah keras jika ada anggota tim Uruguay yang terlibat dalam pencurian uang 12.000 dolar tersebut.

Kompas.com sempat mengeluhkan soal kriminal kepada polisi, Minggu (13/6/2010). Polisi itu dengan cepat menjawab, "Yang melakukan kriminal bukan orang Afsel. Mereka adalah orang-orang Mozambik dan negara-negara tetangga lain yang datang ke sini," katanya dengan cepat, tanpa memberi bukti.

Melempar batu kepada pihak lain, tampaknya menjadi rekasi pertama yang cepat. Yang pasti, siapa pun pelakunya, masalah keamanan adalah tanggung jawab pihak keamanan. Jika terbukti kriminal tinggi, sudah pasti ada kegagalan sistem atau perilaku keamanan.

Bagi masyarakat, yang terpenting bukan siapa para kriminalnya, tapi bagaimana keamanan diusahakan hingga warga merasa terjamin.

Wajar jika ada warga Afsel sendiri yang menganjurkan "Don't trust the police!"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar