Senin, 12 Juli 2010

Suatu Senja di Waterfront Cape Town...

Wisatawan menikmati pantai dari dermaga V and A Waterfront, dengan samar-samar terlihat pemandangan Table Mountain yang memanjang, di Cape Town, Afrika Selatan, Minggu (4/7).

KATA-KATA pujian setinggi langit hampir selalu diucapkan mereka yang pernah berkunjung ke Cape Town, kota paling ujung tenggara Afrika Selatan. Mulai dari pemandangan indah, kenyamanan kota, kelengkapan obyek wisata, keramahan warga, dan masih banyak hal lain yang tak mungkin dirinci satu per satu. Penilaian banyak orang itu tidak dan memang tidak dilebih-lebihkan.

Baru menjejakkan kaki di satu tempat saja, yakni kawasan wisata V & A Waterfront, semua pujian di atas terwujudkan di satu tempat itu. V & A Waterfront—atau sering disebut Waterfront—adalah kawasan wisata pantai yang dibangun sejak 1860.

Di kawasan ini banyak hal bisa dinikmati pengunjung. Pusat perbelanjaan, restoran yang menyajikan masakan dari berbagai negara, kafe-kafe, atraksi kesenian dan hiburan, pertunjukan musik, arena nonton bareng, trek untuk jalan-jalan, pemandangan langsung ke Table Mountain (landmark Cape Town), sajian kapal-kapal layar, dan lain-lain.

Dengan berbagai kelengkapan tersebut, wajar jika pada Minggu (4/7/2010) senja itu warga dan wisatawan tumpah ruah di Waterfront meski tidak ada tontonan laga Piala Dunia 2010. Sebagian dari mereka memadati restoran dan kafe, mencicipi makanan atau sekadar minum wine, sambil menikmati alunan musik jazz sebagai ”pembuka” malam.

Tempat ”nongkrong”

Di halaman depan restoran dan kafe itu, berjajar kursi-kursi panjang melengkung, tempat warga bersantai atau nongkrong sambil menikmati sajian layar lebar. Jika ada pertandingan Piala Dunia, tempat itulah yang dijadikan arena nonton bareng. Selama berlangsung Piala Dunia, kawasan itu benar-benar beraroma sepak bola.

Di samping arena nonton bareng tersebut, terpampang bola raksasa dan kios besar ”FIFA” yang menjual berbagai pernik Piala Dunia (kostum tim-tim negara peserta, suvenir, cendera mata, dan lain-lain). Tak jauh dari situ, orang berkerumun menyaksikan atraksi permainan api.

”Apakah kalian siap menikmati pertunjukan ini?” teriak pria di tengah kerumunan sambil memegang tangkai sumbu bola api. Seperti biasa dijumpai di Tanah Air, ia memasukkan bola api ke mulutnya, menyemburkannya ke udara, dan menghasilkan kobaran api berkelebatan.

”Ada 64 alasan untuk bersenang-senang bersama kami”, demikian brosur Waterfront berpromosi, mengacu angka 64 atau jumlah laga Piala Dunia 2010. Kawasan itu tidak jauh dari Stadion Green Point, salah satu dari 10 stadion Piala Dunia 2010, berjarak sekitar 500 meter. Bagian atas Green Point yang mirip mangkuk putih telah terlihat dari Waterfront.

Itu sebabnya penonton yang bersiap menyaksikan laga semifinal Uruguay dan Belanda tak ingin melewatkan kesempatan menikmati suasana Waterfront. ”Di sini Anda bakal aman. Polisi ada di mana-mana. Hanya saja, Anda tetap harus berhati-hati. Jangan sampai barang bawaan lepas dari pengawasan Anda,” ujar Anwar, warga setempat yang mengantar Kompas.

Di dermaga kawasan itu, berbagai jenis kapal bersandar, mulai dari kapal tradisional hingga yacht modern yang digunakan para sosialita dunia untuk menikmati Cape Town. Di seberang dermaga, berjajar sejumlah stan yang menawarkan banyak ragam wisata laut, seperti menyelam, selancar, menikmati pemandangan dari udara dengan helikopter, dan juga mengunjungi Robben Island, pulau tempat pengasingan tokoh perdamaian Nelson Mandela.

”Anda cuma mengeluarkan 300-an rand untuk berlayar ke pulau itu,” ujar salah seorang penjaga stan. Adapun ongkos naik helikopter menikmati Cape Town dari udara berkisar 525-13.200 rand. Jika uang di kantong pas-pasan, cukup bersantai ria di Waterfront itu sudah menjadi hiburan tersendiri.

Sambil mencicipi hidangan restoran di lantai dua, pengunjung bisa menikmati pemandangan Table Mountain. Sebuah hamparan gunung berbentuk mirip meja, yang dianggap menghadirkan punya daya pikat tersendiri, tak ubahnya seperti Gunung Fuji di Jepang atau Gunung Merapi bagi warga Yogyakarta.

Suasana semakin lengkap dengan hadirnya burung-burung camar yang beterbangan ke sana kemari. Burung-burung itu dilindungi dan tak boleh diganggu. Seperti orang-orang yang datang ke kawasan tersebut, burung-burung camar itu pun tak ingin melewatkan senja di Waterfront berlalu begitu saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar