Senin, 12 Juli 2010

Melahap Cape Town dengan Ho-Ho

Dari bagian atas dengan atap terbuka bus tur Hop On-Hop Off, para wisatawan dapat menikmati keindahan panorama sepanjang pesisir pantai di Cape Town.

JIKA ke Cape Town dan hanya punya waktu singkat, bagaimana agar Anda dapat menikmati keindahan kota wisata paling terkemuka di Afrika Selatan untuk mendapat pemandangan menyeluruh? Pertanyaan itu dijawab Lianne Burton, Manajer Pemasaran Pariwisata Cape Town, saat ditemui di Media Center Stadion Green Point, Cape Town. ”Anda harus naik ’Hop On-Hop Off’,” katanya.

Apakah Hop On-Hop Off atau yang disingkat ”Ho-Ho” tersebut? Itu adalah sebuah bus bertingkat dengan atap terbuka yang mengelilingi kota Cape Town, berhenti dari satu titik tempat wisata ke titik lainnya. Bus itu bercat merah menyala sehingga mudah dikenali. Jika tidak hujan dan cuaca sedang cerah, sangat tepat memilih tempat duduk di bagian atas.

Tinggal berbekal baju tebal atau jaket, topi, plus kacamata antisinar matahari, pemandangan Cape Town bisa dilahap dalam waktu singkat.

Dari bagian atas bus dengan atap terbuka, pandangan bisa menyapu luas segala sudut kota yang dilewati Ho-Ho. Titik awal yang ditunjukkan Burton dan yang terdekat dari Stadion Green Point adalah Two Oceans Aquarium V & A Waterfront.

”Bus itu berhenti di 17 tempat pemberhentian dan akan membawa Anda kembali ke Waterfront, melewati Benteng Good Hope, Pantai Camps Bay, dan tempat-tempat wisata lainnya,” ujar Burton.

Dari satu bus ke bus lainnya hanya berselang 15-20 menit. Sambil menunggu kick off semifinal Uruguay versus Belanda, Selasa (6/7/2010), Kompas mencoba naik Ho-Ho untuk membuktikan ucapan petugas Pariwisata Cape Town tersebut.

Persis di sisi Two Ocean Aquarium V & A Waterfront, sebuah bus merah berlantai dua dengan atap terbuka terparkir dan siap berangkat. Penumpang bisa membeli tiket di loket atau langsung ke sopir, bisa dengan uang tunai atau kartu kredit.

Untuk sekali tur, harga tiket 200 rand (Rp 240.000) untuk orang dewasa, 60 rand (Rp 72.000) untuk anak berusia 5-15 tahun, sementara anak balita gratis.

Selain sopir, di bus terdapat seorang petugas yang membantu melayani penumpang. Sore itu Ho-Ho belum terisi penuh penumpang. Namun, tidak ada istilah ngetem menunggu penumpang penuh. Ketika jadwal harus berangkat, Ho-Ho pun tancap gas. Setiap penumpang mendapat brosur atau leaflet petunjuk rute yang dilewati dan satu set headphone merah.

Headphone, yang ditancapkan pada colokan di dinding samping kursi, digunakan untuk mendengar panduan soal obyek-obyek wisata, lengkap dengan sejarahnya. Hal itu sangat efektif memberikan panduan informasi, tanpa harus mempekerjakan petugas yang cas-cis-cus berbicara lewat mikrofon. Yang tidak ingin terganggu suara orang berbicara tinggal melepas headphone tersebut dan bisa memuaskan diri dengan “cuci mata”.

Menurut panduan, ada 14 bahasa yang digunakan dalam panduan lewat headphone itu. Selain bahasa Inggris, tersedia, misalnya, panduan dalam bahasa Perancis, Portugal, Arab, dan bahasa negara-negara Skandinavia.

”Mohon ketika bus bergerak penumpang agar tetap duduk,” demikian salah satu bunyi panduan, yang kerap diulang-ulang.

Jalanan mulus

Namanya juga bus untuk tur wisata, Ho-Ho tidak melaju kencang. Dengan kecepatan sedang, bahkan sedikit merambat, tidak perlu khawatir topi bakal melayang. Ditambah dengan kondisi jalan yang mulus, tanpa polisi tidur, tidak terasa banyak guncangan saat menikmati pemandangan dari bagian atas bus dengan atap terbuka tersebut.

Dari Waterfront, bus bergerak menyusuri jalanan kota Cape Town, melewati beberapa titik obyek wisata, seperti Menara Jam (Clocktower), Gereja Katedral St George, Museum Afrika Selatan, Benteng Good Hope, pusat permata Afrika, dan berhenti beberapa saat di Table Mountain untuk memberi kesempatan kepada penumpang makan-minum ringan atau sekadar ke toilet.

Perjalanan sedikit mendebarkan ketika bus menuju Table Mountain. Jalanan agak menanjak dan sedikit berkelok-kelok. Namun, perasaan berdebar-debar itu terbayar dengan suguhan lanskap pemandangan kota Cape Town dari ketinggian. Jika terasa mabuk atau pusing, penumpang disarankan turun ke bagian bawah.

”Kalian turun karena mual dan pusing ya?” ujar petugas kepada dua gadis yang sejak dari Waterfront duduk di kursi terdepan di bagian atas.

”Enggak. Kami hanya merasa kedinginan di atas,” kata salah satu dari mereka. Di tengah musim dingin di Afrika Selatan seperti sekarang, penumpang di bagian atas memang harus kuat menahan rasa dingin.

Sangat lengkap

Satu hal yang mengagumkan dari layanan Ho-Ho itu adalah kelengkapan informasi yang disajikan lewat panduan otomatis via headphone tersebut. Panduan berisi tentang hal-hal yang dapat dinikmati dari sebuah obyek wisata, latar belakang sejarahnya, dan segala hal terkait dengan obyek wisata itu.

Diiringi musik-musik lokal, panduan itu misalnya bertutur tentang situasi Afrika Selatan pada masa penerapan politik apartheid, juga soal sejarah awal mula Kota Cape Town, dan lain-lain.

Nama “Indonesia” disebut ketika panduan itu menyinggung soal budak-budak yang didatangkan Belanda era kolonialisme. “Cape Town adalah titik pertemuan tiga unsur peradaban: Timur, Barat, dan Afrika,” demikian klaim dalam panduan tersebut.

Sedemikian lengkap informasi itu, ketika melewati sebuah bioskop tua, dituturkan, ”Hingga kini bioskop itu masih dibuka dan setiap pengunjung diberi minuman wine. Jadi, Anda bisa menonton film sambil menyeruput wine.”

Demikianlah, dua atau tiga jam mengelilingi Cape Town dengan Ho-Ho seolah seperti telah melahap seisi kota wisata itu. Tidak perlu tinggal berhari-hari, yang tentu memakan biaya lebih besar, tur kota dengan Ho-Ho menjadi solusi tepat bagi mereka yang hanya tinggal singkat di Cape Town, kota indah nan memesona.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar