Kamis, 17 Juni 2010

Pengalaman Menguntit Tim Portugal

Tim Portugal berlatih di depan umum di lapangan Hoerskool Bekker di Magaliesburg. Namun, ternyata yang dibawa pelatih Carlos Queiros hanya pemain cadangan dan beberapa pemain non tim yang tak terkenal. Penonton pun sempat kecewa.

MAGALIESBURG, — Portugal akan melakukan public training di High School Bekker, Magaliesburg, demikian kabar yang beredar. Kompas.com dan dua wartawan Indonesia pun langsung memburu ke sana.

Ternyata, sopir kami juga tak tahu di mana sekolah itu. Ini menjadi masalah. Kami pun mencoba mencari di internet dan global positioning system (GPS). Beberapa orang juga kami tanya, termasuk orang KBRI di Pretoria. Ternyata semua tak bisa menunjukkan lokasinya.

Namun, kami akhirnya nekat saja menuju ke Magaliesburg. Ternyata, tempatnya amat jauh dari Pretoria. Bahkan, kami harus melewati daerah-daerah sepi, perbukitan, dan perkampungan-perkampungan kumuh yang amat berbahaya.

Sesekali kami melihat tanda di pinggir jalan: "Hotspot, Beware of Hijacking!" Itu artinya kami harus hati-hati karena di daerah itu banyak aksi pembajakan mobil.

Kami pun memacu mobil, tetapi kesulitan mencari arah. Di beberapa titik kami sempat bertanya kepada orang dengan rasa khawatir. Sebab, kita tak pernah tahu mana orang jahat mana orang baik.

Beruntung, semua yang kami tanya baik-baik saja. Namun, menuju Magaliesburg memang cukup menegangkan. Selain jaraknya jauh, juga banyak daerah berbahaya.

"Lucky day!" begitu kata sopir kami, Steve. Warga Pretoria berkulit hitam itu menunjuk ada bus bertuliskan "Portugal". Uh, akhirnya kami justru menemukan bus tim Portugal itu tepat di perempatan. Kami pun menguntitnya di belakang mobil polisi yang mengawal mereka.

Kami bergaya seolah-olah bagian dari rombongan mereka. Polisi pun tampaknya tak terlalu curiga. Di sebuah pertigaan, bus Portugal berbelok ke kiri. Massa sudah menyemut menyambut mereka dan polisi berjaga ketat. Namun, tak semua mobil boleh masuk.

Kami pun mulai khawatir tak boleh masuk. Namun, setelah giliran kami mau masuk, salah satu wartawan Indonesia yang punya akreditasi menunjukkan ID card. Polisi langsung menyilakan kami masuk. Ternyata, ini jalan ke arah tempat latihan.

Namun, masih saja kami melewati semak-semak belukar dan lahan-lahan kosong. Ada rasa penasaran, mengapa tim sekelas Portugal mau berlatih di daerah terpencil yang jauh dari permukiman penduduk.

Setelah 20 menit perjalanan, bus akhirnya masuk ke kompleks sekolah. Ini dia sekolah itu. Ternyata, namanya Hoerskool Bekker. Tak heran kami kesulitan melacak di internet maupun GPS.

Bus Portugal langsung masuk dan pintu segera ditutup. Kami dihentikan polisi dan dipersilakan ke media center. Namun, karena tak ada akreditasi, dua wartawan Indonesia dihentikan polisi. Beruntung, salah satu anggota staf tim Portugal, Sara, mendatangi kami.

Dia akhirnya meminta kartu pers kepada kami dan mencoba membicarakannya kepada atasannya. Ternyata, kami boleh masuk dan diberi ID card latihan Portugal. Kami pun dengan senang masuk dan segera ke tempat latihan. Ternyata, di sana sudah menunggu hampir 1.000 suporter. Suasana riuh-rendah. Mereka lengkap dengan segala atributnya, tak ubahnya ingin menonton pertandingan.

Hati pun mulai berbunga sebab sebentar lagi bisa dekat dengan Cristiano Ronaldo, Deco, Ricardo Carvalho, atau Jose Bosingwa. Dengan rasa berdebar, kami menunggu kemunculan tim Portugal. Selang 15 menit, muncullah Pelatih Carlos Queiroz dan para pemain. Para suporter pun berteriak dan puluhan wartawan, terutama dari Portugal, langsung mengarahkan kamera.

Kami mencoba berpindah tempat, memutar ke belakang, dan akhirnya mendapat tempat agak dekat dengan para pemain. Namun, ternyata yang dibawa berlatih adalah para pemain cadangan dan sebagian sepertinya bukan anggota dari 23 pemain inti Portugal.

Tak ada Ronaldo, Carvalho, Bosingwa, atau Deco. Semua asing dan tak dikenal. Tapi, suporter sudah cukup puas. Sementara para wartawan agak kecewa sebab menuju ke tempat latihan itu bukan barang mudah.

"Ah, ketipu nih kita," komentar seorang wartawan Indonesia.

"Saya kok tak kenal satu pun dari mereka," kata reporter televisi Mozambik, Kavanho.

Meski begitu, kami terus menyaksikan latihan mereka yang dipandu Queiroz. Mereka akhirnya melakukan uji coba dengan tim Hoerskool Bekker. Ternyata, permainan berimbang dan tak terjadi gol.

"Lah, ini tim apaan. Mosok sama tim sekolah bermain imbang," celoteh seorang kawan.

Ternyata, kehadiran Portugal berlatih di situ atas undangan Hoerskool Bekker. Mereka memang memiliki fasilitas lapangan yang baik. Portugal pun menyanggupi, tetapi tak mendatangkan semua pemain utamanya. Maklum, menuju sekolah yang terpencil itu memang melewati daerah berbahaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar