Selasa, 29 Juni 2010

Mengapa Amerika Selatan Perkasa?

Para pemain Argentina merayakan kesuksesan mereka melangkah ke babak 16 besar Piala Dunia 2010 dengan hasil yang sempurna.

BABAK 16 besar Piala Dunia 2010 telah menghasilkan pemenang, yakni tim-tim Amerika Selatan. Kelima wakil kawasan itu lolos ke putaran kedua. Satu dari mereka, yakni Uruguay, bahkan telah menapak perempat final. Satu tempat pasti mereka rebut dari laga Brasil versus Cile.

Dari bagan pertandingan, terbuka peluang terjadinya dominasi empat tim Amerika Selatan di semifinal (all-South American semifinal) meski kemungkinannya kecil. Menariknya, sejauh ini hanya satu dan baru sekali tim Amerika Selatan kalah, saat Cile dipukul Spanyol 1-2 pada penyisihan Grup H. Hasil yang tetap membuat Cile lolos.

Fenomena ini memunculkan pertanyaan: mengapa tim-tim Amerika Selatan begitu perkasa di Piala Dunia pertama di Benua Afrika ini? Apakah itu menjadi indikasi bahwa juara Piala Dunia 2010 bakal jatuh ke salah satu tim dari mereka? Pertanyaan seperti itu menjadi topik menarik di kalangan wartawan peliput Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan.

Dari 15 laga yang dijalani lima tim zona Amerika Selatan (Conmebol) di penyisihan, 10 di antara mereka menangkan, empat berakhir imbang, dan hanya sekali mereka kalah. Uruguay bahkan lolos ke perempat final pertama kali sejak 1966.

Paling kompetitif


Muncul berbagai analisis untuk menjelaskan fenomena ini. Penjelasan paling sederhana, yakni dengan melihat perjalanan tim-tim Amerika Selatan itu merebut tiket lolos Piala Dunia 2010 dalam kualifikasi zona Conmebol. Persaingan di zona itu disebut-sebut paling ketat dan kompetitif.

Zona Conmebol dihuni 10 negara sehingga setiap tim harus menjalani total 19 laga kualifikasi di kandang dan tandang. Hanya empat tim yang berhak lolos plus satu melalui jalur play off. Selisih nilai hasil kualifikasi di antara empat tim yang lolos sangat ketat: Brasil (34 poin), Cile (33), Paraguay (33), dan Argentina (28). Uruguay lolos lewat play off, menang atas Kosta Rika.

”Jika Anda lihat (kualifikasi) Amerika Selatan, Anda bakal temukan tim-tim yang sangat berimbang. Tidak ada satu pun laga yang dapat diasumsikan Anda bakal memetik tiga poin,” kata Pelatih Paraguay Gerardo Martino. ”Bahkan saat menghadapi Peru, juru kunci klasemen, Brasil atau Argentina pun tak mampu menang.”

Saat menjamu Peru di Buenos Aires, pasukan Diego Maradona harus butuh gol injury time untuk memenangkan laga. Satu lagi yang pasti berat bagi tim-tim kawasan tersebut, mereka harus bersaing dengan juara dunia lima kali, Brasil, dan juara dua kali, Argentina. Dari persaingan semacam itu, wajar jika Paraguay, Cile, atau Uruguay tidak kesulitan menembus babak 16 besar Piala Dunia 2010.

Fenomena Paraguay-Cile

Paraguay bahkan lolos sebagai juara Grup F yang dihuni juara bertahan Italia dan kini telah tersingkir. Tim asuhan Martino saat ini diperkuat generasi baru para pemain bertalenta tinggi yang menonjol di kawasan Amerika Selatan sejak 2006. Mereka mengawali kualifikasi dengan brilian: menekuk Uruguay 1-0, Ekuador 5-1, Cile 3-0, bahkan termasuk Brasil 2-0.

Striker mereka, seperti Roque Santa Cruz, Nelson Haedo Valdes, dan Salvador Cabanas, memainkan sepak bola menyerang yang memukau. Ditambah kokohnya benteng pertahanan mereka, Paraguay sempat memimpin klasemen Conmebol beberapa pekan.

Cile juga tidak kalah hebatnya. Kemajuan sepak bola negeri itu bisa juga dilihat performa klub mereka di Copa Libertadores, ajang tempat klub-klub Paraguay, Cile, dan negara lainnya ditempa.

Musim lalu, klub Brasil, Flamengo, disingkirkan Universidad de Chile (Cile). Jika Meksiko juga dihitung, Velez (Argentina) didepak Chivas Guadalajara, klub papan atas Meksiko.

Hal lain yang perlu dicermati adalah kuatnya interaksi para pelatih dan pemain di kawasan Amerika Selatan. Begitu banyak pelatih dan pemain Argentina, misalnya, yang berlaga di klub- klub negara tetangga. Timnas Cile dan Paraguay juga ditangani Pelatih Argentina Marcelo Bielsa dan Martino.

Terbiasa di ketinggian


Ada satu hal yang tidak boleh dilupakan. Tim-tim Amerika Selatan itu merebut tiket lolos ke Afrika Selatan setelah menjalani beberapa laga di ketinggian yang cukup ekstrem. ”Anda harus bertanding dalam cuaca panas atau di La Paz dengan ketinggian 3.600 meter di atas permukaan laut yang menuntut persiapan khusus,” kata Martino.

Karena itu, para pemain tim-tim Amerika Selatan tidak kaget ketika menghadapi medan Afrika Selatan dengan ketinggian rata-rata 1.500-1.700 meter. seperti di Johannesburg, Pretoria, Rustenburg, Polokwane, atau Bloemfontein. ”Mengacu hal ini, saya melihat kualifikasi Eropa lebih mudah,” kata Martino.

Zona Eropa terdiri atas 53 negara dan mendapat jatah 13 tim di Piala Dunia. Mereka dibagi sembilan grup, setiap grup terdiri enam tim kecuali satu grup yang dihuni Belanda (lima tim). Dengan sistem tersebut, cukup berlaga delapan atau sepuluh kali, tim zona Eropa sudah lolos ke Piala Dunia.

Tim-tim Eropa juga tidak terlalu dihadapkan masalah kelelahan pemain. Pemain mereka ibaratnya tinggal terbang dari satu kota ke kota lain untuk menjalani kualifikasi. Kemudahan seperti itu tidak diperoleh para pemain tim-tim negara Amerika Selatan, yang umumnya bermain di klub-klub Eropa dan harus terbang melintasi Samudra Atlantik sebelum bertanding.

”(Kualifikasi) zona Amerika Latin adalah salah satu yang paling berat di dunia,” kata Maradona ketika ditanya soal tangguhnya tim-tim Amerika Selatan saat ini. Apakah ini indikasi bahwa juara dunia 2010 bakal datang dari Amerika Selatan (Brasil atau Argentina)? Waktulah yang akan menjawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar