Rabu, 14 Juli 2010

Perjuangan Duo Jepang Menuju Final

Seoang suporter tertarik mengabadikan perjuangan dua suporter Jepang, Yoshumi (kiri) dan Takegi (kanan) dalam mencari tiket final Piala Dunia 2010.

JOHANNESBURG, - Tiket final Piala Dunia 2010 memang sudah lama ludes. Namun, banyak juga orang yang berharap mendapatkan tiket itu, entah dari calo atau ada orang yang batal dan menjualnya, contohnya Yoshumi dan Takegi dari Jepang. Dia rela susah-payah demi mendapatkannya.

Jauh sebelum partai final antara Spanyol-Belanda yang berakhir 1-0 itu dimulai, banyak orang "mengemis" tiket final. Mereka berkeluyuran dan mencegat para penonton, "mengemis" tiket.

"Saya butuh tiket final. Tolong kalau ada dikasih dan saya siap membayar berapa saja," kata seorang suporter.

Kemudian, tak lama ada suporter yang melakukan hal sama. Jumlah suporter yang "mengemis" tiket final itu semakin besar. Mereka, kata rekan wartawan dari Indonesia, malah ada yang mulai mencari tiket sejak pagi.

Sampai pertandingan sudah berjalan pun, masih banyak para pencari tiket. Mereka terus berkeliling dan rajin bertanya kepada siapa saja.

"Anda punya tiket dan mau dijual?" begitu pertanyaan yang sering mereka ajukan.

Para pencari tiket itu rata-rata sioap membayar dengan harga mahal. Kesempatan ini dipakai satu-dua pemilik tiket yang rela melepaskannya.

Seorang rekan dari Malaysia, Chairul dan Akbar, juga ikut mencoba mencoba mencari tiket. Dia sempat ketemu orang yang siap melepaskan tiketnya. Tapi, dia minta harga 1500 dolar AS (atau sekitar Rp 13,5 juta). Tentu saja, mereka menolaknya karena tak rasional.

Beda lagi dengan dua warga Jepang, Yoshumi dan Takagi. Dua suporter yang belum mau pulang meski Jepang sudah tersingkir itu, mengaku sejak awal sudah tak bisa mendapatkan tiket final. Maka, mereka berspekulasi mencari tiket sebelum partai final dimulai. Bahkan, keduanya berdiri di jalan yang dilewati suporter menuju Stadion Soccer City dan membawa pengumuman.

"We need final's ticket," demikian tulisan di kardus yang mereka bawa. Keduanya tampak kedinginan karena suhu Johannesburg semakin turun dan mendekati 0 derajat. Mereka terus menjadi perhatian, bahkan ada suporter yang memanfaatkannya untuk berfoto bersama.

Seorang suporter yang punya tiket mencoba menjajaki kesiapan kedua warga Jepang itu membayar. "Saya siap membayar 300 dolar AS (sekitar Rp 2,7 juta)," kata Yoshumi.

Sang pemilik tiket pun terpaksa menolak. "Maaf, saya tak bisa melepaskan dengan harga itu. Final Piala Dunia kesempatan yang mahal dan saya tak akan melepas tiket ini dengan harga murah," tegasnya.

Yoshumi dan Takegi pun tak bisa berbuat banyak. "Kami sudah hampir kehabisan uang dan itu kemampuan kami," katanya.

Akhirnya, mereka belum juga mendapat tiket. Padahal, keduanya sudah berjuang sejak siang hari. "Tadi kami kepanasan, sekarang kedinginan. Tapi, sudah tekat kami untuk terus berjuang mendapatkan tiket, sampai detik terakhir. Jika hanya salah satu yang mendapt tiket, maka yang satunya siap mengalah. Semoga kami berdua mendapat tiket," kata Takegi.

Dia menambahkan, sejak awal dia siap mendukung Jepang dan berharap terus melaju. Tapi, mereka juga sadar Jepang tak akan masuk final. Maka, mereka tak memesan tiket final sejak awal. Sebab, mereka rencananya pulang begitu Jepang tersingkir.

"Namun, kami akhirnya mengubah rencana. Rekan-rekan sudah pada pulang, sementara kami akan berusaha sampai partai final. Toh, visa kami masih berlaku," tambahnya.

Risikonya, mereka seperti harus berjudi untuk mendapatkan tiket. Bahkan, mereka harus rela kepanasan dan kedinginan terus "mengemis" tiket hingga gelap.

Dan, entahlah apakah mereka akhirnya mendapat tiket dengan harga yang mereka mampu. Sebab, semakin lama saingan mereka semakin banyak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar