Selasa, 29 Juni 2010

Brasil dan Portugal "Bermain Mata"

Penyerang tengah Portugal, Cristiano Ronaldo (tengah), berpelukan dengan rekan setim, sementara pemain belakang Brasil, Juan (kiri), berjabat tangan dengan pemain belakang Portugal, Bruno Alves, seusai pertandingan kedua tim di Grup G di Stadion Moses Mabhida, Durban, Jumat (25/6). Brasil dan Portugal bermain imbang, 0-0.

Durban, Jumat - Brasil dan Portugal sengaja ”bermain mata” dengan hasil ”kacamata” untuk mencari aman, tetapi berdampak menyingkirkan Pantai Gading dalam pertandingan di Stadion Moses Mabhida, Durban, Jumat (25/6). Hasil imbang antara Brasil dan Portugal itu otomatis menutup peluang Pantai Gading yang saat bersamaan hanya menang 3-0 (2-0) atas Korea Utara.

Tampil mengecewakan, kedua tim yang sama-sama diperkuat sejumlah pemain bintang gagal mempertontonkan permainan cantik. Hasil ini memastikan Brasil sebagai juara Grup G. Juara lima kali ini akan ke perdelapan final didampingi Portugal sebagai runner-up grup.

”Saya benar-benar kecewa dengan penampilan kedua tim. Mereka punya pemain bintang yang saya pikir akan ada aksi dan permainan indah, tetapi yang ada hanya pertandingan sepak bola dengan teknik dasar. Saya bahkan tidak percaya mereka tidak bisa menggiring bola walau cuma tujuh meter,” kata bekas pemain nasional Inggris, Chris Waddle, seperti dikutip BBC.

Brasil lebih mendominasi pertandingan, tetapi tak mampu memaksimalkan peluang karena rapatnya pertahanan Portugal.

Peluang terbaik Brasil didapat Nilmar. Pemain yang menggantikan posisi Ricardo Kaka ini nyaris membobol gawang Portugal jika sontekannya tidak ditepis penjaga gawang Portugal, Eduardo, dan membentur mistar atas gawang.

Sementara Portugal tak banyak membuat serangan dan tidak mampu memberikan ancaman ke gawang Brasil.

Meski Brasil lolos ke perdelapan final, Pelatih Carlos Dunga tetap meminta pemainnya waspada. Dia juga berharap sebutan tim tradisi untuk timnya tidak memengaruhi permainan timnya. ”Kami harus mulai melupakan sebutan 'tim tradisi'. Jika Anda tidak bermain baik, maka Anda pasti akan tersingkir,” ujar Dunga

Menurut Dunga, tim yang selama ini dianggap sebagai tim kelas dua telah memperlihatkan kemajuannya. Para pemain yang merumput di kompetisi papan atas Eropa telah memberikan keuntungan bagi tim tersebut.

Sejumlah tim unggulan mendapatkan hasil mengejutkan pada Piala Dunia kali ini. Selain Perancis dan Italia yang sudah tersingkir, Inggris dan Jerman harus memastikan tiket babak kedua hingga pertandingan terakhir.

Demikian juga Spanyol yang belum mendapat kepastian. Sampai berita ini turun, Spanyol masih berjuang melawan Cile untuk memastikan satu tempat di perdelapan final.

Kemenangan penghibur

Pada pertandingan lainnya, Pantai Gading memetik kemenangan penghibur atas Korea Utara (Korut), 3-0, tetapi tidak meloloskan mereka. Pantai Gading akan lolos ke perdelapan final jika mereka mampu menghapus defisit sembilan gol dan Portugal menyerah dari Brasil.

Gol-gol Pantai Gading masing-masing dicetak Yaya Toure pada menit ke-14, Koffi Romaric pada menit ke-20, dan Salomon Kalou menit ke-82.

Dengan tersingkirnya Pantai Gading, hanya Ghana yang menjadi satu-satunya harapan benua Afrika. Sebelumnya, Ghana memastikan satu tempat di perdelapan final meski kalah 0-1 dari Jerman di laga terakhir penyisihan Grup D.

Ghana mengungguli Australia dan Serbia. Di babak knock out ini Ghana akan menghadapi Amerika Serikat di Rustenburg, Sabtu.

Dari enam tim Afrika di putaran final Piala Dunia tersebut, lima lainnya sudah tersisih. Mereka adalah Afrika Selatan, Aljazair, Nigeria, Pantai Gading, dan Kamerun.

Hasil yang diraih Ghana sama dengan pencapaian pada Piala Dunia 2006 di Jerman. Ketika itu Ghana juga merupakan satu-satunya tim Afrika yang mencapai 16 besar. Langkah Ghana terhenti dari Brasil.

Striker Pantai Gading, Salomon Kalou, mengatakan, para pemain Afrika terlalu grogi dan dalam tekanan besar untuk memenuhi harapan penduduk benua Afrika.

”Ekspektasi terlalu besar dan kami dituntut untuk tampil bagus. Sayangnya semua ini justru membuat kami tertekan bahkan perasaan itu sampai menutupi talenta hebat pemain Afrika,” kata Kalou.

Sementara itu, juru bicara panitia penyelenggara lokal Rich Mkhondo mengharapkan Ghana bisa terus melaju dan membawa kebanggaan bagi Afrika.

”Kami katakan, sebagai penyelenggara kami bangga dengan kenyataan bahwa Ghana masih bertahan,” ujarnya.

Sejarah kelam

Tersingkirnya juara bertahan Italia yang mengikuti langkah runner-up Perancis menjadi catatan sejarah yang paling kelam Piala Dunia. Untuk pertama kalinya juara bertahan dan runner-up tersingkir di putaran pertama.

Di Italia, media cetak dan media elektronik menggambarkan kegagalan Italia sebagai sebuah tragedi. ”It’s Total Darkness,” (Italia dalam Kegelapan) tulis La Gazzetta dello Sport. Sementara Tutto Sport menulis penampilan tim Italia seperti keju Mozzarella.

Keju Mozzarella merupakan jenis keju muda Italia yang lentur dan meleleh jika dipanggang. Keju ini biasanya dipakai untuk topping piza atau roti atau sup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar