Selasa, 13 Juli 2010

Trauma, Trauma, dan Trauma "Oranye"

Striker Belanda Dirk Kuyt (jongkok) menenangkan gelandang Belanda Wesley Sneijder usai pertandingan final Piala Dunia 2010 melawan Spanyol di Stadion Soccer City, Johannesburg, Minggu (11/7/2010). Belanda kalah 0-1.

AMSTERDAM, - Kekalahan menyesakkan dari Spanyol di final Piala Dunia 2010 menimbulkan trauma bagi bangsa Belanda. Ini adalah ketiga kalinya "De Oranje" masuk final dan gagal menjadi juara dunia.

Sebelum 2010, Belanda sempat masuk final pada 1974 dan 1978. Ketika itu, mereka harus menjadi runner up setelah disikat Jerman Barat dan Argentina. Kini hal yang sama terulang lagi.

"Trauma ketiga oranye," tulis harian terpopuler Belanda, De Telegraaf. "Piala Dunia di Afrika Selatan akan masuk ke dalam sejarah Belanda sebagai trauma ketiga final sepak bola," lanjut De Telegraaf.

"Andres Iniesta dengan golnya membuat seluruh Belanda berkabung," tulis Algemeen Dagblad. "Setelah malam penuh darah di Soccer City, gelar juara dunia tetap tak dapat dijangkau 'Oranye'. Spanyol terlalu bagus di final," lanjut Algemeen Dagblad.

"Mimpi ini telah berakhir, Belanda tidak menjadi juara dunia," kata penyiar NOS, di samping foto Wesley Sneijder yang sedang duduk sambil menangis.

Keberuntungan kerap tak menaungi Belanda. Selalu datang sebagai unggulan di Piala Dunia, Belanda tak pernah menuntaskannya dengan menggenggam trofi. Padahal, permainan mereka yang identik dengan nama total football disebut-sebut sebagai permain menyerang terbaik di sepak bola. Maka tak heran, Belanda hingga kini mendapat sebutan, juara tanpa mahkota.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar