Selasa, 22 Juni 2010

Jelang Perancis vs Afrika Selatan. Perancis Krisis!

Pelatih Perancis Raymond Domenech berbicara kepada para pemainnya pada sesi latihan di Piala Dunia 2010 Afrika Selatan di Pezula Field of Dreams, Senin (21/6), di Knysna, Afrika Selatan. Pada hari Minggu pemain Perancis mogok berlatih karena tidak setuju dengan pemulangan Nicolas Anelka dari arena Piala Dunia.

BLOEMFONTEIN, Pelatih Raymond Domenech menyebut tindakan pemain tim nasional Perancis yang melakukan "pemberontakan" pascapemulangan Nicolas Anelka sebagai tindakan yang sangat bodoh. Domenech menilai, keputusan Federasi Sepak Bola Perancis alias French Federation Football atau FFF memulangkan Anelka sudah tepat.

Anelka dipulangkan FFF lantaran "menyerang" Domenech dengan kata-kata yang tidak pantas. Penyerang Chelsea itu menyebut Domenech dengan perkataan, "dirty son of a whore" atau "anak pelacur" saat ia diganti pada babak kedua laga Perancis lawan Meksiko, yang berakhir dengan kekalahan Les Blues 0-2.

Begitu mengetahui kejadian ini, pihak FFF langsung mengambil tindakan tegas dengan memulangkan Anelka. Keputusan ini kemudian disetujui oleh Domenech.

"Saya ingin menegaskan bahwa sanksi terhadap Nicolas Anelka telah diputuskan. Saya mendukung keputusan federasi," ucap Domenech pada konferensi pers beberapa hari lalu.

"Tak ada yang bisa bersikap seperti ini, baik di kamar ganti maupun di mana pun itu. Para atlet dunia harus belajar dari contoh ini," tambahnya.

Suasana kian panas ketika kapten Patrice Evra terlibat adu argumen dengan Pelatih Fisik Robert Duverne dan Direktur Tim Jean-Louis Valentin. Konon, Evra mengucapkan kata "muak dan jijik" dengan perkembangan timnya terhadap dua orang tersebut.

Namun, pertikaian Evra ini belum sampai pada titik final krisis di tubuh Perancis. Situasi lebih sulit justru terjadi saat Domenech mendapati semua pasukannya sepakat untuk mendukung Anelka dengan menolak berlatih, dan kemungkinan tak akan bertanding lawan Afrika Selatan.

"Ini penyimpangan. Kami harus berbuat sesuatu. Rakyat Perancis punya hak untuk tahu. Apa yang harus saya katakan adalah saya tidak mendukung tindakan ini," ucap Domenech.

"Bersama Presiden FFF Jean-Pierre Escalettes, kami telah mencoba meyakinkan tim bahwa tindakan mereka ini bodoh. Saya tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Apa yang mereka lakukan sama sekali tidak dipikirkan. Kami membuang banyak energi. Tak ada satu kata pun yang bisa menjelaskan apa yang sedang terjadi. Saya harap kami bisa menemukan solusi untuk menyelesaikan ini," tambahnya.

Meski Domenech tak membantah spekulasi perihal pemboikotan pertandingan lawan Afsel, Domenech tetap berusaha untuk meyakinkan para pemainnya agar tetap bermain demi menjaga kehormatan negara.

"Yang saya harap dari semua pemain dan juga rakyat Perancis adalah bukan lagi mencari-cari alasan atau kesalahan, melainkan sikap dan hasil di atas lapangan," tuntut Domenech.

"Tanggung jawab saya adalah menyiapkan mereka untuk pertandingan esok dan hanya itu yang penting. Mereka harus bermain dengan hati nurani mereka dan mungkin kami bisa bermimpi bisa lolos dari babak ini," lanjut pelatih yang membawa Perancis lolos ke final pada Piala Dunia 2006.

Tak cuma Domenech yang berusaha keras membujuk pemainnya. Menteri Olahraga Perancis Roselyne Bachelot juga turut meminta para pemain untuk mau bermain pada laga terakhir penyisihan Grup A di Stadion Free State, malam nanti.

"Saya bilang pada pemain bahwa mereka telah merusak citra Perancis. Ini adalah bencana moral dalam sepak bola Perancis. Saya bilang kepada mereka bahwa mereka bukan lagi sosok pahlawan bagi anak-anak Perancis. Mereka telah merusak mimpi bangsa mereka sendiri, teman-teman mereka, dan suporter," papar Bachelot seperti dikutip dari soccernet.

Ya, kita lihat saja apakah skuad "Les Blues" masih punya harga diri dan semangat juang yang tersisa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar