Sabtu, 19 Juni 2010

Rakyat Afsel Pesimistis, Juga Apatis

Puluhan ribu rakyat Afrika Selata memberi dukungan saat Bafana Bafana dikirab, Selasa (8/6/2010). Saat itu, mereka masih optimistis timnya akan sukses. Kini, mereka mulai pesimistis.

PRETORIA, - Nasib Afrika Selatan (Afsel) di Piala Dunia 2010 benar-benar terancam. Kemenangan Meksiko 2-0 atas Perancis membuat Afsel butuh keajaiban. Banyak reaksi masyarakat Afsel. Namun, di antara berbagai reaksi itu, banyak juga yang sejak awal sudah pesimistis, bahkan apatis.

Untuk lolos ke babak berikutnya, Afsel harus menang minimal 2-0 dan berharap Uruguay mengalahkan Meksiko 4-0. Sebuah kemungkinan yang amat kecil.

Namun, hebatnya suporter Afsel tak membuat kerusuhan setelah kekalahan 0-3 dari uruguay. Mereka tetap rapi dan segera pulang, meski juga melampiaskan kekecewaan dengan Vuvuzela atau kata-kata.

"Sejak awal kamu sudah pesimistis terhadap kemampuan Bafana Bafana. Dalam beberapa pertandingan, kami belum mampu menunjukkan permainan yang bagus. Ini hanya euforia. Piala Dunia turnamen yang berat, man!" kata Shibushisu yang ditemui Kompas.com seusai pertandingan Argentina lawan Korea Selatan di Stadion Soccer City, Kamis (17/6/2010).

"Saya kini menikmati pertandingan-pertandingan Piala Dunia saja, tak usah banyak berharap terhadap Bafana Bafana. Terlalu berlebihan jika berharap Bafana Bafana berpreastasi besar di Piala Dunia," tambahnya.

Hal sama dikatakan Domi. Begitu timnya kalah dari Uruguay, dia sudah kehilangan optimismenya. Baginya, Afsel akan sulit lolos ke babak berikutnya dan itu akan aneh, karena tuan rumah harus tumbang di babak awal.

"Ah, rasanya sudah susah. Iya, masih ada kesempatan, tapi saya tak yakin bisa lolos," kata Domi, didukung rekannya, Billy.

Philip Threeby justru apatis terhadap Bafana Bafana, bahkan Piala Dunia. Dia sejak awal tak mau mengikuti Piala Dunia, karena tak menarik baginya. Selain itu, dia tahu bafana Bafana tak bakal juara.

Ketika ditanya tanggapannya tentang nasib Afsel, dia menjawab, "Kenapa saya harus sedih. Biar saja kalau kalah ya kalah. Masa bodoh dengan Bafana Bafana dan Piala Dunia," katanya.

Philip sejak awal bahkan tak setuju negerinya menjadi tuan rumah Piala Dunia. Baginya, itu pemaksaan. Sebab, masih banyak masalah serus di negeri ini yang harus diselesaikan daripada hanya mengurus sepak bola sebulan.

"Kriminal meningkat, pemerkosaan banyak, pengangguran di mana-mana. Piala Dunia hanya permainan kaum elite dengan menggunakan uang negara. Rakyat butuh makan, bukan sepak bola," kataya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar