JOHANNESBUREG, - Di Afrika Selatan sinar Cesc Fabregas tak terlihat sama sekali. Kapten Arsenal itu kalah bersaing dengan gelandang-gelandang Spanyol lainnya. Namun, begitu mendapat kesempatan, Fabregas selalu mampu memberikan kontribusi maksimalnya.
Hingga semifinal, Fabregas tak pernah bermain sebagai starter. Ia baru tiga kali bermain dan itu pun di menit-menit akhir pertandingan. Hal yang sama juga terjadi di final melawan Belanda, Senin (12/7/2010) dini hari WIB. Pelatih Vicente del Bosque baru memasukkan Fabregas di menit ke-87.
Meski begitu, terlihat jelas, "La Furia Roja" bermain lebih atraktif setelah Fabregas masuk. Serangan-serangan "El Matador" lebih bervariasi untuk membongkar pertahanan "The Flying Dutchmen". Fabregas mampu membangkitkan gairah rekan-rekannya di lapangan. Ia bahkan sanggup melepaskan dua tembakan berbahaya, yang sayangnya gagal menjadi gol.
Tepat empat menit sebelum adu penalti dilakukan, Fabregas memperlihatkan aksi mautnya, dengan mengirim umpan manis kepada Andres Iniesta. Umpannya itu berujung gol kemenangan Spanyol.
"Ketika aku masuk, semangatku begitu membara. Ini adalah turnamen sulit bagiku karena aku tak mendapat kesempatan bermain banyak. Sesuatu dalam diriku mengatakan bahwa ini adalah kesempatanku," kata Fabregas.
"Semua anggota keluargaku ingin aku masuk dan menjadi bagian dari ini. Aku memiliki kesempatan dan aku sangat bangga bisa menjadi bagian dari hal ini. Ini adalah musim sulit, tapi sekarang tak masalah lagi. Ini adalah momen terbaik dari hidupku," lanjut Fabregas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar