Kamis, 17 Juni 2010

Noni-noni Belanda dan Skandal Robbie Earle

Gadis-gadis cantik ini, menurut FIFA, telah dimanfaatkan untuk kepentingan promosi perusahaan bir Belanda saat berlangsung laga Piala Dunia 2010 antara Belanda dan Denmark di Stadion Soccer City, Johannesburg, Senin (14/6). Mereka tengah melayani foto bersama salah seorang penonton di luar stadion sebelum laga dimulai.

TIDAK akan ada lagi noni-noni cantik yang menghiasi partai-partai Belanda di Piala Dunia 2010. Jika Anda menonton laga Belanda lawan Denmark Senin lalu, pemandangan gadis-gadis cantik berbaju seksi warna oranye sekelebatan muncul di layar televisi. Pada babak kedua, saat Belanda mendapatkan dua gol kemenangannya, mereka sudah tidak terlihat lagi.

Siang itu, Senin (14/6), di tengah sengatan terik matahari sebagian penonton laga Belanda versus Denmark di Stadion Soccer City, Johannesburg, Afrika Selatan, dikejutkan munculnya gadis-gadis cantik berbaju ketat dan seksi warna oranye di trotoar luar pintu masuk stadion. Mereka menebar senyum, menyambut ramah bagi siapa pun yang menyapa, dan selalu bersedia diajak foto-foto bareng.

Salah satu dari mereka memakai kain bertuliskan ”Miss Oranje WK 2010”. Banyak orang beranggapan, gadis-gadis itu suporter Belanda yang akan mendukung Giovanni van Bronckhorst dan kawan-kawan menghadapi Denmark. Tidak sedikit anak-anak muda mengajak mereka berfoto bersama. Bagi yang beruntung, satu-dua kecupan noni-noni Belanda itu mendarat di pipi mereka.

Saat laga Belanda versus Denmark berlangsung, gadis-gadis cantik tersebut berada di dalam stadion. Kehadiran mereka cukup mencolok, bersorak-sorai sambil mengayunkan tangan ke atas, dan—karena atraktif untuk tayangan televisi—tak luput dari sorot kamera.

Namun, dari tayangan tersebut Federasi Asosiasi Sepak Bola Internasional (FIFA) mencium ada hal yang tidak beres. Gadis- gadis tersebut dianggap bukan murni suporter Belanda. FIFA menilai mereka ”penonton selundupan” yang dimasukkan ke stadion dengan membawa pesan komersial perusahaan bir Belanda, Bavaria.

Bagi FIFA, sangat tabu dan haram memberi ruang bagi produk atau jasa komersial, pesan- pesan politik, ras, atau agama sejengkal pun dalam stadion. Apalagi, mereka telah mengikat perjanjian dengan perusahaan bir Budweiser, salah satu sponsor Piala Dunia 2010. Karena dianggap ”nebeng promosi gratis”, gadis-gadis cantik yang berjumlah 36 orang diusir petugas pada babak kedua.

Bukan itu saja, mereka juga diinterogasi petugas dan ditanya soal keterkaitan dengan Bavaria. ”Pada babak kedua, sekitar 40 petugas keamanan (steward) mengerubuti kami dan memerintahkan kami keluar dari stadion,” kata Barbara Kastein, salah satu gadis itu kepada koran lokal, Star.

”Mereka bilang, kami nebeng promosi dan ini melanggar undang-undang di Afrika Selatan. Mereka bilang, kami akan ditangkap dan ditahan di penjara hingga enam bulan,” lanjut Kastein. Namun, FIFA menyatakan, gadis-gadis selundupan itu tidak ditangkap, tetapi paspor mereka ditahan untuk penyelidikan.

Peer Swinkels, juru bicara Bavaria, membantah ada keterkaitan gadis-gadis tersebut dengan pihaknya. ”Menurut saya, orang punya hak untuk memakai apa saja yang diinginkannya. Itu baju bagus dan modis. Kami meluncurkan pernik-pernik oranye pada ulang tahun Ratu (Belanda), 30 April lalu,” katanya.

”Warga Belanda sedikit tergila- gila pada hal yang berbau oranye dan kami memakainya pada hari-hari libur dan ajang-ajang seperti Piala Dunia. Tidak ada batasan merek pada pakaian. Dan FIFA tidak boleh memonopoli warna oranye,” ujarnya.

Libatkan komentator ITV

Ternyata, persoalannya tidak berhenti hingga ditangkapnya gadis-gadis cantik tersebut. Gadis-gadis itu bisa masuk ke Stadion Soccer City berkat tiket-tiket yang diperoleh pengamat dan komentator Robbie Earle yang bekerja untuk televisi Inggris, ITV. Earle mendapat jatah 35-40 tiket yang seharusnya digunakan keluarga atau teman- temannya.

Namun, seperti ditulis koran Inggris, Guardian, Earle melepas tiket-tiket tersebut ke pihak ketiga dan akhirnya jatuh ke perusahaan bir Bavaria yang dengan tiket-tiket itu memasukkan gadis-gadis cantik untuk nebeng promosi. Kasus ini sampai ke telinga pejabat televisi ITV dan waktu itu juga memecat Earle.

ITV, salah satu televisi yang menyiarkan Piala Dunia 2010 untuk warga Inggris di samping BBC, belum lama ini menuai citra negatif karena 1,5 juta pemirsanya tidak bisa melihat gol kapten Steven Gerrard ke gawang Amerika Serikat akibat gangguan teknis.

Lewat sebuah pernyataan, ITV menyatakan mengakhiri kontrak Earle. ”Hasil penyelidikan cepat mengindikasikan, sejumlah tiket jatah ITV telah dimanfaatkan untuk kepentingan tidak sah selama laga Belanda versus Denmark,” sebut ITV. Sementara juru bicara Earle belum mau berkomentar seputar kasus tersebut.

FIFA tengah mempertimbangkan untuk membawa kasus ini ke jalur hukum. Dalam konteks melindungi perjanjian dengan sponsor, keseriusan dan ketegasan FIFA patut diapresiasi. Mereka tidak ingin perjanjian dengan para sponsor dan partner yang telah merogoh jutaan dollar AS tercederai.

Kasus noni-noni cantik Belanda itu bukan yang pertama di Piala Dunia 2010. Pada laga Serbia versus Ghana di Loftus Versfeld, Pretoria, FIFA juga menyita sejumlah bendera yang terpasang logo sebuah perusahaan. April lalu, maskapai penerbangan berbiaya rendah, Kulula, menarik iklan humornya pada papan reklame setelah ditegur FIFA karena melanggar aturan promosi.

Kerja sama sponsor merupakan salah satu mesin uang FIFA untuk memperbesar pundi-pundi pendapatan mereka. Sekitar 30 persen keuntungan FIFA sepanjang 2007-2010 (3,2 miliar dollar AS atau sekitar Rp 28,8 triliun) berasal dari kerja sama sponsor itu, sementara 60 persen di antaranya dari penjualan hak siar televisi.

Seperti nasihat orang bijak, jika ingin dipercaya dan sukses dalam usaha, jagalah kepercayaan orang. Mungkin kita bisa memetik pelajaran dari kasus noni- noni cantik Belanda itu, terutama dalam mengelola bisnis persepakbolaan di Tanah Air yang tidak pernah beres-beres itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar