Sabtu, 19 Juni 2010

Ketinggian dan "Vuvuzela" Jadi Harapan Afrika Selatan

Carlos Alberto Parreira

Meski memegang rekor sebagai tuan rumah Piala Dunia berperingkat terendah, Afrika Selatan masih berharap bisa lolos ke babak kedua. Bermain di ketinggian di atas 1.800 meter di atas permukaan laut di depan 90.000 penonton bersenjatakan vuvuzela—trompet yang bunyinya sangat nyaring—bisa menjadi inspirasi ”Bafana Bafana” untuk menghadapi lawan di Grup A.

Fakta sejarah dan tradisi Piala Dunia sejauh ini juga memberikan harapan kepada Afrika Selatan karena tak ada tuan rumah yang gagal melaju ke babak kedua. Kekuatan tim ini terletak pada keterampilan dan kecepatan para pemainnya. Bukan hanya itu, sejumlah pemain Afrika Selatan juga diberkati kemampuan teknis dan kepercayaan diri tinggi untuk menggiring bola melewati hadangan lawan, seperti kerap dilakukan Steven Pienaar saat berlaga di Liga Inggris.

Striker Benny McCarthy bakal menjadi andalan lini depan yang selama ini menjadi kelemahan terbesar tim Bafana Bafana. Mereka kesulitan menembus gawang lawan dan beberapa laga uji coba mereka berakhir dengan hasil imbang tanpa gol.

Pelatih

Setelah Joel Santana dipecat, pelatih asal Brasil lain menangani Pienaar dan kawan-kawan. Carlos Alberto Parreira bakal mencoba membawa Afrika Selatan menuju kejayaan atau setidaknya tidak tampil memalukan sebagai tuan rumah. Pelatih kelahiran Rio de Janeiro, 27 Februari 1943, ini adalah pelatih yang sarat pengalaman, memiliki sejarah bagus di Piala Dunia, dan pernah membawa tim ”Samba” Brasil menjadi juara di Piala Dunia 1994 Amerika Serikat. Setelah sempat mundur karena alasan keluarga, Parreira kembali melatih Afrika Selatan dan mungkin menjadi orang yang tepat untuk meningkatkan performa tim.

Pemain kunci

Harapan besar tuan rumah ditumpukan kepada Pienaar. Pemain ini memiliki teknik tinggi. Penampilan luar biasanya musim ini di Liga Inggris membuatnya dirumorkan diincar klub-klub seperti Manchester United, Tottenham Hotspur, bahkan klub rival Everton, Liverpool.

Pemain kelahiran Westbury, Afrika Selatan, 17 Maret 1982, ini bakal menjadi mesin serangan Bafana Bafana dan menyediakan energi kreatif dari lini tengah. Pienaar bakal menjadi andalan saat Afrika Selatan kesulitan mencetak gol. McCarthy, pemegang rekor pencetak gol terbanyak Bafana Bafana dengan 31 gol, juga menjadi kunci.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar