Rabu, 16 Juni 2010

"Mengolahragakan" Siswa


BERUNTUNGLAH siswa-siswa warga Afrika Selatan, khususnya di Johannesburg, yang gemar berolahraga. Sekolah-sekolah di kota ini rata-rata menyediakan fasilitas lapangan olahraga yang bagus, luas, dan memadai. Sebagian dari fasilitas olahraga di sekolah-sekolah itu dimanfaatkan untuk tempat latihan tim-tim peserta Piala Dunia 2010.

Hamparan lapangan rumput yang hijau dan luas terhidang di depan mata begitu memasuki kompleks sekolah menengah atas, Randburg High School, Johannesburg bagian utara. Satu area lapangan sepak bola lengkap dengan tribune kecil dan lampu penerang, ditambah beberapa area lapangan bola tangan.

Area itu begitu luas, kira-kira sedikit lebih luas dibandingkan dengan gabungan beberapa lapangan utara kompleks Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. Selain bersih dan tidak kumuh, kualitas lapangan benar-benar kelas wahid. Jika tidak, mana mungkin tim sekelas juara dunia lima kali, Brasil, mau memilih tempat tersebut sebagai arena latihan.

Rumput lapangan sepak bola, misalnya, terpotong rapi dan menghijau dengan permukaan rata. Tidak seperti lapangan timnas PSSI yang bergelombang dan tidak jarang membuat cedera pemain. Di sebelah lapangan sepak bola itu, di sisi kanan, terhampar lima (ya, lima unit!) lapangan olahraga bola tangan.

Brasil menikmati

Pada Kamis (10/6) sore adalah jadwal para pemain Brasil menggelar latihan dan terbuka untuk media. Di bawah pemantauan Pelatih Brasil Dunga, Kaka dan kawan-kawan asyik berlatih, sesekali diiringi canda ria, terlihat begitu menikmati fasilitas olahraga sekolah tersebut. Jarang terjadi para pemain itu terpeleset saat mengolah bola.

Di pinggir lapangan, tribune kecil yang menampung sekitar 200 orang cukup memadai bagi fotografer dan juru kamera televisi untuk mengambil gambar latihan tim. Tidak mewah, tetapi cukup representatif menjadi bagian tak terpisahkan dari hajatan akbar Piala Dunia 2010.

Pemandangan sekolah dengan lapangan olahraga yang luas mudah didapat di Johannesburg. Selama Piala Dunia 2010 berlangsung, sedikitnya ada empat sekolah dan universitas di kota itu yang lapangan olahraganya dijadikan tempat latihan tim-tim nasional peserta turnamen.

Selain Brasil yang berlatih di Randburg High School, tim Swiss memilih lapangan Universitas Teknologi Vaal, Portugal di lapangan Bekker High School, dan Slovenia di lapangan Hyde Park High School. Berkat fasilitas olahraga yang memadai di sekolah-sekolah itu, Afrika Selatan (Afsel) terbantu dalam menyediakan tempat latihan bagi tim- tim Piala Dunia 2010.

”Di sini fasilitas olahraga menjadi bagian wajib dibangun di sekolah-sekolah. Ini bagian dari agenda dan kebijakan pemerintah setempat,” kata Yudi Dahlan (45), warga Indonesia yang sudah 15 tahun tinggal di Afsel.

”Bukan hanya karena warganya gila olahraga. Mereka sadar, dengan memperbanyak fasilitas olahraga, energi anak-anak sekolah bisa disalurkan ke arah positif. Di sini jarang terdengar tawuran anak-anak sekolah,” lanjut pria berputri siswa kelas 1 SD itu.

Ajang pembibitan pemain

Selain menjadi arena kegiatan untuk menyalurkan tenaga para siswanya, sekolah-sekolah dengan fasilitas olahraga lengkap itu juga menjadi ajang pembibitan pemain negeri itu. Anak- anak Afsel sejak usia dini telah diperkenalkan dengan olahraga lewat sekolah dan diberi ruang sangat besar untuk mengembangkan talentanya.

Wajar saja jika Afsel bisa melahirkan beberapa atlet kelas dunia. Sebut saja, misalnya, Mokgadi Caster Semenya, perempuan pelari jarak menengah juara dunia 800 meter yang belum lama ini ramai dibicarakan terkait kontroversi seputar jendernya.

Di cabang sepak bola muncul pemain-pemain yang menembus klub-klub top Eropa, seperti Steven Pienaar (Everton), Aaron Mokoena (Portsmouth), Kagisho Dikgacoi (Fulham), atau Macbeth Sibaya (Rubin Kazan, Rusia). Selain penggila sepak bola, negeri ini juga penggemar berat rugbi dan kriket.

Klub rugbi Sprinboks adalah juara dunia dan merebut gelar dua kali dalam empat turnamen terakhir. Tim kriket Proteas, sekalipun belum pernah juara dunia, adalah salah satu tim kriket papan atas dunia. Lahirnya atlet kelas dunia dari negeri ini muncul dari lingkungan sekolah yang memiliki fasilitas olahraga lengkap.

Menurut beberapa warga setempat, ketersediaan fasilitas olahraga lengkap di sekolah-sekolah itu dimungkinkan karena lahan kosong masih luas. Hal ini mungkin tidak dimiliki Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Tanah Air. Namun, hal itu bukan alasan Pemerintah Indonesia mengabaikan fasilitas olahraga di sekolah.

Mereka begitu mudah memberi izin pembangunan mal dan pusat-pusat perbelanjaan dengan menggusur lapangan-lapangan olahraga. Jadi, persoalannya adalah cara berpikir dan mental pejabat yang mementingkan mesin-mesin kapitalis berputar, tanpa peduli pada pembangunan olahraga di sekolah-sekolah. Bukan minimnya lahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar